Selamatkan Bumi Melalui Piring Makananmu

Selamatkan Bumi Melalui Piring Makananmu
info gambar utama

Selain sandang dan papan, pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Sayangnya, manusia harus lebih bijak lagi dalam mengonsumsi makanan. Dilansir dari The World Counts, sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahunnya.

Bukan hanya limbah plastik dan jenis sampah lainnya, makanan yang terbuang begitu saja juga dapat menjadi masalah baru bagi lingkungan. Berdasarkan data oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dikutip dari Databoks Katadata, Indonesia pada tahun 2020 menghasilkan 67,8 juta ton sampah. Berdasarkan jenisnya, sampah yang banyak dihasilkan masyarakat adalah sisa makanan sebesar 39,8 persen.

Indonesia bahkan menjadi negara kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia. Sedihnya, pada saat yang bersamaan masih banyak penduduk Indonesia yang mengalami kelaparan. Berdasarkan data dari Economist Intelligence Unit (EIU), Indonesia menghasilkan sekitar 300 kg limbah makanan per orang per tahunnya.

Memproduksi makanan membutuhkan banyak bahan. Dengan menyia-nyiakan makanan hingga terbuang begitu saja, kita juga menyia-nyiakan sumber-sumber yang digunakan untuk memproduksinya. Mulai dari air, gas, minyak, bahkan seperti bahan bakar bensin yang digunakan untuk transportasi pengiriman bahan makanan akan turut terbuang sia-sia.

Sampah makanan ini dapat menjadi masalah baru bagi lingkungan sebab memberikan dampak yang cukup besar. Di antaranya selain membuang air, minyak dan bahan bakar, sampah makanan juga dapat menghasilkan gas metana.

Saat makanan mulai membusuk di tempat pembuangan sampah, makanan tersebut akan melepaskan gas metana. Metana diyakini berdampak buruk pada iklim dan menyebabkan pemanasan global. Metana disebut 25 kali lebih efektif dalam menangkap panas di atmosfer daripada CO2.

Selain itu, membuang makanan juga sama saja menyia-nyiakan lahan. Terdapat dua lahan yang digunakan, lahan untuk menanam tanaman pangan atau yang digunakan sebagai lahan peternakan, serta lahan yang digunakan untuk menyimpan pangan yang telah dibuang.

Sampah makanan juga dapat merusak keanekaragaman hayati. Seperti deforestasi pada daerah tropis yang dapat merusak flora dan fauna alami. Deforestasi dilakukan untuk menciptakan lebih banyak lahan untuk produksi pangan.

Bisakah mengatasi sampah makanan melalui piring kita?

memperbanyak konsumsi sayur dibandingkan daging-dagingan dapat menjadi langkah sederhana mengatasi sampah makanan. | Sumber: Dan Gold/Unsplash
info gambar

Kita bisa turut berkontribusi mengatasi masalah sampah makanan, salah satunya dengan mengatur pola dan cara mengonsumsi makanan. Mulailah perhatikan bagaimana cara kita memilih bahan makanan.

Misalnya, memilih imperfect food (makanan yang tidak terlihat cantik namun masih layak dikonsumsi). Karena biasanya imperfect food memiliki potensi untuk dibuang dan menjadi food waste/sampah makanan.

Kemudian, perhatikan cara menyimpan makanan. Terdapat cara-cara tertentu agar bisa awet menyimpan makanan. Misalnya, tidak mencampur buah dan sayuran dan mengalasi kain untuk sayur-sayuran yang telah dicuci sebelumnya.

Tentukan bahan makanan yang ingin dibeli. Mulai dari daging, keju dan telur menghasilkan lebih banyak jejak karbon dibandingkan dengan buah, sayur, dan kacang-kacangan. Kamu juga dapat membuat rencana memasak mingguan agar membeli yang dibutuhkan saja.

Melakukan hal ini selain dapat membantu mengatur keuangan juga dapat menghindari makanan yang disimpan lama, jarang digunakan dan berujung kadaluarsa atau basi sehingga harus dibuang.

Tidak hanya membeli makanan secukupnya, ambil makanan secukupnya dan habiskanlah. Kadang tanpa kita sadari, kita mengambil makanan dan seringkali menyisakannya. Mungkin beberapa di antara kita berpikir “ah, sedikit saja kok sisanya” tapi bayangkan jika sepuluh orang memiliki pemikiran yang sama, seberapa banyak sampah makanan yang akan terkumpul?

Mari kita lebih menyayangi bumi. Nyatanya, kepedulian kita terhadap lingkungan dapat dimulai dari langkah kecil melalui apa yang ada dalam isi piring makanan kita. 

Referensi: Databoks Katadata | New Food Magazine | Zerowaste.id | The World Counts | Greeneatz

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini