Kamar Kecil Bung Karno di Penjara Banceuy Tempat Lahirnya Pledoi Bersejarah

Kamar Kecil Bung Karno di Penjara Banceuy Tempat Lahirnya Pledoi Bersejarah
info gambar utama

Akhir Desember 1929, Soekarno ditangkap Belanda bersama pengurus PNI yang lain seperti Gatot Mangkoepraja, Maskoen, dan Soperiadinata. Para tokoh bangsa ini disidangkan di Gedung Landraad.

Selama menjalani persidangan tersebut mereka ditempatkan di Penjara Banceuy, rumah tahanan yang terletak di pusat Kota Bandung. Bagi Soekarno, berada di Penjara Banceuy bagaikan masa tergelapnya.

Dalam buku biografi Inggit Ganarsih yang disusun Reni Nuryanti, Bung Karno mendeskripsikan masa penahanan di sana sebagai sebuah pengalaman yang menghancurkan.

Cerita Kegelisahan Bung Karno dalam Perjalanan Menemukan Tuhan

Soekarno mengakui bahwa dirinya adalah seorang yang memanjakan indra dengan pakaian yang bagus, makanan yang lezat, dan bermain cinta. Tetapi Penjara Banceuy menawarkan hal sebaliknya.

“Dan saya tidak menyukai isolasi, ketegangan, kejorokan, dan sejuta bentuk permusuhan dari kehidupan penjara yang paling buruk,” tuturnya.

Ruang kecil bersejarah

Dikabarkan oleh Inggit, kamar Soekarno ditahan hanya berukuran 2,1 meter x 1,46 meter, tingginya 3,5 meter. Di dalamnya hanya terdapat panggung yang terbuat dari semen dan berfungsi sebagai tempat tidur, satu-satunya sumber penerangan hanya celah sempit.

Bagi Bung Karno, penjara itu menjadi saksi gelap di mana jiwanya kian meringkuk karena dijauhkan dari panggung politik, dunia satu-satunya yang dimiliki. Tetapi penjara itulah menjadi saksi kesetian seorang istri bernama Inggit Ganarsih.

Menengok M Iming, Toko Peci Favorit Bung Karno yang Telah Bertahan Satu Abad

Dari Inggit Ganarsih inilah buku-buku maupun uang diselundupkan untuk Bung Karno. Nantinya Bung Karno memang diperbolehkan untuk membaca buku dan koran akibat kondisinya yang semakin memburuk.

Pengorbanan itu pun berubah dengan pledoi berjudul “Indonesia Menggugat” yang dibacakan secara garang oleh Soekarno di Landraad pada 18 Januari 1930,” tulis Didit Putra Erlangga dan kawan-kawan dalam Jejak Nasionalisme di Bandung (1): Indonesia Menggugat Riwayatmu Kini terbitan Kompas.

Jejak tersisa

Kamar Soekarno tersebut masih tersisa walaupun bangunan penjara itu sudah berubah menjadi toko. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat saat itu Nunung Sobari mengaku tidak bisa berbuat banyak soal Penjara Banceuy.

Penjara itu kini telah dipindahkan sejauh 4 kilometer ke arah selatan. Tempat lamanya sudah dirobohkan tahun 1985, berganti kompleks ruko Banceuy Permai. Kini yang tersisa hanya sel nomor lima yang merupakan kamar Soekarno.

Soekarno dalam Peran Mengangkat Peci sebagai Identitas Perjuangan Nasional

Ridwan Hutagalung, salah satu penggiat Komunitas Aleut, komunitas pembelajaran alternatif sejarah terus mengajak mahasiswa mendatangi sisa Penjara Banceuy. Hal ini diharap bisa menjadi pembelajaran bagi mahasiswa.

“Soekarno bisa saja hidup bahagia dengan Inggit dengan meninggalkan jalan hidup perjuangan, tetapi hal itu tidak dilakukan,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini