Sering Begadang? Hati-Hati Risiko Sleep Deprivation!

Sering Begadang? Hati-Hati Risiko Sleep Deprivation!
info gambar utama

Tidur merupakan salah satu kebutuhan tubuh yang wajib kita penuhi. Memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, tidur bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung, meningkatkan daya ingat, hingga bisa meningkatkan suasana hati atau mood.

Setiap manusia membutuhkan durasi tidur tertentu. Orang dewasa biasanya membutuhkan waktu tidur setidaknya 7 sampai 9 jam. Namun, ada sebagian orang yang tidak dapat mendapatkan durasi tidur yang sesuai. Entah karena kegiatan, kebiasaan, ataupun alasan lainnya.

Terkadang, karena sibuknya dengan pekerjaan bahkan larut dalam kegiatan yang mengasyikan, kita sering melewatkan jam tidur. Begadang menjadi hal biasa yang kini banyak orang-orang lakukan.

Namun, kebiasaan begadang tidaklah baik bagi tubuh. Perlu kamu pahami juga bahwa begadang dan insomnia adalah dua hal yang berbeda. Jika terlalu sering begadang, bisa meningkatkan risiko sleep deprivationlo.

Perbedaan Insomnia dan Sleep Deprivation

Ilustrasi scrolling media sosial | Foto: Pexels
info gambar

Kamu pasti familiar mendengar istilah insomnia. Insomnia adalah keadaan pada saat seseorang mengalami kesulitan tidur walaupun memiliki banyak waktu untuk tidur.

Berbeda dengan insomnia, sleep deprivation atau SD adalah keadaan seseorang yang mengalami kesulitan tidur karena padatnya kegiatan dan aktivitas yang ia jalani.

Baca juga: Wajib Tahu! Ini 4 Alasan Kenapa Kamu Harus Tidur Cukup

Perbedaan insomnia dengan sleep deprivation terletak pada pilihan yang ada. Kebanyakan orang yang menderita insomnia tidak memiliki pilihan lain dan cenderung akan mengalami kesulitan tidur.

Akan tetapi, orang yang melakukan sleep deprivation sebenarnya memiliki pilihan untuk tidur. Namun, mereka lebih memilih (secara sadar atau tidak sadar) untuk tidak tidur.

Penyebab Sleep Deprivation

Ilustrasi overworking | Foto: Pexels
info gambar

Penyebab sleep deprivation biasanya bermacam-macam. Mulai dari gaya hidup, kondisi atau lingkungan di sekitar tempat tidur, hingga kondisi medis. Penyebab sleep deprivation yang paling umum adalah gaya hidup.

Salah satu kegiatan yang dapat menyebabkan sleep deprivation adalah bermain media sosial. Tidak ada larangan mengenai waktu dalam meng-scroll media sosial yang membuat kita bisa mengakses dan melakukan kegiatan hingga larut malam.

Baca juga:Sering Kerja di Tempat Tidur? Simak Dampaknya Bagi Kesehatan

Media sosial pun seringkali mengglorifikasi sleep deprivation hingga ada frasa yang kerap muncul di media sosial, seperti “sleep is for the weak” yang artinya “Tidur adalah untuk (mereka) yang lemah”. 

Penyebab lain karena banyaknya kegiatan yang seseorang lakukan. Kegiatan yang padat bisa membuat seseorang menggunakan waktu tidurnya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaannya. Kedua hal di atas sangat memungkinkan untuk meningkatkan kecemasan seseorang sehingga mereka akan sulit untuk terlelap.

Efek Samping Sleep Deprivation

Ilustrasi mencari makanan tengah malam | Foto: Pexels
info gambar

Melakukan sleep deprivation tentu akan mengurangi durasi tidurmu yang tentunya akan berdampak pada kesehatan tubuh. Jika kamu masih melanggengkan sleep deprivation, coba pikirkan kembali pilihanmu.

Efek dari kurang tidur dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem tubuh, seperti pencernaan, imun, dan saraf. Supaya kamu bisa lebih aware dengan kualitas tidur, berikut GoodSide paparkan efek samping dari sleep deprivation.

1. Mengganggu Sistem Pencernaan

Tidur dapat mempengaruhi kadar dari dua hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, yaitu hormon leptin dan ghrelin. Tanpa tidur cukup, otak kita akan mengurangi kadar hormon leptin dan meningkatkan kadar hormon ghrelin.

Naiknya kadar hormon ini dapat membuat kita merasa lapar karena ghrelin merupakan hormon untuk menstimulasi nafsu makan. Nafsu makan yang meningkat tentunya dapat menyebabkan rasa lapar. Hal ini adalah alasan mengapa seseorang makan berlebihan di malam hari.

Kurang tidur juga menyebabkan tubuh melepaskan hormon insulin yang lebih sedikit. Maka, kurangnya hormon Insulin akan menyebabkan diabetes melitus dan obesitas karena hormon ini membantu untuk mengurangi kadar gula darah.

2. Menyerang Sistem Imun

Tidur membuat sistem kekebalan kita bisa menghasilkan zat pelindung dan melawan infeksi, seperti antibodi dan sitokin. Zat ini tentu saja berguna untuk membunuh senyawa asing dalam tubuh.

Kurang tidur dapat membuat sistem kekebalan tubuh gagal membangun kekuatannya. Hal ini dapat membuat tubuh kamu menjadi rentan terjangkit penyakit.

3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat

Selama tidur, ada pembentukan jalur di antara neuron otak yang membantu kamu mengingat informasi yang baru kamu dapatkan. Kurang tidur dapat membuat otakmu merasa lelah sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik

Hal ini menyebabkan kamu sulit berkonsentrasi sehingga membuat kamu sulit mempelajari atau mengingat hal baru. Kurang tidur juga bisa membuatmu rentan memiliki suasana hati yang berubah-ubah dan dapat menghambat proses pengambilan keputusan.

Baca juga: Waspadai 5 Bahaya Begadang, Tidak Baik untuk Kesehatan Tubuh

Cara mengatasi Sleep Deprivation

Ilustrasi meditasi | Foto: Pexels
info gambar

Kamu dapat mengurangi frekuensi sleep deprivation dengan melakukan beberapa hal. Pertama, rencanakanlah seluruh kegiatan per harinya. Hal ini kamu lakukan agar bisa memprediksi waktu yang kamu perlukan untuk setiap kegiatan.

Tujuannya, kamu akan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu dan mendapatkan tidur yang cukup.

Kedua, lakukanlah kegiatan yang dapat membuatmu rileks, seperti mandi air hangat, meditasi, membaca buku, dan lainnya.

Terakhir, kurangilah durasi tidur siang atau sebisa mungkin tidak tidur siang. Hal ini dapat membuat tubuhmu bekerja lebih ekstra dan kamu akhirnya bisa mengantuk.

Yuk, kurangi kebiasaan bekerja hingga larut malam demi tubuh yang lebih sehat. Dengan begitu, kamu bisa mencegah terjadinya sleep deprivation.

Referensi:LinisehatHealthline |Sleepanea.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini