Nikmatnya Buka Puasa dengan Toge Panyabungan, Santapan Ala Medan yang Tak Mengandung Tauge

Nikmatnya Buka Puasa dengan Toge Panyabungan, Santapan Ala Medan yang Tak Mengandung Tauge
info gambar utama

Soal takjil alias hidangan berbuka puasa, Medan punya toge panyabungan yang nikmatnya tak perlu diragukan lagi.

Setiap Ramadan tiba, sudah tentu orang-orang biasa berburu aneka menu berbuka puasa pada sore hari. Biasanya, yang menjadi incaran adalah santapan manis dan segar.

Berbagai daerah di Indonesia pun punya santapan khasnya, tak terkecuali Medan. Ada makanan bernama toge panyabungan di sana.

Mendengar nama toge panyabungan, mungkin ada Kawan GNFI yang terbayang sayuran tauge. Faktanya, toge panyabungan sama sekali tidak menggunakan tauge sebagai bahannya.

Menurut laman Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, toge panyabungan merupakan makanan berwujud lupis, pulut hitam, tape pulut putih, dan candil. Campuran tersebut lalu disiram dengan kuah bersantan yang dicampur gula aren.

Kata toge dalam nama toge panyabungan ternyata juga bukan dari kata tauge. Namun sayangnya, asal-muasal kata toge tersebut ternyata masih menjadi misteri saat ini dan tidak ada yang tahu persis informasi mengenai itu. Sementara itu, panyabungan adalah nama sebuah daerah di Mandailing Natal.

Momen Ramadan yang Paling Dirindukan Setiap Tahunnya

Makanan Legendaris

Di Medan, toge panyabungan adalah makanan legendaris. Buktinya, terdapat usaha toge panyabungan yang telah berdiri sejak berdekade-dekade lampau dan masih aktif berjualan hingga saat ini.

Toge panyabungan yang legendaris itu bisa ditemui di Jalan Gereja, Medan. Menurut kisah, usaha toge panyabungan tersebut awalnya dimiliki oleh Hajjah Asmyah Nasution. Kemudian, anggota keluarganya meneruskan usaha toge panyabungan dari generasi ke generasi.

Berkat keluarga Hajjah Asmyah Nasution, toge panyabungan bisa bertahan melewati lintasan jaman sehingga masyarakat Medan dapat terus menikmati kezelatannya.

Saat ini, usaha toge panyabungan dimiliki oleh Yusuf Nasution. Menurut pengakuannya, ia menjual toge panyabungan pada bulan Ramadhan saja. Itu adalah tradisi yang dilakukan secara turun temurun di keluarga Hajjah Asmyah Nasution.

Yusuf pun sedikit membuka proses pembuatan toge panyabungan agar punya cita rasa lebih mangat. Ternyata, makanan satu ini serupa dengan cendol, namun yang membedakannya adalah campuran tambahannya yang beragam.

"Setelah digabungkan, langsung di balur dengan kuah yang berasal dari gula aren asli. Jadi, lebih padat komposisinya dari es cendol tersebut," ujar Yusuf, seperti dilansir ANTARA.

Apakah Kawan GNFI tertarik mencicipi toge panyambungan? Jika iya, silakan datang ke Medan saat Ramadan tiba!

Amparan Tatak Pisang, Jajanan Paling Dicari di Banjarmasin Selama Ramadan



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini