Menengok M Iming, Toko Peci Favorit Bung Karno yang Telah Bertahan Satu Abad

Menengok M Iming, Toko Peci Favorit Bung Karno yang Telah Bertahan Satu Abad
info gambar utama

Peci telah menjadi penghias kepala bagi banyak orang di Indonesia, mulai dari kepala negara hingga rakyat jelata sama-sama berpeci. Peci kemudian menjadi usaha rakyat bahkan ada yang telah membuatnya hampir seabad.

Salah satunya adalah peci M Iming di Bandung yang telah dirintis oleh Mas Iming sejak 1918. Dirinya memulai usaha ini dari rumah warisan orang tuanya di dekat Simpang Lima yang kini bernama Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung.

“Sekarang, peci M Iming masih dihidupkan oleh cicit Mas Iming alias generasi keempat,” tulis HEI dalam Peci untuk Semua Kepala yang dimuat Kompas.

Soekarno dalam Peran Mengangkat Peci sebagai Identitas Perjuangan Nasional

Disebutkan bahwa peci buatan Mas Iming adalah peci gaya klasik seperti yang dipakai Bung Karno. Peci ini berbentuk oval berlapis beludru hitam polos. Lantas penerusnya berinovasi dalam desain, seperti menambahkan hiasan bordir.

Lella Siti Nurlella, cicit Mas Iming yang meneruskan usaha peci menjelaskan bahwa ciri khas peci buatan leluhurnya itu terletak pada sisi dalam peci. Bagian dalam penutup kepala berlapis kain, berwarna kuning emas dan hitam.

Sementara itu di sekeliling bidang oval itu ada jahitan berwarna kuning emas meliuk-liuk yang disebut “leko”. Sementara sisi pinggir peci ditegakkan dengan pola jahitan silang menyilang yang disebut raceukan.

Digemari Bung Karno

Dirinya memang tidak yakin Presiden RI, Soekarno merupakan pemakai peci M Iming. Dia hanya menyebutkan bahwa keluarga besar Bung Karno dan Kiai Langitan Nahdlatul Ulama adalah pelanggannya.

Banyak tokoh memilih peci dari tokoh ini karena kualitasnya yang terus dijaga, salah satunya adalah raceukan. Raceukan adalah tulang punggung yang membuat peci bisa berdiri sehingga membuat usaha ini tetap berjalan tegak.

Setiap pekerja, jelas Ella, harus belajar membuat raceukan minimal sebulan sebelum boleh mengejarkan hal lain. Bahkan Mas Iming, dan ayah Ella, Mochammad Hatta konon bisa menilai orang yang mengerjakan raceukan tanpa melihat proses pembuatannya.

Kekaguman Nelson Mandela kepada Bung Karno yang Mengikatnya dengan Indonesia

Sementara itu, sisi luar peci menggunakan bahan beludru hitam legam kelas satu. Beludru inilah yang membuat peci M Iming terlihat elegan. Namun bagi Ella, perkara mencari beludru inilah yang membuatnya kesulitan.

Pada awal M Iming berdiri mereka memakai beludru buatan Amerika. Tetapi kini pabrik pembuatannya telah tutup. Karena itulah dirinya perlu mencari beludru yang bagus, salah satunya adalah bikinan Korea.

“Kalau ngotot mencari beludru seperti dulu, kami tidak akan jualan. Kami, kan jualan peci, bukan jualan beludru,” ujarnya.

Romantisme

Karena kualitas inilah yang membuat peci M Iming tetap disukai. Ada penggemar fanatik peci M Iming yang umumnya berusia lanjut dan mewariskan kesukaannya itu kepada keturunannya, inilah yang membuatnya tetap bertahan.

Undang misalnya merupakan salah seorang pemakai peci M Iming. Dia pertama kali membeli peci tersebut pada tahun 1954 ketika masih berusia 12 tahun. Lalu selama puluhan tahun, peci itu terus hingga di kepalanya.

Bung Karno dan Bahasa Sunda yang Persatukannya dengan Masyarakat Priangan

“Dulu saya belinya di toko ini meskipun agak lupa lokasinya. Saya tanya orang, dikasih tahu di dekat Pasar Kosambi (di ruas jalan yang sama). Tetapi, saya enggak percaya. Saya ingat toko M Iming dekat Simpang Lima,” kata Undang.

Menurut Ella, romantisme ini sering merebak ketika dirinya berbicara dengan pelanggannnya. Eman yang telah 50 tahun menjadi pramuniaga Tokoh Kopeah M Iming, juga mengingat kedatangan komedian asal Bandung, Aom Kusman dan Kang Ibing.

“Suasana toko jadi penuh tawa kalau ada dua orang itu,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini