Dulunya Sungai Kumuh Terlantar, Ini Sosok di Balik Hutan Kota Pesanggrahan

Dulunya Sungai Kumuh Terlantar, Ini Sosok di Balik Hutan Kota Pesanggrahan
info gambar utama

Ada banyak titik sungai di Jakarta yang selama ini selalu dihantui ancaman banjir, apalagi jika musim hujan tiba. Belum lagi bicara penyebab yang biasanya dikaitkan dengan sampah. Salah satu wilayah yang dulunya langganan mengalami permasalahan banjir adalah wilayah Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Tapi itu dulu, kini Pesanggrahan menjadi wilayah yang lebih terjaga bahkan jauh lebih baik, semua itu terjadi berkat keringat dan aksi besar yang dilakukan oleh seorang warga asli Betawi, yang mendedikasikan puluhan tahun hidupnya untuk mencipta hutan di kawasan tersebut, yakni Babeh Idin.

Mengenal Sosok Penjaga Laut Indonesia yang Curi Perhatian Barack Obama

Sosok di balik hutan kota Pesanggrahan

Bukan Babeh Idin, nama asli dari sosok pegiat, pelopor, sekaligus pelestari lingkungan di wilayah bantaran sungai Pesanggrahan yang dimaksud sebenarnya adalah Haji Chaerudin. Dirinya diketahui sudah melakukan aksi pemeliharaan di sekitar bantaran sungai Pesanggrahan sejak tahun 1986. Ya, lebih dari 3 dekade.

Usianya Babeh Idin saat ini diketahui sudah berada di kisaran kepala 6, tapi semangatnya untuk memelihara kelestarian lingkungan yang sudah ia bangun selama bertahun-tahun tetap terjaga.

Mengutip swa.co.id, Babeh Idin menuturkan jika dulunya kawasan sungai pesanggrahan yang berada di kawasan Lb. Bulus, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan situasinya sangat memprihatinkan, kotor, banyak sampah, kering, dan sama sekali tidak ada ada tanaman di pinggir-pinggir sungai.

Tapi kini, bantaran dan area sekitar sungai pesanggrahan yang dulunya tak terawat itu sudah berubah sepenuhnya menjadi lahan hijau berupa hutan kota yang dikenal sebagai Hutan Kota Pesanggrahan, Sangga Buana Karang Tengah, yang memiliki luas lahan sekitar 40 hektare.

Pernah Berkunjung ke Hutan Pinus Mangunan? Ini Sosok di Balik Pengembangannya

Dianggap gila

Tak berbeda dengan kisah para pejuang lingkungan lain, Babeh Idin menceritakan jika dulunya ia kerap mendapat cemoohan saat pertama kali melakukan aksi pembersihan seorang diri.

Sambil menirukan cibiran orang-orang di masa lalu, ia mengungkap seperti apa ucapan yang kerap dilontarkan kepadanya kala itu.

“Orang-orang bilang, 'Jangan ngikuti Bang Idin, dia lagi gila, miskin, pengangguran, tiap hari kerjanya ngauk-auk sampah di kali, menanam-nanam pohon," kenang Babeh Idin, mengutip Detik.com

Menurutnya, berbagai upaya mulai dari pembersihan sampah, penanaman pohon, hingga pelepasan bibit ikan dia lakukan dengan berlandaskan prinsip jika alam bukan hanya warisan dari nenek moyang, tapi titipan dari anak dan cucu supaya mereka bisa menerimanya dalam kondisi yang baik di masa depan kelak.

"Silakanlah orang menghina gue miskin, gila, tapi gue berjalan terus. Begitu pohon yang gue tanam berbuah, gue nggak mengklaim bahwa itu pohon gue," tambahnya.

Setelah 36 tahun berjibaku memperjuangkan kelestarian sungai Pesanggarahan dan lingkungan sekitar, akhirnya perjuangan itu membuahkan hasil. Bukan hanya menciptakan lahan hijau, dirinya kini banyak dihormati sebagai sosok yang mengelola Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KTLH) Sangga Buana.

Dengan adanya KLTH, banyak orang yang kini justru menggantungkan hidupnya dari kawasan di sekitar sungai Pesanggrahan, mulai dari membuat tambak ikan, membuat pemancingan, hingga tempat wisata.

Mengintip Objek Wisata Jembatan Akar Berusia 1 Abad di Sumatra Barat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini