ITS Rancang Gerakan Seribu Tangan Palsu yang Ramah Difabel

ITS Rancang Gerakan Seribu Tangan Palsu yang Ramah Difabel
info gambar utama

Penyandang disabilitas menjadi salah satu golongan masyarakat yang harus diberikan perhatian lebih dan khusus oleh siapapun. Indonesia termasuk pada negara yang memiliki jumlah penyandang disabilitas yang cukup banyak.

Akan tetapi, dapat dikatakan belum cukup banyak dan merata teknologi maupun fasilitas yang tepat bagi penyandang disabilitas. Sudah seharusnya pemerintah memperhatikan lebih baik untuk memenuhi kebutuhan para disabilitas. Hal ini coba ditunjukkan oleh ITS.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember tak ada habisnya berinovasi. Indonesia perlu bangga memiliki universitas layaknya ITS. Belum lama ini, tepatnya bulan Juni silam, dikabarkan ITS membuat inovasi gerakan seribu tangan palsu.

Bahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2020 Indonesia memiliki total 22,5 juta penyandang disabilitas. Indonesia mengkategorikan jenis disabilitas menjadi lima, meliputi disabilitas fisik, mental, intelektual, multiple, dan sensorik.

Melalui permasalahan tersebut, timbul inovasi apik dari sang inisiator, Djoko Kuswanto, ST. M. Biotech selaku dosen ITS yang menjadi ketua pelaksana Program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Prioritas ITS bersama para sitivas akademika ITS merancang sebuah gerakan dengan nama Gerakan Seribu Tangan Palsu.

Melansir dari ITS, gerakan ini berbasis pada teknologi printer 3D model prostetik tangan open source karya laboratorium Integrated Digital Design (iDIG) Departemen Desain Produk Industri (Despro) ITS. Kawan yang cakap dalam bidang 3D jangan sampai tak ikut kontribusi dalam inovasi ini.

Gerakan Seribu Tangan Palsu turut mendesain finger prosthetic untuk dua jari dengan satu tipe. Keterlibatan bengkel protestik atau ortotik dalam gerakan ini pun turut terbantu karena secara tak langsung ITS menambah pendapatan mereka.

Hal itu jadi salah satu tujuan Gerakan Seribu Tangan Palsu yang tercapai dalam tujuan menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar. Dalam pengembangan gerakan ini pun ikut melibatkan masyarakat umum untuk berbagi informasi tentang keberadaan penyandang difabel, memberikan bantuan, berupa donasi untuk material dan semacamnya.

Ini dilakukan guna Gerakan Seribu Tangan Palsu betul-betul sampai pada para disabilitas sehingga Kawan disabilitas mendapatkan manfaatnya melalui tangan palsu ITS karena para dosen ITS memperhatikan secara saksama bagaimana perkembangan inovasi khusus difabel.

ITS pun menggaet ITB STIKOM Bali untuk berkolaborasi bersama menyasar para penyandang disabilitas. ITS memilih Bali tentu bukan tanpa alasan. Dipilihnya Bali karena provinsi ini jadi daya tarik paling tinggi oleh masyarakat dunia.

Dalam pertemuan secara langsung, dihadirkan dua penyadang disabilitas dari Denpasar, Bali yang kehilangan satu tangan akibat kecelakaan kerja. Dari situlah, gerakan ini pertama kali di implementasikan.

Melansir dari Nusa Bali, Djoko berujar bahwa Gerakan Seribu Tangan Palsu dicetuskan untuk membagikan ilmu yang dimiliki yang mana tak hanya sekadar teknologi, tetapi juga bermanfaat secara nyata bagi masyarakat. Melalui bantuan tangan palsu ini diharapkan orang-orang difabel dapat melakukan aktivitas yang lebih leluasa dan produktif.

Tentunya Pemerintah Kota Denpasar, tentunya secara penuh mendukung Gerakan Seribu Tangan Palsu yang kehadirannya menghadirkan senyum bahagia dari penyandang disabilitas yang ada.

Sungguh hebat sekali, bukan? Kawan, ini sebagai bukti kalau inovasi pun tak melulu hanya teknologi yang masyarakat biasa saja yang mendapatkan manfaatnya, tetapi masyarakat difabel pun juga berhak memeroleh segala inovasi yang tercipta khusus untuk mereka.

Gerakan Seribu Tangan Palsu menjadi salah satu gerakan ramah difabel terbaik yang benar-benar memberikan manfaat nyata bagi sahabat difabel.

Referensi: ITS | Nusa Bali

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini