Asuransi untuk Millennial, Sebenarnya Perlu Atau Tidak?

Asuransi untuk Millennial, Sebenarnya Perlu Atau Tidak?
info gambar utama

Apakah Anda pernah terpikir, apakah saya butuh asuransi atau tidak? Kalau saya perlu, kira-kira asuransi untuk millennial seperti apa?

Mungkin kisah ini bisa Anda jadikan sebagai renungan. Saya pernah mendapat cerita dari teman mengenai pengalamannya membeli asuransi pertamanya. Sebut saja teman saya ini bernama Aria, pemuda 28 tahun bekerja sebagai seorang HR.

Aria adalah seseorang yang dibesarkan oleh keluarga yang tidak pernah membahas masalah keuangan. Nasihat keuangan yang dia dapat, sama seperti kebanyakan millennial, yaitu:

  1. Belajar yang benar, supaya nilainya bagus. Kemudian daftar di perusahaan dengan gaji besar.
  2. Penghasilan harus lebih besar daripada pengeluaran.
  3. Jangan boros.
  4. Prioritaskan kebutuhan daripada keinginan.
  5. Jangan lupa menabung.

 

Bagaimana dengan asuransi?

Tidak ada dalam list diskusi atau nasihat keuangan di keluarganya.

Dua tahun lalu, Aria terkena penyakit demam berdarah dan tipus (paket komplit sakit) dan harus masuk IGD selama 1 hari dan dirawat di rumah sakit selama 4 hari. Momen itu adalah momen masuk rumah sakit pertama yang dialami oleh Aria.

Dia merasakan namanya menu sehat rumah sakit. Dia merasakan namanya diinfus sepanjang hari. Dia merasakan namanya disuntik cek darah setiap hari.

Sampai suatu saat, setelah mau pulang dari rumah sakit. Dia merasakan melihat tagihan rumah sakit dan membayarnya.

Tagihan rumah sakit itu terdiri dari 5 lembar penjelasan, mulai dari penjelasan biaya dokter, biaya perawatan di IGD, perawatan di rumah sakit, bermalam di rumah sakit, obat-obatan, cek darah, laboratorium dan lainnya.

Setelah di total, ternyata harga yang harus dibayar adalah Rp12.573.339

Terbilang: Dua Belas Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Tiga Ribu Tiga Ratus Tiga Puluh Sembilan Rupiah

Pada saat akan ke luar rumah sakit, Ibu Aria mengambil tagihan rumah sakit dari tangan Aria. Tidak butuh lama, Ibu Aria mengurus seluruh tagihan rumah sakit dan mengantar Aria pulang dari rumah sakit.

Pada momen tersebut Aria, merasa sedih sekali karena di usia 26 tahun, dirinya tidak memiliki proteksi. Dia baru tahu ternyata penyakit gabungan demam berdarah dan tipus harganya bisa lebih dari Rp12,5 juta.

Dia berpikir ini baru sakit demam berdarah, bagaimana jika penyakit yang lebih serius, seperti jantung, cancer, lupus atau kecelakaan?

Coba bayangkan jika permasalahan Aria ini terjadi pada diri Anda? Apa yang kira-kira Anda rasakan?

Singkat cerita, setelah sehat, Aria langsung menemui temannya yang pernah menawarkan asuransi. Setelah itu, Aria memutuskan untuk mengambil asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan isi koceknya (kemampuan finansial).

Aria berharap jika sampai dirinya masuk ke rumah sakit lagi, maka seluruh biaya yang harusnya dibayar dirinya dapat dibayarkan oleh perusahaan asuransi.

Dalam bahasa teknis, asuransinya dapat memindahkan risiko atau mentransfer risiko (risk sharing), seharusnya biaya berobat dibayar Aria sekarang dibayarkan oleh perusahaan asuransi.

Jadi sampai sini, apakah millennial butuh asuransi?

Jenis Asuransi untuk Millennial yang Harus Anda Pertimbangkan!

Yuk kita bahas satu per satu asuransi untuk millennial:

 

Asuransi Jiwa, Jika Sudah Berkeluarga (atau Memiliki Tanggungan)

Saya tahu, saat ini Anda baru memiliki keluarga kecil, Anda, pasangan dan satu (atau dua) orang anak. Saya tahu rasa senang yang Anda rasakan setiap harinya. Setelah pulang kerja, lelah dan emosi selama sehari kerja hilang ketika lihat bayi atau anak Anda tertawa.

Anak-anak Anda adalah orang yang paling membutuhkan perlindungan atau proteksi atas penghasilan (income) Anda.

 

Kenapa?

Anda adalah aset buat keluarga, karena Anda adalah sumber pemasukan untuk keluarga. Coba bayangkan, jika saat ini terjadi sesuatu dengan Anda sehingga Anda tidak bisa bekerja dan menghasilkan pemasukan.

Coba bayangkan, kasus seperti ini menimpa Anda:

Pasangan suami istri, meninggal saat terjadinya kecelakaan pesawat Lion Air JT610. Pasangan tersebut meninggalkan dua orang anak yang masih berusia sekolah.

 

Siapa yang harus membesarkan dan menyekolahkan (dari TK sampai lulus Sarjana S1)?#UangDarimana?

Asuransi Kesehatan dan Penyakit Kritis (bahkan jika sudah ada asuransi dari kantor)

Anda mungkin berpikir: Kenapa perlu beli asuransi kesehatan? Kan sudah ada dari kantor? Buang-buang uang aja?

Apakah saya butuh asuransi, jika saya sudah mendapatkan asuransi dari kantor dan BPJS Kesehatan?

Jawabannya: silakan Anda simpulkan sendiri. Sebelumnya saya ingin ceritakan satu pengalaman dari kenalan saya.

Rio (bukan nama sebenarnya) pemuda berusia 29 an tahun bekerja di sebuah perusahaan agensi periklanan (advertising agency) di Indonesia. Memulai karier dari bawah sampai akhirnya menjadi manajer 

Karena adanya tekanan pekerjaan dan terjadi banyak masalah dengan keluarga, akhirnya terkena penyakit stroke. Karena penyakitnya, maka Rio tidak bisa masuk kerja selama beberapa bulan.

Singkat cerita perusahaan memecat Rio. Coba bayangkan bagaimana seseorang yang tidak bisa bekerja (karena sakit) dan kemudian dipecat?

Kira-kira apakah kantor tetap memberikan asuransi kepada karyawan yang sudah dipecat?

Jawabannya TIDAK. Lalu #UANGDARIMANA untuk berobat?

Jadi apakah saya butuh asuransi, jika saya sudah mendapatkan asuransi dari kantor dan BPJS Kesehatan?

 

Asuransi untuk Aset: Mobil, Rumah

Jika saat ini Anda sedang membeli rumah pertama dengan cicilan, jika saat ini Anda sedang membeli mobil pertama dengan cicilan, maka Anda perlu melindungi aset tersebut.

Mengapa?

  • Coba bayangkan jika terjadi sesuatu dengan rumah? Apakah ada cukup dana untuk membangun kembali?
  • Coba bayangkan jika terjadi sesuatu dengan mobil? Apakah ada cukup dana untuk melunasi sisa pinjaman dan membeli mobil baru lagi?

 

Lindungi aset-aset yang memang penting untuk Anda.

What’s NEXT? TIPS BELI ASURANSI!

Sekarang ini Anda sudah tahu apa pentingnya asuransi? Anda juga sudah tahu, apa saja asuransi yang dibutuhkan.

Satu hal yang belum saya bagikan adalah apa saja tips membeli asuransi. Jadi sekarang ini saya bagikan tips-tips membeli asuransi:

  1. Belilah asuransi sesuai dengan kebutuhan Anda, dari jenis asuransi, jumlah perlindungan dan periode perlindungan.
  2. Sesuaikan dengan kemampuan finansial Anda.
  3. Pilih agen asuransi yang memiliki pengalaman di industri.
  4. Beli asuransi untuk PROTEKSI, bukan untuk INVESTASI.
  5. Jangan tunggu NANTI, asuransi hanya bisa dibeli sebelum risiko terjadi.

 

Sumber : Finansialku.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini