Tekad Sudah Bulat, Indonesia Tetap Undang Rusia ke KTT G20

Tekad Sudah Bulat, Indonesia Tetap Undang Rusia ke KTT G20
info gambar utama

Tahun ini, giliran Indonesia yang menjabat sebagai Presidensi G20. Dan posisi ini membuat Indonesia mempunyai kuasa penuh dalam mengundang negara-negara anggota G20, termasuk yang paling banyak dibicarakan saat ini, yakni Rusia.

Seperti kita ketahui, undangan terhadap Rusia ini memicu reaksi keras dari negara-negara barat dan sekutunya, terutama AS, Inggris, Kanada, dan Australia.

Publik di tanah air pun memperbincangkan hal ini, terkait dilematisnya posisi Indonesia, karena diketahui AS sempat memberikan ancaman akan memboikot agenda G20 jika Rusia menghadiri rangkaian acara G20 di Bali November mendatang.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia sudah bertekad bulat untuk tetap mengundang Rusia dalam setiap pertemuan G20 ke depannya.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan selaku presidensi G20 tahun ini, Indonesia tetap akan mengundang Rusia dalam pertemuan tingkat tinggi yang digelar November 2022 di Bali.

Menurut perempuan yang akrab disapa Ani itu, selaku tuan rumah, sudah menjadi kewajiban Indonesia untuk mengundang semua negara anggota KTT G20, termasuk Rusia.

"Mengenai aspirasi dari beberapa negara yang ingin agar Rusia diisolasi, kami akan mengatakan sebagai presidensi, maka hal itu harus melalui proses konsensus. Artinya, kalau ada keinginan seperti itu ya harus disetujui oleh 20 negara anggota (G20)," ungkap Sri Mulyani seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Menurutnya, dalam menyelesaikan tantangan ekonomi global saat ini dibutuhkan kerja sama semua negara anggota G20. Permasalahan itu tidak bisa diselesaikan sendiri oleh satu negara, meski negara tersebut paling kuat di dunia.

"Kami bertanggung jawab untuk menjaga forum ini agar tetap utuh dan tidak pecah. Saya rasa kami akan memposisikan G20 sebagai forum untuk memperkuat seruan untuk segera menghentikan peperangan," kata dia.

Sri Mulyani juga mengatakan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G20 mendorong semua negara bekerja sama menuju pemulihan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif.

Kali ini kondisi perekonomian global dan tensi geopolitik menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi negara anggota G20.

"Karena G20 didasarkan pada konsensus, kami berkonsultasi dengan seluruh negara anggota. Mereka percaya dan menginginkan kerjasama, kolaborasi, dan koordinasi. Ini sebenarnya yang mereka ingin untuk dilestarikan, terlepas dari perbedaan," kata dia dilansir dari laman resmi Kemenkeu, Minggu (24/4/2022).

Forum G20 merupakan forum multilateral dengan semangat kerjasama untuk membahas upaya bersama dalam menghadapi permasalahan dunia, termasuk pandemi, perubahan iklim, upaya perlindungan untuk negara miskin dan rentan dari dampak ekonomi global, serta dampak rambatan dari konflik geopolitik.

Sri Mulyani mengungkapkan, praktik tata kelola forum G20 berdasarkan konsensus dan konsultasi dengan tujuan meningkatkan kerja sama di sektor ekonomi dan keuangan terhadap agenda global strategis. Ini tentu saja menjadi fokus Presidensi G20 Indonesia yang mengusung tema 'Recover Together, Recover Stronger'.

"Maka, tanggung jawab kita dalam memegang presidensi ini adalah berusaha untuk terus menjalin kolaborasi dan kerja sama yang baik. Mencoba untuk menyelamatkan sepotong aset terpenting di dunia yaitu koordinasi dan kolaborasi," ungkapnya.

Sebagai Presidensi G20, Indonesia menjamin penyelenggaraan pembahasan agenda G20 berdasarkan semangat kooperasi dan multilateralisme.

Hal ini selaras dengan prinsip konstitusi Indonesia untuk berperan serta dalam ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesuai dengan hukum internasional.

Pernah memang G20 terombang-ambing mempertimbangkan kehadiran Rusia. Kala itu AS dan Sekutu Barat-nya juga berusaha menghalangi Rusia hadir di KTT G20 di Brisbane, Australia, 2014. Alasannya karena Rusia menduduki Crimea, Luhanks, dan Donetsk, wilayah selatan dan timur Ukraina.

Namun, Putin tetap hadir dalam pertemuan tersebut, meski pulang lebih cepat. Ini tentu atas undangan Australia sebagai tuan rumah. Di sini terlihat bahwa ada preseden di G20: negara tuan rumah tetap mengundang Rusia meski ada masalah politik.

Sumber:

Medcom.id | IDN Times | Warta Ekonomi |

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini