Tari Burung Enggang, Kesenian yang Diadaptasi dari Burung Keramat Suku Dayak Kenyah

Tari Burung Enggang, Kesenian yang Diadaptasi dari Burung Keramat Suku Dayak Kenyah
info gambar utama

Indonesia tidak hanya kaya akan alamnya saja, tetapi juga kebudayaan, seni, dan tradisinya. Membicarakan aspek kesenian, tari tradisional merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan orang-orang di Indonesia yang memiliki latar belakang kesukuan yang berbeda-beda. Tari menjadi sebuah wujud ekspresi dari manusia untuk mengungkapkan perasaan, kehendak, atau pikiran.

Tarian tradisional di Indonesia memiliki kisah dan maknanya tersendiri, baik itu lewat gerakan maupun setelan yang dikenakan. Dari banyaknya tarian tradisional di Tanah Air kita ini, Tari Burung Enggang menjadi salah satu contohnya.

Burung Enggang, Si Langka yang Dikeramatkan Suku Dayak

Burung enggang atau rangkong (Bucerotidae) adalah burung yang mendiami sejumlah wilayah Asia. Ada 32 spesies burung enggang di Asia, di mana 13 di antaranya berada di Indonesia.

Karakteristik burung enggang memiliki paruh panjang, besar, dan melengkung. Beberapa spesies burung enggang, salah satunya enggang badak (Buceros rhinoceros) terlihat lebih spesial karena terdapat balung (jengger keras) di atas paruhnya.

Burung enggang badak.
info gambar

Suara enggang nyaring dan juga kepakan sayapnya khas dengan menampilkan jari-jari bulunya ketika mengangkasa. Warna burung enggang biasanya didominasi warna hitam dengan sedikit warna putih pada bagian ekornya.

Burung enggang hewan yang setia. Selama hidupnya, mereka hanya hidup dengan satu pasangan. Mereka tidak akan mencari yang baru bila pasangannya mati.

Burung enggang berhubungan erat dengan budaya luhur masyarakat Indonesia. Hal itu bisa dibuktikan dengan ditemukannya relief wujud burung tersebut di Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Relief burung enggang di Candi Prambanan.
info gambar

Menyeberang ke Pulau Kalimantan, burung enggang dianggap keramat, lambang kesucian dan kekuatan masyarakat Dayak khususnya Dayak Kenyah. Bagi mereka, burung enggang merupakan burung keramat yang dapat memberikan perlindungan dan kehidupan.

Tak hanya itu, mereka percaya, berkomunikasi dengan leluhur bisa melalui enggang sebagai perantara. Selain itu, mereka juga meyakini roh alam yang melindungi Pulau Kalimantan dan masyarakat Dayak sering menampakkan diri dalam wujud enggang raksasa yang dikenal sebagai Panglima Burung.

Filosofi Burung Enggang Suku Dayak Kenyah

Secara filosofi menurut kepercayaan masyarakat Dayak Kenyah, nenek moyang mereka berasal dari langit turun ke bumi yang menyerupai burung enggang. Masyarakat Dayak Kenyah juga menganggap burung enggang sebagai simbol perdamaian. Hal ini dikarenakan burung enggang sayapnya yang tebal menggambarkan pemimpin yang melindungi rakyatnya.

Suara burung enggang yang nyaring menyimbolkan perintah pemimpin yang selalu didengar. Ekornya yang panjang menjadi tanda kemakmuran rakyat. Jadi secara keseluruhan, burung enggang menyimbolkan watak seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya. Itu pula sebabnya Burung Enggang dimuliakan oleh Suku Dayak terutama Dayak Kenyah karena sebagai suatu penghormatan untuk leluhur mereka.

Dari situ bisa dilihat, burung enggang sangat berarti bagi suku Dayak Kenyah. Demi mempertahankan nilai filosofi yang ada dalam burung tersebut mereka lalu mengekspresikannya lewat Tari Burung Enggang.

Menggambarkan Burung Enggang yang Terbang Lewat Tarian

Tari Burung Enggang biasanya dibawakan oleh wanita-wanita muda Suku Dayak Kenyah. Mengutip dari Ensiklopedi Tari Indonesia yang disusun Dirjen Kebudayaan RI, para penari wanita menarikannya secara beramai-ramai. Semuanya memakai setelan dengan warna dominan hitam laksana warna bulu burung enggang. Di kedua tangan masing-masing penari diikatkan bulu-bulu enggang, sehingga ketika melakukan gerakan tangan tampak menggambarkan burung enggang yang sedang terbang.

"Walau sederhana, gerakan benar-benar membawa imaji kita kepada sekawanan burung enggang yang melayang-layang di angkasa," terang kritikus tari Sal Murgiyanto dalam Majalah TEMPO edisi 4 Februari 1978 yang dikutip GNFI.

Tari burung enggang.
info gambar

Tari Burung Enggang kerap kali ditampilkan dalam setiap upacara adat Suku Dayak Kenyah, antara lain pemujaan pada dewa-dewa, meramaikan acara perkawinan, sampai pengobatan. Selain dalam upacara adat, tarian tersebut juga diperagakan dalam upacara selamat datang penyambutan tamu-tamu penting.

Gerakan Tari Enggang menggunakan gerakan dasar dari Burung Enggang. Konsep gerakan dikelompokkan dalam 3 gerakan utama, yakni Nganjat, Ngasai dan Purak Barik. Nganjat adalah sebuah gerakan utama atau gerakan khas dari tarian dayak yang menyerupai burung enggang gading yang membuka menutup sayapnya. Sementara Ngasai adalah gerakan yang menyerupai burung enggang yang sedang terbang. Kemudian Purak Barik adalah sebuah gerakan dasar yang merupakan gerakan perpindahan tempat.

Tari Burung Enggang di Kancah Internasional

Tari Burung Enggang sudah go international loh, Kawan GNFI. Pada 2016 misalnya, para penari Tari Burung Enggang unjuk gigi dalam Poland Caravan Culture Festival di Polandia. Kala itu tarian yang dibawakan Laskar Pemuda Adat Dayak Kalimantan Timur (LPADKT) dan Sanggar Nona Asri Indonesia berhasil sebagai juara umum.

''Pemprov Kaltim sangat bangga atas prestasi tersebut. Ini menunjukkan bahwa putra-putri Kaltim mampu berbicara di tingkat internasional,'' kata Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak saat itu, dikutip GNFI dari Kalamanthana.

Tak cuma sekali itu saja. Pada 2019, Tarian Burung Enggang kembali dipertunjukkan di luar negeri dalam Festival budaya yang digelar di Central Conservatory of Music (CCOM) Beijing, Tiongkok, dengan tajuk acara "Jelajah Nusantara". Pagelaran ini merupakan acara promosi budaya yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing bekerja sama dengan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Tiongkok Beijing (PERMIT) dan didukung oleh CCOM.

Penampilan Tari Burung Enggang Festival Budaya di Tiongkok
info gambar

''Festival hari ini adalah tentang perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia. Para hadirin akan dibawa menemukan keindahan tersembunyi dari budaya dan seni Indonesia melalui tarian, musik dan lagu-lagu tradisional. Dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Lombok hingga ke Maluku. Daerah dengan kekayaan budaya yang luar biasa", ungkap Dubes RI untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun dalam pidato pembukaannya, dikutip GNFI dari Tribun Pontianak.

Selain Tari Burung Enggang, juga terdapat tarian tradisional Indonesia lain yang tampil dalam acara tersebut, yakni; Tari Bajidor Kahot dari Jawa Barat, Tari Cupak Gerantang dari Bali, Tari Merak asal Jawa Barat, Tari Lenso dari Maluku, Tari Kinang Kilaras yang merupakan tarian asli Suku Betawi.

Jadi seperti itulah informasi mengenai Tari Burung Enggang Suku Dayak Kenyah yang berasal dari Kalimantan Timur, Kawan GNFI. Tarian tradisional seperti Tari Burung Enggang tentunya harus dilestarikan, sebab merupakan warisan yang begitu berharga bagi anak cucu kita kelak.

---

Referensi: Pontianak.Tribunnews.com| Voinews.id | Rangkong.org | Kalamanthana.id | Dirjen Kebudayaan RI, "Ensiklopedi Tari Indonesia" | Edi Sedyawati, E.K.M Masinambow, Gunawan Tjahyono, "Konsep Tata Ruang Suku Bangsa Dayak Kenyah di Kalimantan Timur" | Farah Azizah, Nahrussalwa, Lisnawati, Rika Aulia Sari, Rina Rifayanti, "Tari Enggang Sebagai Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri" | Istanto, Riza, Syafii, "Ragam Hias Pohon Hayat Prambanan"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini