Dedikasi Para Kiai dalam Pendidikan, Menjelajah Kisah Ponpes Sukorejo

Dedikasi Para Kiai dalam Pendidikan, Menjelajah Kisah Ponpes Sukorejo
info gambar utama

Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo merupakan pondok yang berada tepat di dusun Sukorejo, Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo bagian timur. Dengan jumlah santri sekarang mencapai puluhan ribu, pesantren ini menjadi salah satu pesantren terbesar di Jawa Timur.

Menurut hikayat, pondok Sukorejo berawal dari hutan belantara yang di dalamnya terdapat beragam binatang buas. Kemudian oleh KHR. Syamsul Arifin digubah dan dibangun menjadi pondok pesantren dengan dibantu oleh putranya KHR. Asad Syamsul Arifin. Sejak tahun 1914, pondok pesantren berkembang bersamaan dengan datangannya santri. Pada tahun yang sama juga ditetapkan sebagai tahun berdirinya pondok pesantren tersebut.

Ponpes Salafiyah | Foto: pariwisata.situbondokab.go.id

Kiai Syamsul mengajari santri yang ada pada waktu itu. Tidak hanya berperan sebagai pengajar, beliau juga membantu masyarakat ketika butuh pertolongan seperti halnya pengobatan dan hajat. Nah, sejak itu beliau mulai banyak dikenal orang, baik dari kalangan Sukorejo sampai di luar Sukorejo.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Pesantren Sukorejo tidak hanya menjadi pusat belajar, tapi juga sebagai pusat perjuangan kemerdekaan. Para pejuang banyak yang ditampung di pesantren, sekaligus sebagai markas penyusunan strategi melawan penjajah.

Pada tahun 1951, KHR. Syamsul Arifin wafat. Pada waktu itu yang ditetapkan sebagai pengasuh pondok pesantren yaitu KHR. As’ad Syamsul Arifin. Pada saat berganti pengasuh, hari demi hari santri mulai bertambah, sehingga kiai yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional itu sibuk dengan memperbesar tempat buat santri-santrinya.

Proses belajar mengajar baru bisa dilaksanakan melalui sistem sorogan dan bandongan. Setelahnya, mulai dikembangkan sistem klasikal dengan didirikannya beberapa lembaga pendidikan, seperti Madrasah ibtidaiyah, tsnawiyah, aliyah, hingga peguruan tinggi seperti Ma’had 'Aly.

Lahirnya lembaga Ma’had Aly Situbondo didasari oleh kegelisahan kiai Asad Syamsul Arifin. Kemudian kegelisahannya disampaikan di forum lokal. Forum tersebut dilaksanakan di kediaman kiai As’ad sendiri pada tahun 1989 bertepatan dengan pelaksanaan haul KHR. Syamsul Arifin bin Ruham.

Dalam forum tersebut, kiai As’ad dan beberapa kiai lainnya yang berasal dari berbagai daerah menyampaikan kegelisahannya terkait merosotnya kualitas pesantren dan kelangkaan fuqaha’ pada saat itu. Untuk menjawab kegelisahan tersebut, maka Kiai As’ad dan kiai lainnya yang hadir pada saat itu bersepakat untuk mendirikan sebuah lembaga khusus yang mempelajari dan mengkaji kitab-kitab salaf.

Kemudian, (melalui forum ini juga) dibentuklah tim kecil untuk mengawal mufakat para kiai tersebut untuk mendirikan lembaga khusus dengan fokus mempelajari dan mengkaji kitab-kitab salaf. Diantaranya Hasan Basri, Lc. dari Situbondo sebagai ketua tim dan Afifuddin Muhajir dari Situbondo sebagai anggota.

Setelah mendengar gagasan demi gagasan yang disampaikan oleh para kiai dalam forum lokal tersebut maka tim kecil yang diketuai oleh Alm. KH. Hasan Basri, Lc. langsung. Beliau menyusun beberapa langkah teknis yang lebih konkret untuk pendirian lembaga yang kelak memiliki banyak kontribusi. Dalam forum lokal ini masih belum ditentukan nama lembaga sebagai pengobat kegelisahan kiai As’ad.

Untuk melanjutkan tidak lanjut atas gagasan yang sudah disepakati dalam pertemuan sebelumnya (forum lokal). Kiai As’ad kembali mengadakan pertemuan. Pertemuan yang kedua tersebut dilaksanakan di kediaman KH. Khatib Hasbulla, Glenmore, banyuwangi.

Pada akhirnya diforum lain apa yang telah disampaikan oleh Alm. KH. Hasan Basri dan ditindaklanjuti dan dibahas kembali secara mendalam oleh kiai-kiai yang hadir pada saat itu selama dua hari-dua malam.

Dari pembahasan yang dilakukan lahirlah beberapa rumusan untuk pendirian Ma’had Aly kedepan. Sebagian rumusan yang lahir dari forum itu antara lain adalah tentang AD/ART Ma’had Aly, kurikulum Ma’had Aly dan pokok-pokok pemikiran tentang pengembangan fikih dan ushul fikih yang akan diterapkan di Ma’had Aly ke depan.

Selain itu, forum tersebut juga merekomendasikan agar pendirian lembaga tersebut dipusatkan di PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Melalui forum ini pula “Ma’had Aly” disepakati sebagai nama bagi lembaga yang baru lahir ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini