Jagung Titi, Kuliner Lokal dari Timur yang Wajib Dipertahankan oleh Kaum Muda

Jagung Titi, Kuliner Lokal dari Timur yang Wajib Dipertahankan oleh Kaum Muda
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI

#CeritadariKawan

#NegeriKolaborasi

#MakinTahuIndonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki aneka ragam Suku Bangsa dengan latar belakang budaya lokal yang unik. Di dalam bingkai negara Indonesia ini, terdapat pula kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh masing-masing Suku Bangsa. Salah satu kekayaan yang dimaksud yakni kuliner atau makanan lokal.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, terdapat salah satu jenis kuliner lokal yang populer dikenal dengan sebutan jagung titi. Bagi pemilik kuliner ini, jagung titi tidak hanya dilihat sebagai kuliner atau makanan khas, melainkan juga terselip nilai kearifan lokal, budaya, sejarah dan tentu juga ekonomi.

Jika Kawan berkunjung ke Flores Timur dan Lembata, pasti Kawan akan disuguhi jagung titi yang renyah tetapi juga cukup keras. Karena itu, bagi yang bergigi “tinggal dua” jangan coba-coba melahap jagung titi dari Lembata atau Flores Timur.

Sebagai salah satu makanan lokal, jagung titi merupakan warisan leluhur yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, saat para leluhur belum mengenal pendidikan resmi. Walaupun begitu, cara berpikir mereka sudah sangat maju, khususnya proses menghasilkan makanan yang hingga kini disebut jagung titi atau dalam bahasa daerah Suku Bangsa Kedang di Lembata disebut hengan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mama Tima di Desa Mahal, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, pada Minggu (4/12/22) dapat diurutkan proses pembuatan jagung titi yakni sebagai berikut: masukkan sejumlah biji jagung ke dalam sebuah tembikar (priuk tanah) yang sudah terpanggang di atas tungku api; tunggu hingga 5-10 menit lamanya.

Jika jagung sudah terasa panas dan matang, maka Kawan bisa mengambil beberapa biji jagung dan langsung pindahkan ke atas sebuah batu ceper berukuran sedang dan langsung dititi atau dipipihkan menggunakan sebuah batu yang berukuran kecil. Batu tempat meniti jagung biasanya diambil di kali mati, makanya sering disebut batu kali.

Batu ceper berukuran besar disebut uar inan (batu ibu) sedangkan yang kecil sebagai peniti jagung disebut uar ana' (batu anak).

Nikmatnya jagung titi juga berbeda-beda sesuai dengan proses pembuatannya atau kecakapan seorang peniti jagung. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa memproduksi jagung titi, butuh kecakapan dan latihan ekstra.

Proses pembuatan kuliner lokal ini dilakukan berulang-ulang sampai menghasilkan jagung titi dengan jumlah yang banyak. Jagung yang sudah dititi, kemudian dipindahklan ke salah satu wadah lain yang biasanya terbuat dari anyaman daun lontar atau kili’ dalam bahasa daerah Suku Bangsa Kedang di Kabupaten Lembata.

Setelah itu, jagung titi biasanya disimpan dalam sebuah toples plastik yang aman agar jagung titi bisa bertahan hingga berminggu-minggu lamanya. Lantaran jagung titi, kuliner khas dari Indonesia timur ini bertahan dalam waktu yang cukup lama, maka kuliner ini sangat cocok bagi Kawan yang hidup di kost sebagai mahasiswa.

Selain cocok bagi mahasiswa, jagung titi juga sangat familiar bagi para petualang atau mereka yang mengadakan perjalanan jauh. Jagung titi mudah dibawa dan ringan sehingga tidak menyulitkan Kawan. Akan lebih nikmat lagi jika jagung titi dikonsumsi bersamaan dengan sayur daun kelor dan ikan kering.

Dari aspek ekonomi, jagung titi turut berkontribusi bagi pelaku usaha produktif atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebab, kuliner ini sudah masuk dalam dunia pasar.

Saat mengunjungi pasar tradisional di Walangsawa, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Senin (5/12/22), saya berpapasan langsung dengan ibu-ibu yang setia menawarkan jagung titi kepada para pembeli. Harganya cukup murah. Kawan bisa membeli dengan jumlah yang banyak, semakin banyak Kawan membeli tentu saja harganya tak semakin mahal, apalagi jika Kawan punya kemampuan membangun negosiasi dengan para penjual.

Lebih lanjut, jagung titi juga memiliki nilai kearifan lokal atau juga keterkaitannya dengan budaya lokal setempat. Misalnya di Kabupaten Lembata, jagung titi merupakan kuliner yang wajib ada saat upacara tradisional atau kematian. Ketika ada upacara adat misalnya, jagung titi merupakan kuliner yang wajid disediakan. Bukan hanya itu, di dalam budaya Suku Bangsa Kedang yang ada di bagian timur pulau Lembata, jagung titi merupakan makanan yang wajib dibawa saat ada peristiwa kematian. Selain jagung titi, ada ikan kering dan beras. Tiga jenis makanan itu bersifat ‘wajib ada’ bagi orang Kedang saat menghadapi peristiwa kematian.

Proses Pembuatan Jagung Titi di Lembata, Nusa Tenggara Timur
info gambar

Peran Kaum Muda

Pada bagian awal di atas, saya sudah menjelaskan kepada Kawan bahwa jagung titi mudah diproduksi. Namun demikian, pada zaman yang serba canggih ini, terdapat pula tantangan yakni jagung titi terancam punah di tangan generasi muda, khususnya milenial dan generasi Z.

Hal yang sangat memprihatinkan saat ini yakni proses pewarisan sekaligus minat generasi muda terhadap jagung titi yang patut diragukan. Sebab, dua generasi muda itu, sebagian besarnya tak lagi menaruh perhatian serius terhadap proses pewarisan atau produksi jagung titi.

Keprihatinan ini mesti segera diatasi secara kolektif, baik dari masyarakat akar rumput maupun Pemerintah Daerah setempat.

Generasi muda mesti disegarkan cara berpikirnya bahwa jagung titi merupakan kuliner khas dan kebanggaan orang Lembata dan Flortes Timur. Oleh karena itu, mempertahankannya di tengah tantangan zaman bersifat mutlak dan wajib dilaksanakan.

Tak dimungkiri bahwa zaman yang serba canggih ini menghadirkan aneka kemudahan. Hal ini tentu saja berpengaruh pada cara berpikir kaum muda terhadap eksistensi jagung titi. Oleh karena itu, kerja kolaboratif antara Pemerintah dan masyarakat perlu dipertimbangkan agar eksistensi jagung titi tetap hidup di tangan generasi muda.

Pemerintah bisa membangun kerjasama dengan masyarakat melalui pendidikan di sekolah-sekolah atau kelompok-kelopok masyarakat lokal yang menaruh perhatian serius terhadap proses pewarisan jagung titi. Kerja kolaboratif model ini, bisa dipastikan akan membuka cakrawala berpikir kaum muda terkait dengan eksistensi jagung titi di tengah tantangan zaman.

Referensi:Merdeka | Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini