Cerita Kegelisahan Bung Karno dalam Perjalanan Menemukan Tuhan

Cerita Kegelisahan Bung Karno dalam Perjalanan Menemukan Tuhan
info gambar utama

Soekarno ternyata mempunyai tahap dalam kehidupannya untuk mencari Tuhan. Sebagai seorang anak yang lahir dari keluarga yang kompleks secara keyakinan. Bung Karno perlu mencari “Tuhan” yang sesuai dengan jati dirinya.

Dari buku biografi Soekarno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno menyebut kakeknya menanamkan kepadanya soal kebudayaan Jawa dan mistik, sementara dari ayahnya mendapatkan teosofi dan Islamisme, dari ibunya Hinduisme.

Bung Karno mendapatkan pengenalan lebih lanjut dengan Islam ketika tinggal di rumah Tjokroaminoto. Dia lantas menuturkan pengalamannya ketika mengenal Islam dari tokoh bangsa tersebut.

Menengok M Iming, Toko Peci Favorit Bung Karno yang Telah Bertahan Satu Abad

“Aku tak pernah mendapat didikan agama yang teratur karena Bapak tidak mendalaminya. Aku menemukan sendiri agama Islam pada usia 15 tahun, ketika aku mengikuti keluarga Pak Tjokro masuk satu organisasi agama dan sosial bernama Muhammadiyah,” urainya.

Tetapi ketika kuliah di Bandung pada pertengahan 1920 an, Soekarno mendapatkan kesulitan sehingga begitu sensitif mengenai Tuhan. Bahkan dirinya menyampaikan ketidakpuasan mengenai konsep Islam.

Bung Karno menyatakan walau di Indonesia sebagian besar rakyatnya beragama Islam. Namun dirinya menyebut bahwa landasan kemerdekaan kemanusian dan beragama juga sangat penting.

Berdebat

Pada suasana kejiwaan tersebut Bung Karno beberapa kali melakukan pengembaraan untuk berdiskusi soal ketuhanan. Ketika H Agus Salim datang ke Bandung, jadi momentum Bung Karno untuk berdiskusi.

Bermula dari diskusi mengenai pergerakan nasional, lalu mengerucut pada soal-soal agama. Menjadi cara Bung Karno terus mengejar Agus Salim untuk mengguyur jiwanya yang kering secara rohani.

Tetapi lagi-lagi Bung Karno mengaku kurang sepaham dengan paparan ketuhanan dari Agus Salim. Dirinya lantas pamit pulang kepada Agus Salim. Tokoh Sarekat Islam ini hanya mendoakan Bung Karno.

Soekarno dalam Peran Mengangkat Peci sebagai Identitas Perjuangan Nasional

“Ah, anak muda kepala batu, tapi saya doakan mudah-mudahan Allah Subhanahu wata’ala akan menerangi pikirannya,” papar Agus Salim yang dimuat dalam buku Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan karangan Yudi Latif.

Bahkan dalam pencariannya itu, Bung Karno sering mengunjungi kampung-kampung dan gang-gang kumuh untuk mencari Tuhan. Hal ini, jelasnya sesuai dengan pendapat sastrawan Leo Tolstoy bahwa Tuhan berada di tempat-tempat penuh debu.

Dari perjalanan ini, Bung Karno punya ungkapan yang menyentuh. “Orang tidak dapat mengabdi pada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin,” paparnya.

Bertemu di jeruji besi

Walau sudah berkeliling, rasa dahaga Bung Karno mengenai Tuhan belum juga terpuaskan. Dirinya sampai mempelajari buku-buku Hinduisme dan Buddhisme. Misalnya kunjungan Rabindranath Tagore ke Jawa dan Bali pada 1927 jadi momentum Bung Karno.

Soekarno masih tetap tidak puas dengan konsep reinkarnasi yang disampaikan oleh Rabindranath. Namun karena mulai lelah, Bung Karno mulai berdamai dengan menggunakan konsep takdir.

Salah satunya adalah pertemuan antara ayahnya yang dari Jawa dan ibunya dari Bali. Pasalnya tanpa perjalanan ayahnya ke Bali, tentunya tidak akan terjadi pertemuan dengan ibunya tersebut.

Kekaguman Nelson Mandela kepada Bung Karno yang Mengikatnya dengan Indonesia

Bagi Bung Karno pertemuan ini tidak hanya diatur oleh pemerintah Kolonial Belanda. Namun juga karena ada takdir dari Tuhan. Dari hal ini Bung Karno mulai bisa berdamai dengan Tuhan.

“Sekalipun pencarian spiritualnya masih jauh dari kata akhir, setidaknya sekarang Bung Karno merasa lebih tenang karena sudah menemukan keyakinan akan adanya Dia yang menjadikan segalanya,” tulis Im Yang Tjoe.

Konsep Soekarno mengenai Tuhan baru matang setelah dipenjara dan diasingkan. Dari penjara Banceuy, Soekarno banyak membaca dan melakukan perenungan spiritual sehingga menemukan Islam dalam dirinya.

“Aku menemukan Islam dengan sungguh-sungguh dan benar. Di dalam penjaralah aku menjadi penganut Islam yang sebenarnya,” ucap Bung Karno.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini