Lebih Dekat dengan Kesenian Barong Blora Singo Ludoyo Setho melalui Penarinya

Lebih Dekat dengan Kesenian Barong Blora Singo Ludoyo Setho melalui Penarinya
info gambar utama

#FutureSkillsGNFI

Kesenian barong atau lebih dikenal dengan barongan merupakan warisan budaya khas Jawa Tengah. Akan tetapi, dari beberapa daerah yang ada, Kabupaten Blora yang secara kuantitas keberadaannya lebih banyak apabila dibandingkan dengan kabupaten lainnya.

Seni barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang teramat populer di kalangan masyarakat pedesaan. Di dalam seni barong tercermin ragam sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti spontanitas, sederhana, kekeluargaan, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.

Tahukah Goodmates? Barongan dalam kesenian barongan ini merupakan suatu kelengkapan yang dibuat menyerupai singo barong atau singo besar sebagai penguasa yang sangat buas di hutan angker.

Sedangkan Singo Ludoyo Seto merupakan salah satu seni barong yang ada di daerah Blora, yang bertempat di Dukuh Cerme, Desa Tobo, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, atas pimpinan Bapak Sutiyo.

Asal Mula Terbentuknya Singo Ludoyo Setho

Pada awalnya, Singo Ludoyo Seto dibentuk oleh Bapak Sutiyo, beliau merupakan salah satu pengrajin atau pembuat barongan itu sendiri. Tak hanya berhenti di situ, ia mulai membentuk sebuah komunitas seni barong. Nah tentunya, komunitas perlu anggota yang memadai, di antaranya pemain gamelan, penari jaranan, pemain topeng kecil, dan pemain barang atau Reog Ponorogo.

Dengan inisiatif dari Bapak Sutiyo, beliau memutuskan untuk merangkul anak muda dari daerah sekitar atau karang taruna di Dukuh Cerme, untuk melengkapi setiap anggota yang dibutuhkan. Terkadang, ada anggota yang berasal dari luar daerah pula.

Setelah semua posisi terisi oleh anggota, maka peran aktif Bapak Sutiyo mengarahkan, membimbing, dan mengajari mereka dari awal. Mulanya, mereka tidak mengerti tentang  menari, memainkan gamelan, dan lainnya, kini mereka sudah memahami bahkan mahir memainkannya.

Berbagi Pengalaman bersama Penari Jaranan Kesenian Barong Singo Ludoyo Seto

Destia Hera atau akrab dipanggil Mbak Tia, salah satu penari jaranan yang ada dalam komunitas barong ini. Bisa dibilang Destia merupakan penari yang paling senior, loh, jika dilihat dari segi usia. Awalnya, Mbak Tia diajak oleh temannya yang juga penari Jaranan di komunitas tersebut. Semenjak ikut sukarela dalam komunikasi serta terus berlatih, akhirnya Mbak Tia pun merasa tertarik dengan posisinya sekarang.

Kesulitan yang Dihadapi Saat Membawakan Tarian Jaranan

Kesulitan yang kerap kali dihadapi saat membawakan tarian Jaranan yaitu saat berada di atas panggung, ia pernah lupa dengan salah satu gerakan yang dibawakannya. Jadi, ia harus bisa semaksimal mungkin untuk menyesuaikan kembali gerakan yang dibawakan oleh teman-temannya.

"Kesulitan mungkin saat menari atau tampil di atas panggung, pernah saya lupa beberapa gerak tarian karena tariannya cukup banyak dan ragamnya cukup banyak," ujar Mbak Tia.

Kesan dan Pesan Selama menari

Mbak Tia sangatlah senang dan merasa bangga kepada diri sendiri karena tidak semua orang bisa berkesempatan mempelajari dan membudayakan tarian tradisional seperti ini. Baginya, kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah tetap melestarikan budaya turunan dari leluhur kita terdahulu.

"Saya merasa senang menari tarian ini karena saya ikut sebagai salah satu generasi muda yang melestarikan tarian tradisional. Apalagi, sekarang sudah jarang anak muda yang melestarikannya. Jadi, saya merasa bangga. Bagi generasi muda, saya harap kalian mau melestarikan kebudayaan tradisional karena keberadaannya sangat penting dan perlu untuk kita lestarikan. Jika bukan kita, lalu siapa lagi?" ujar Mbak Tia.

 

Referensi: Wawancara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini