Kesederhanaan Hidup Warga Magersari yang Bersentuhan dengan Keraton

Kesederhanaan Hidup Warga Magersari yang Bersentuhan dengan Keraton
info gambar utama

Masyarakat Magersari telah turun temurun menempati kawasan jeron beteng (di dalam benteng) Keraton. Dalam kesederhanaan hidup, mereka selalu bersyukur karena telah menjadi bagian kecil dari keluarga besar Kesultanan Yogyakarta.

Hidup dekat dengan keraton menjadikan mayoritas penghuni tanah magersari mengabdikan diri sebagai abdi dalam Keraton. Mangunraharjo menuturkan keluarganya telah menempati tanah dan rumah tanpa membayar sejak dari zaman kakek buyutnya.

Ratu Ageng Tegalrejo Pemimpin Perempuan di Tengah Hegemoni Kolonial

“Saya merasa kerasan dan nyaman hidup di tanah magersari,” paparnya yang dimuat Kompas.

Walau telah turun temurun menempati rumah di Ndalem Kaneman, Mangunharjo hanya wajib membayar listrik dan air bulanan serta pajak bumi dan bangunan. Status tanah magersari tidak menyebabkan penghuninya kebal membayar PBB.

Terjalin keakraban

Ndalem Kaneman yang saat ini telah diwariskan dari Gusti Kanjeng Ratu Anom ke Raden Mas Aryo Sutigi sudah menampung 119 kepala keluarga dan terbagi ke dalam dua rukun tetangga (RT).

Karena menumpang di Ndalem Kaneman menyebabkan keakraban antara warga terjalin dengan erat. Kebersamaan antar penghuni Ndalem Kaneman, antara lain, diwujudkan dengan menggelar kerja bakti membersihkan seluruh lingkungan setiap satu bulan sekali.

Hingga kini, Ndalem Kaneman hanya dihuni oleh para pemegang hak magersari. Seluruh keturunan dari Gusti Kanjeng Ratu Anom yang merupakan anak pertama Sultan Hamengku Buwono (HB) IX memilih tinggal di Jakarta.

Sejarah Perjanjian Giyanti, Membagi Tanah Jawa Menjadi Dua

Para keturunan ini hanya meninggalkan rumah kosong yang selalu dirawat dengan baik oleh para penghuni tanah magersari. Tanah magersari di lingkungan Jeron Beteng Keraton cenderung diwariskan.

Misalnya Mbah Siwi yang menghabiskan hidupnya dengan tidak menikah serta selalu setia merawat dan menunggui bangunan rumah peninggalan Gusti Kanjeng Ratu Anom. Penghuni kompleks magersari tersekat-sekat, namun dalam satu atap yang sama.

“Satu atap rumah umumnya disekat untuk ditinggali oleh lebih dari enam keluarga,” paparnya.

Persentuhan dengan keraton

Persentuhan manusiawi dengan raja dan kerakat terus melekat di hati para abdi dalem.
Mangunhardjo misalnya mengaku tak bisa melupakan kisahnya membantu Sultan HB IX mengangkat tikar babut, ketika ibu dari Sultan HB IX meninggal dunia.

“Saya merasa menjadi bagian dan dikasihi oleh keluarga keraton,” ungkap Mangunrahardjo.

Budayawan Yogyakarta, M Habib Bari mengungkapkan bahwa lokasi tanah Jeron Beteng Keraton tergolong istimewa sehingga dipilih sebagai pusat pemerintahan. Selain subur dan letaknya strategis lokasinya dahulu banyak memancar mata air.

Siapa PNS dengan Nomor Induk Pegawai 1?

“Berdirinya Yogyakarta termasuk lokasi pendirian keraton sudah direncanakan dengan penuh perhitungan oleh Pangeran Mangkubumi (HB I),” ujar Habib.

Hidup berdekatan dengan singgasana keraton menjadikan para penghuninya merasa istimewa. Kebanggaan bertempat tinggal di Jeron Beteng terus melekat di sanubari penghuninya termasuk para pemegang hak tanah magersari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini