Ritus Unggahan yang Jadi Cara Wangsa Bonokeling Jaga Lingkungan

Ritus Unggahan yang Jadi Cara Wangsa Bonokeling Jaga Lingkungan
info gambar utama

Warga Komunitas Adat Bonokeling melakukan ritual jalan kaki yang disebut tradisi Unggahan. Lebih dari 1.000 orang berjalan melintasi jalanan datar serta perbukitan menuju ke Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang tepatnya ke kompleks makam Kyai Bonokeling.

Baik laki-laki dan perempuan, muda maupun tua akan begitu semangat, meski hanya jalan kaki. Mereka juga membawa berbagai macam hasil bumi seperti beras dan sayur-sayuran. Hal ini merupakan sebuah laku spiritual.

“Ini adalah laku ritual yang harus dijalankan. Sebuah tradisi yang harus dijaga,” ucap Fajri, warga Desa Adiraja, Kecamatan Adipala yang dimuat Mongabay Indonesia.

Jalan Panjang Andong: Transportasi Para Bangsawan yang Menolak Punah

Trah bonokeling merupakan masyarakat adat yang oleh beberapa peneliti disebut komunitas Islam Blangkon. Hal ini karena identitas mereka yang sering menggunakan blangkon. Tetapi ada juga yang menyebut mereka Islam Aboge (alif rebo wage).

Kyai Bonokeling juga dipercaya sebagai leluhur sekaligus tokoh spiritual. Tokoh yang disebut-sebut berdarah Kadipaten Pasir Luhur ini memilih menyepi dengan mengajarkan cara bercocok tanam dan beternak pada warga setempat.

“Dia sekaligus menyebarkan agama Islam dengan mengakomodasi tata nilai budaya lokal yakni tradisi selamatan,” ucap Ridwan dkk dalam buku Islam Kejawen, Sistem Keyakinan dan Ritual Anak Cucu Ki Bonokeling.

Jalan kaki untuk dekat dengan alam

Anak cucu Bonokeling yang melakukan perjalanan ke makam leluhurnya dilakukan dengan berjalan kaki. Dari kediaman masing-masing, ada yang dari Cilacap atau Banyumas bersama menempuh perjalanan puluhan kilometer.

Ki Sumitro, sesepuh masyarakat setempat menjelaskan bahwa berjalan kaki memang bagian dari ibadah komunitasnya. Berjalan kaki dia sebut sebagai laku dari manunggaling alam atau bersatunya manusia dengan alam.

“Berjalan kaki memang bagian laku ibadah kita. Manunggaling alam, bersatu dengan alam sebagai sesama ciptaan Tuhan,” katanya yang dimuat Merdeka.

Hukum Adat di Indonesia: Ilmu, Kebudayaan dan Sejarah

Dalam ritual ini mereka mesti melewati jalur yang tak mudah. Di bawah terik matahari, mereka mesti naik turun perbukitan dengan kondisi jalan yang beberapa di antaranya tidak rata dan juga berkerikil.

Rizky Dewanti, remaja berusia 15 ini mengaku telah ikut dua kali dalam ritual ini. Pada setiap perjalanan ritual ini, dirinya berdoa agar menjadi anak yang lebih baik untuk orang tua dan masyarakat

“Unggahan ini dua kalinya yang saya ikuti. Saya berharap bisa jadi anak yang lebih baik lagi,” katanya.

Pelestarian lingkungan dalam ritus

Agus seorang warga setempat yang mengikuti tradisi unggahan selama tiga hari menyebut telah menghemat pengeluaran bahan bakar minyak (BBM). Meski relatif kecil, namun bila membawa kendaraan tentunya sudah menghabiskan bensin satu liter.

Tradisi yang diikuti oleh ribuan orang tentu saja sudah melakukan penghematan BBM mencapai 1.000 liter. Hal ini bagi Agus tentunya menjadi langkah nyata trah Bonokeling untuk menjaga lingkungan.

“Padahal sebetulnya bukan itu yang menjadi intinya. Karena sebetulnya intinya adalah tradisi yang harus digenapi dengan ritual jalan kaki,” paparnya.

Celurit, Senjata Tradisional Madura yang Jadi Simbol Perlawanan Petani

Hal yang menarik lainnya adalah peralatan makan dan memasak mereka menggunakan bahan alam. Misalnya untuk kepungan atau makan bersama ketika sampai di tempat tujuan, maka yang dipakai adalah daun pisang untuk alas pisang.

Kearifan lokal lainnya adalah mempertahankan pepohonan besar yang berada di areal makam dengan luasan 2 hektare. Di dalam kompleks makam, akan lebih terasa lagi bagaimana masyarakat menyatu dengan alam sekitar.

“Warga komunitas Bonokeling sangat menjaga pohon-pohon yang usianya sudah ratusan tahun tersebut. Lingkungan di dalam kompleks makam disebut dengan kedaton dan tidak boleh ada perusakan, apalagi sampai menebang pohon,” tegasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini