Cokelat Monggo, Coklat Lokal terbaik Yogyakarta asli Indonesia

Cokelat Monggo, Coklat Lokal terbaik Yogyakarta asli Indonesia
info gambar utama

Kata “monggo” yang berasal dari bahasa jawa memiliki arti “silahkan”. Kata monggo ini dipakai oleh masyarakat Yogyakarta sebagai bahasa yang sopan ketika ada seseorang yang hendak mampir ataupun mengajak ke suatu tempat. Monggo juga gerakan mengacungkan jempol ke arah depan sesuai dengan gambar di atas. Dari makna tersebut, maka lahirlah nama “Coklat Monggo” sebagai nama yang sempurna untuk produk coklat.

Sejarah Coklat Monggo

Thierry, seorang laki-laki lulusan psikologi Brussels yang memiliki hobi traveling memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya yang berkecimpung di dunia anak-anak jalanan selama 7 tahun.

Pada 2001, ia memutuskan untuk bepergian selama satu tahun ke Indonesia dan mengajar sebagai dosen Bahasa Perancis di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Thierry yang berasal dari Belgia yang merupakan negara dengan surga penghasil cokelat terbaik di dunia amat merindukan cokelat buatan kampung halamannya.

Simbol Monggo
info gambar

Ia mulai mencari cokelat terbaik yang ada di Yogyakarta. Namun, ia tidak menemukan cokelat dengan cita rasa yang sempurna. Akhirnya, dengan perbekalan ilmu yang dibawanya dari Belgia, Thierry memutuskan untuk membuat sendiri cokelat dengan cita rasa yang otentik dan sempurna dari bahan berkualitas tinggi.

Cokelat truffles pertama yang ia buat itu dibagikan kepada teman-temannya dan mendapatkan respon yang positif sehingga ia berinisiatif untuk menjualnya menggunakan vespa pink. Selanjutnya, ia menjualnya di agenda SunMor (Sunday Morning) di kawasan sekitar Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan hal itu, ia terus berinovasi mengenai cokelat dan berusaha membangun bisnisnya dari awal.

Cobaan pertama Coklat Monggo

Pada 2005, lahirlah brand dengan nama Chocolate Monggo, produk oleh-oleh khas Yogyakarta dan pelopor cokelat artisan pertama di Yogyakarta. Namun, tahun 2006 terjadi gempa bumi yang berhasil memporak-porandakan Yogyakarta kala itu dan merenggut 6000 korban jiwa.

Akibat kejadian itu, Thierry kehilangan rumah produksi yang digunakan untuk membuat cokelat. Meskipun telah kehilangan rumah, ia harus bangkit dan melanjutkan membangun mimpinya mengembangkan cokelat. Pada akhir 2006, cokelat monggo berhasil meningkatkan produksinya dari yang awalnya hanya 1 kg/hari menjadi 10 kg/hari.

Kampung Cokelat Blitar - Kampung Unik yang Menggerakkan Perekonomian Desa Plosorejo

Thierry mulai mendistribusikannya ke beberapa toko lokal. Tahun 2007, Thierry membangun rumah produksi di Kotagede. Rumah produksinya menjadi daya tarik wisatawan dan saluran tv nasional karena memiliki konsep yang unik. Kesuksesannya ini, ia memutuskan untuk membuat pabrik cokelat dan mendistribusikannya di sekitar Kotagede.

Ekspansinya dalam menjual cokelat telah meluas, ia mulai membuka cabang baru di Jl. Tirtodipuran dan pendistribusian cokelat di seluruh pulau Jawa pun mendulang kesuksesan. Pada 2015, Cokelat Monggo lebih dikenal oleh masyarakat dan membuka toko baru di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Saat itu, produknya semakin bervariasi dengan berbagai varian rasa yang unik dan coklat yang dihasilkan dengan persentase kakao yang lebih tinggi.

Hal ini membuat produk cokelatnya semakin diminati karena pada saat itu selera masyarakat untuk mengurangi gula sangat tinggi. Thierry terus menciptakan sesuatu, yakni museum cokelat yang ia bangun di Kabupaten Bangunjiwo Bantul pada 2017. Ia juga menambahkan kedai kecil agar para pengunjung tak hanya mendapatkan ilmu mengenai dunia cokelat, tetapi juga dapat mencicipi cokelat buatannya.

Coklat Monggo Dihantam Pandemi

Di Bangunjiwo, Thierry juga mulai membangun pabrik barunya karena jumlah karyawan dan produksinya telah meningkat drastis. Sayangnya, pandemi COVID-19 menghantam perekonomian Indonesia, tak terkecuali Cokelat Monggo. Produksi cokelat turun sebanyak 80kg/hari. Mereka terus berupaya untuk mencari solusi agar dapat bertahan di situasi sulit itu.

Akibatnya, mereka menutup toko secara sementara dan permanen yang ada di Jakarta dan Bandara Yogyakarta. Monggo mulai merambah dunia digital dengan melakukan penjualan online dan membuat produk baru seperti Monggo gelato, biskuit, makanan ringan dan sebagainya. Tahun 2022, Cokelat Monggo berhasil bangkit dan membangun kawasan wisata di Jalan Tirtodipuran dengan konsep “House of Chocolate and Gelato”, serta membangun pabrik dengan kapasitas yang lebih besar.

Cokelat di Indonesia: Buah Surga yang Rasanya Digemari dan Produksinya Tinggi

Produk Chocolate Monggo

Saat ini, Cokelat Monggo sudah berinovasi dengan berbagai variasi rasa cokelat dan variasi produknya yang semakin unik. Mulai dari persentase kakao yang tinggi, sedang hingga rendah. Saat ini, mereka juga menyediakan gelato cokelat monggo.

Gelato Coklat Monggo | Instagram Coklat Monggo
info gambar

Bagi kawan yang tertarik untuk membeli cokelat monggo dapat mampir secara langsung ke museum Chocolate Monggo atapun Rumah Cokelat Monggo dan Gelato yang ada di Jl. Tirtodipuran.

Eits, bagi Kawan yang ada di luar Yogyakarta jangan khawatir, karena saat ini Cokelat Monggo sudah dapat dibeli secara online melalui Shopee ataupun Tokopedia. Bagaimana Kawan? Apakah Kawan tertarik untuk mencobanya?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini