Kisah Si Kuning, Kucing yang Jadi Belahan Jiwa Buya Hamka

Kisah Si Kuning, Kucing yang Jadi Belahan Jiwa Buya Hamka
info gambar utama

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa disebut Buya Hamka merupakan seorang ulama dan juga sastrawan terkemuka di Indonesia. Dirinya juga tokoh Muhammadiyah yang memperjuangkan kemerdekaan hingga mendapat gelar pahlawan nasional.

Tetapi dibalik nama besar yang disandangnya, Hamka ternyata adalah pribadi yang sayang dengan binatang. Dirinya disebut memiliki seekor kucing yang bernama Si Kuning yang setia duduk di pangkuannya.

Cerita Hamka dengan kucing kesayangannya itu dituturkan oleh Irfan Hamka dalam Ayah: Kisah Buya Hamka yang menyebut Si Kuning ditemukan pada suatu Subuh tahun 1950-an. Saat itu Hamka dikejutkan dengan erangan seekor kucing kecil di sekitar rumahnya.

Buya Hamka dan Perannya Ketika Memilih Bersahabat dengan Jepang

Sedari malam, Hamka memang sudah mendengar suara kucing tersebut namun diabaikannya. Tetapi lambat laun, suara kucing itu sudah sangat dekat, seperti ada di depan teras rumahnya.

Selepas shalat, Hamka buru-buru mendatangi sumber suara tersebut. Dan benar saja, di depan pintu rumahnya sudah ada seekor anak kucing domestik berwarna kuning yang tampak kotor dan kurus.

“Kucing itu segera dibawa masuk dan dibersihkan oleh ayahnya. Tidak lupa secangkir susu dan beberapa potongan kain disiapkan untuk si kucing. Hamka terlihat begitu senang melihat kucing kurus itu terlelap setelah menghabiskan susu yang ia siapkan,” tulis M Fazil Pamungkas dalam Kisah Hamka dan Si Kuning yang dimuat Historia.

Kucing dan Hamka

Ternyata setelah empat bulan, Si Kuning yang awalnya ditemukan sangat lusuh menjadi kucing remaja yang sehat. Bahkan, kucing tersebut memiliki tugas khusus dari penulis Tenggelamnya Kapal Van der Wijck itu yakni memburu tikus.

“Sejak ada Si Kuning, rumah di Gang Toa Hong II, Kebon Jeruk itu terbebas dari tikus-tikus yang selama ini sangat mengganggu,” tulis Irfan.

Dikatakannya Si Kuning sangat menurut kepada Hamka, pernah saat ulama itu pergi ke Amerika selama empat bulan. Si Kuning tampak kesepian. Hewan itu terus saja mengeong mencari majikannya.

Buya Hamka, Jalan Dakwah dan Perjuangan Melalui Masjid Agung Al Azhar

Pada pertengahan tahun 1956, Hamka dan keluarganya pindah rumah ke Jalan Raden Fatah. Mereka tidak lupa mengajak serta Si Kuning yang ditempatkan dalam sebuah sangkar besi.

Karena proses pindahan itu, Si Kuning hampir dua hari tidak dikeluarkan. Pada sore hari, entah siapa yang membuka, Si Kuning sudah ada di luar kandangnya. Dia berlarian kesana kemari, tetapi tidak ada yang memantau.

Hingga akhirnya mereka baru sadar, kalau kucing kesayangan Hamka telah hilang. Seluruh anggota keluarga lalu mencari Si Kuning di sekitar rumah mereka. Tetapi tidak ditemukan. Ketika itu Hamka tidak ada di rumah karena sedang perjalanan dinas.

“Sampai malam Si Kuning tidak ditemukan. Ayah marah ketika mendengar kucing kesayangannya hilang,” katanya.

Si Kuning kembali

Setelah dua minggu, keluarga telah pasrah kalau Si Kuning tidak akan kembali. Tetapi tiba-tiba keberadaan kucing itu kembali terdengar. Berdasarkan info tetangga, Si Kuning terlihat berkeliaran di sekitar rumah Hamka yang lama.

Walau ada informasi itu, selama dua bulan keluarga Hamka tidak bisa menemukan Si Kuning. Namun suatu sore, ketika seluruh anggota keluarga tengah bersantai, terdengar suara kucing di depan rumah, sontak semua berlari ke luar rumah.

Bukan main, dugaan mereka tepat kalau kucing tersebut adalah Si Kuning. Keluarga Hamka memang mengenal betul suara Si Kuning. Dengan lemas, kucing jantan berbulu kuning itu muncul di depan pintu yang terbuka.

Buya Hamka dan Perannya Ketika Memilih Bersahabat dengan Jepang

“Melihat kedatangan Si Kuning, ayah yang sedang turut menikmati mi rebus langsung berjongkok dan memangku kucing kesayangan itu dengan terharu,” kenang Irfan,

Ketika Hamka kemudian wafat, Si Kuning kembali meninggalkan rumah dan tidak diketahui oleh siapapun. Beberapa kali tetangga Hamka sering melihat keberadaan Si Kuning di sekitar masjid dengan kondisinya yang lemah.

Ada juga tetangga yang berziarah ke makam Hamka pernah melihat Si Kuning di pusara Hamka. Kucing itu sudah sangat dikenal di lingkungan rumah Hamka sehingga orang-orang pasti akan mengenali dirinya.

Irfan yang penasaran, sempat menuju Tanah Kusir, makan Hamka. Tetapi di sana dirinya tidak melihat Si Kuning. Dirinya menjelajahi area pemakaman namun tidak kunjung menjumpai Si Kuning.

“Ada memang beberapa ekor kucing yang kutemui, namun Si Kuning tidak ada. Beberapa kali lagi aku ziarah ke makam ayah, tetap Si Kuning tak lagi kujumpai,” tutur Irfan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini