Mengenal Perang Parit di Ukraina

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

Mengenal Perang Parit di Ukraina
info gambar utama

Siapapun yang mengikuti perkembangan perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina pasti mengetahui bahwa pasukan kedua pihak terutama Ukraina menggunakan taktik perang parit. Tanah digali yang panjangnya bisa berkilo-kilo meter, dan bentuk nya tidak lurus, melingkar-lingkar seperti labirin dan dibeberapa titik ada tempat berlindung seperti gua kecil.

Parit yang dibuat itu bertujuan untuk berlindung bagi tantara sekaligus menghambat laju gerak pihak lawan. Tapi tentu ada yang bertanya bukankah taktik perang parit itu adalah taktik kuno.

Perang parit adalah jenis perang darat menggunakan garis pendudukan yang sebagian besar terdiri dari parit militer, di mana pasukan terlindungi dengan baik dari tembakan senjata kecil musuh dan secara substansial terlindung dari artileri.

Perang parit biasanya terkait dengan Perang Dunia I (1914–1918). Namun jauh sebelum itu pada sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW ada pertempuran dengan menggunakan taktik ini. Pertempuran Parit yang dikenal sebagai Pertempuran Khandaq (bahasa Arab) terjadi pada tahun 627; itu adalah pembelaan selama 27 hari oleh Muslim Yathrib (sekarang Madinah) dari suku-suku Arab dan Yahudi.

Kekuatan pasukan penyerbu diperkirakan sekitar 10.000 orang dengan enam ratus kuda dan beberapa unta, sedangkan pasukan Muslim Madinah berjumlah hanya 3.000. Tentu para pasukan Muslim Madinah ini kalah dalam jumlah, perang ini dipimpin oleh nabi Muhammad SAW, menggali parit atas saran sahabat Salman Farisi dari Persia, bersama dengan benteng alami wilayah Madinah, taktik benteng parit ini membuat kavaleri pihak penyerbu (terdiri dari kuda dan unta ) tidak berguna.

Sekarang di Ukraina, setelah berbulan-bulan pertempuran, kota Bakhmut di Ukraina terlihat seperti neraka. Gambar-gambar dari minggu lalu menunjukkan lanskap apokaliptik dari tanah yang berlubang, pohon-pohon yang hancur dan tentara berdiri di genangan air di parit berlumpur.

Pemandangan seperti itu hampir sama dengan beberapa bagian terburuk perang parit dari Perang Dunia Pertama. Bakhmut terletak di sepanjang garis depan tenggara tempat Ukraina berhasil merebut kembali petak-petak wilayah pada bulan September. Mayoritas dari 70.000 penduduk kota telah melarikan diri dan tentara dari kedua belah pihak telah menggali parit pertahanan.

Tentu saja, perang di Ukraina ini adalah perang di tahun 2022, bukan 1918.. Kedua belah pihak memiliki akses ke teknologi canggih—seperti drone Switchblade yang dapat berfungsi sebagai sistem pengintaian dan alat mematikan—yang memberi mereka gambaran yang lebih luas dan kemampuan mencolok yang lebih besar daripada konflik di masa lalu.

Parit di Donbas bukanlah hal baru. Sejak pertempuran antara Ukraina dan separatis yang didukung Rusia dimulai pada 2014, kedua belah pihak menggali sepanjang puluhan kilometer dari garis depan.

Mengapa perang parit masih digunakan pada tahun 2022, ada yang berpendapat bahwa prevalensi perang parit adalah bahwa Lebih mudah untuk menggali daripada menyerang, kata Matthew Cancian, seorang PhD MIT yang meneliti operasi militer dan seorang veteran Marinir.

Tentara secara naluriah menggali, dan pada saat Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada bulan Februari, tentara Ukraina memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam taktik itu. Pertanyaannya, kata Cancian, adalah apakah perang parit masih layak di era serangan presisi dan proliferasi drone?

Satu hal yang tidak benar-benar berubah dengan perang parit adalah masalah logistik. Pasukan masih perlu dipasok kembali, dan mengingat medan yang rusak dan risiko serangan yang ditargetkan pada kendaraan apa pun, truk tidak bisa begitu saja menarik dan menjatuhkan makanan, amunisi, atau pakaian.

Dalam berbagai tayangan video pertempuran di Ukraina ini, terlihat drone pengintai milik pasukan Rusia melayang-layang diudara kemudian melaporkan foto posisi benteng parit tantara Ukraina beserta koordinatnya ke pasukan Rusia yang memiliki artileri presisi canggih dan kemudian menembakkan peluru-peluru kaliber besar ke parit Ukrainia.

Seringkali pasukan Rusia menggunakan pesawat drone Lancet dan juga drone Kamikaze membom benteng paritnya Ukraina. Yang menakutkan adalah bulan-bulan ini mulai musim dingin/salju di Ukraina dimana suhunya bisa mencapai minus 10-30 derajat celcius, dan ini membuat pasukan yang berada di dalam parit tergenang air, membeku dan mati sebelum dibom pihak lawan.

Musim dingin Stalingrad, awal kehancuran Nazi Jerman | Wikimedia commons
info gambar

Nampaknya pihak Rusia menggunakan musim dingin salju sebagai momen yang paling bagus untuk melakukan penyerangan, dan pasukan Rusia berpengalaman perang dalam kondisi salju seperti ketika mengalahkan pasukan Nazi Jerman dalam perang di Stalingrad tahun 1940 an.

Ribuan tentara Hitler kala itu mati membeku, peralatan tempur mereka seperti tank, kendaraan lapis baja tidak bisa bergerak karena beku, dan akhirnya ratusan ribu tentara Jerman menyerah kepada pasukan merahnya Uni Sovyet.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini