Konsistensi Berujung Prestasi, Cerita Sang Pemenang Emas Kompetisi Internasional di Korea Selatan

Konsistensi Berujung Prestasi, Cerita Sang Pemenang Emas Kompetisi Internasional di Korea Selatan
info gambar utama

#FutureSkillsGNFI

Selama di bangku perkuliahan ada banyak kegiatan dan organisasi yang bisa dikulik oleh para mahasiswa. Tentu sebuah kesempatan untuk mereka bisa menggali potensi dan melatih konsistensi; akademik berjalan, kegiatan non akademik juga berjalan. Misalnya, jika kita ingin diterima beasiswa, kita bisa mengatur persiapan sedemikian rupa dan berlatih agar bisa tercapai hal tersebut. Tanpa lupa fokus terhadap akademik seperti berkuliah.

Itulah konsistensi, suatu kata yang terbilang singkat, namun kunci segala sesuatu yang kita lakukan. Konsistensi disebut sebagai kunci karena membuat Goodmates semakin fokus dengan proses yang ada. Di saat bersamaan, kepercayaan diri pun terlatih sehingga Goodmates mengetahui kegiatan yang ingin diikuti dan solusi mengimbanginya dengan jadwal pembelajaran kuliah sebagai aktivitas utama.

Konsistensi inilah yang yang dilakukan oleh seorang mahasiswi Universitas Brawijaya bernama Gabriella Mathilda Olivia Pianka, Mahasiswi Angkatan 2017 yang meraih emas dalam ajang kompetisi paduan suara Bernama ‘Busan Choral Festival and Competition 2018’ yang diselenggarakan di Busan, Korea Selatan pada 17 hingga 20 Oktober 2018.

GoodSide memiliki kesempatan berbincang dengan Gabriella untuk menceritakan lika-liku perjuangannya dalam meraih emas. Lebih dari itu, sikap konsistensi yang membawanya kepada hal prestis tersebut.

Kompetisi Paduan Suara

Sumber: Dokumen Pribadi
info gambar

Gaby sapaannya, bersama grupnya bernama “Floice” beradu suara di ajang Busan Choral Festival and Competition 2018, sebuah kompetisi bertaraf internasional sejak 2005. Gaby memulai persiapan pada Desember 2017, hingga pada bulan pelaksanaan Oktober 2018, dengan mengorbankan libur semester untuk memantapkan diri.

“Jadi, aku mulai latihan itu dari sekitar Desember 2017 sampai hari H lomba itu Oktober 2018, jadi kurang lebih 10 bulan. Itupun libur semester cuma dikasih satu bulan. Saat yang lain libur, kami sudah harus kembali ke Malang untuk latihan,” terangnya.

Persiapan kompetisi

Ia berkata bahwa dalam persiapan, ada tuntutan yang harus ia penuhi, mulai dari penguasaan lagu, fisik, dan mental, ketiganya merupakan hal esensial selama latihan.

“Tentu penguasaan lagu ini penting banget, ya. Jadi tiap 'bar' harus paham eksekusinya; dari tempo, ketukan, dinamika, dan lainnya. Dalam lagu juga kita selipkan gerakan, jadi memang harus sekaligus menghafal gerakannya," tuturnya.

Ia menambahkan, “Kami juga ada latihan fisik untuk menjaga kebugaran dengan olahraga rutin memutari Gedung Rektorat setiap sabtu pagi. Makanan harus lebih dijaga dengan mengurangi makan gorengan dan pedas. Dari pengurus pun memberikan minuman herbal untuk diminum sebelum dan sesudah latihan.”

“Mental ini harus kuat banget, karena latihan cukup intens. Bahkan, ada teguran keras atau hukuman kalau selama latihan melakukan salah.”

Tidak hanya itu, ia menambahkan bahwa grupnya perlu menguasai skill makeup. Ia berkata, “Kita di sana make up dan menata rambut sendiri. Maka dari itu, paling tidak harus bisa. Bahkan, sempat ada kelas khususnya beberapa kali.”

Konsisten dengan Segala Tuntutan Aktivitas

Tidak hanya aktif di kegiatan paduan suara, saat itu Gaby tergabung pula dalam himpunan dan organisasi di kampusnya. Dengan berbagai tuntutan dari setiap organisasi, di sinilah Gaby berpikir bahwa konsistensinya diuji agar bisa menggarap semua kegiatan dengan baik.

“Waktu itu aku ikut organisasi Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK), event organizer kampus bernama Flotus, dan kepanitiaan Ospek Jurusan. Tuntutan dari ketiga kegiatan itu beragam sih," Katanya.

Gaby sadar bahwa ini merupakan serangkaian tugas yang harus ia emban. Segala tugas yang ia terima di perkumpulan lain, tentu membutuhkan waktu yang diluangkan untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, ia perlu bertanggung jawab akan seluruh kegiatan yang diikuti.

“Aaku tipe orang yang bertanggung jawab, karena aku udah setuju buat ikut itu, ya aku harus jalanin. Saat tergabung di KMK, aku bisa jalanin program kerja sampai selesai karena kebetulan timeline acaranya sebelum aku berangkat ke Busan. Nah Flotus EO ini, program kerjanya terlaksana setelah aku pulang dari Busan. Jadi, saat masih persiapan, aku bisa bantu jualan untuk cari dana saja, nggak bisa datang rapat. Setelah selesai lomba, aku langsung komitmen kembali rapat bersama anggota lain untuk menjalankan acara itu,” jawab Gaby.

Ia melanjutkan, “Untuk ospek jurusan ini lumayan rumit. Aku masuk divisi keamanan yang membutuhkan banyak latihan fisik. Ya lumayan sering bolak-balik izin buat paduan suara. Tetapi, aku bisa memenuhi tugas dan tanggung jawab aku sampai ospek selesai.”

Di samping itu semua, ada satu kata sebagai inti dari artikel ini, yaitu konsistensi. Gaby yakin akan konsistensi dalam dirinya. Ia sadar, bahwa segala kegiatan yang ia jalani tidak akan maksimal jika ia lakukan tanpa konsisten. Gaby berpendapat bahwa hal ini membuat kita semakin fokus dengan proses dan melatih kedisiplinan.

“Menurut aku di umur sekarang, konsistensi itu penting banget, apalagi buat mahasiswa. Hal ini mampu melatih disiplin. Kalau kita nggak disiplin, kita nggak bisa berpendirian. Akhirnya, akan kurang tegas dalam bertindak,” tuturnya.

Sebagai penutup, GoodSide bertanya kepada Gaby jika ia kembali ke masa itu, apakah pembelajaran yang berguna untuk mahasiswa lainnya?

Gaby pun menjawab, “Kuliah adalah masa bagi kita mencari pengalaman dan teman sebanyak mungkin. Jangan takut buat mencoba! Kalau sudah mencoba, tapi ternyata nggak cocok, ya nggak masalah.Kalau nggak mencoba, kita nggak akan tahu. Dari situlah kita bisa mengetahui yang kita butuhkan, termasuk minat dan bakat. Jangan membatasi diri, cobalah kegiatan, seperti organisasi atau lomba. Penting untuk dicatat bahwa kuliah itu cuma 4 tahun, sayang kalau waktunya tidak dimanfaatkan."

 

Referensi: Wawancara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini