Maksimalisasi Tenaga Air: Laos Tetap Mampu Mengekspor Listrik Meskipun Terkurung Daratan

Maksimalisasi Tenaga Air: Laos Tetap Mampu Mengekspor Listrik Meskipun Terkurung Daratan
info gambar utama

Tahukah kalian bahwa Laos mengekspor listrik bertenaga air meskipun negara ini tidak memiliki akses ke laut?

Republik Demokratik Rakyat Laos sedang dalam perjalanan untuk menjadi "Baterai Asia Tenggara" dengan mengambil langkah-langkah penting untuk memanfaatkan potensi tenaga airnya. Dengan potensi sekitar 26 GW, sepertiganya telah dimanfaatkan sejauh ini, dan beberapa proyek yang sedang berjalan direncanakan untuk meningkatkan pembangkit listrik tenaga air, terutama untuk diekspor ke negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Cina.

Pada tahun 2019, Laos menambahkan 1,89 GW kapasitas hidro, tertinggi ketiga di dunia, setelah Cina dan Brasil, dimulai dengan proyek-proyek besar seperti proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Xayaburi, PLTA Nam Ngeip1, dan PLTA Don Sahong. Pemerintah Laos bertujuan untuk terus mempromosikan pembangkit listrik tenaga air yang berkelanjutan, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor energi sekaligus mengurangi harga listrik.

Wilayah negara Laos menempati sebagian besar wilayah Sungai Mekong dan anak-anak sungainya, yang memainkan peran penting dalam menyediakan sekitar 35% dari aliran air Sungai Mekong secara keseluruhan. PLTA telah menjadi pilihan energi yang terjangkau bagi Laos. Dengan keputusan pemerintah untuk membuka sektor listrik untuk investasi asing pada tahun 1993, negara ini telah mengalami pertumbuhan yang pesat dalam kapasitas PLTA yang terpasang. Sebelumnya, hanya ada empat pembangkit listrik tenaga air yang beroperasi di Laos dengan total kapasitas terpasang 206 MW. Pertumbuhan PLTA Laos juga didorong oleh permintaan ekspor listrik ke negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Sebagai hasilnya, negara-negara ini telah memberikan dukungan untuk pengembangan proyek-proyek pembangkit listrik tenaga air di Laos.

Laos berkomitmen untuk mengembangkan potensi tenaga airnya yang melimpah untuk tidak hanya memasok listrik di dalam negeri, tetapi juga mengekspornya ke negara lain. Pemerintah berfokus pada pendekatan yang berkelanjutan untuk pengembangan PLTA, sekaligus memperluas jaringan listrik ke daerah pedesaan. Rencana Pengembangan Tenaga Listrik Laos telah menetapkan tujuan yang ambisius, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga air negara tersebut menjadi lebih dari 14 GW pada tahun 2025, bersamaan dengan peningkatan kapasitas tenaga listrik berbasis batu bara menjadi 2,5 GW. Diproyeksikan bahwa total produksi listrik akan mencapai sekitar 82.733 GWh pada tahun 2025.

Terdapat target untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan dalam bauran energi secara keseluruhan menjadi 30% pada tahun 2025, dengan tenaga air memainkan peran yang signifikan dalam mencapai tujuan ini. Selain itu, Laos juga telah menetapkan target untuk meningkatkan ekspor listriknya menjadi 15.000 MW pada tahun 2030.

Selama dua dekade terakhir, tingkat elektrifikasi di Laos telah meningkat secara signifikan karena investasi dari negara-negara tetangga. Pada tahun 1995, hanya 15% dari populasi yang memiliki akses ke listrik, tetapi pada tahun 2015, angka ini telah mencapai hampir 90%. Namun, perlu dicatat bahwa daerah-daerah yang belum memiliki akses listrik terletak di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Selain itu, produk domestik bruto (PDB) Laos juga didorong secara signifikan oleh ekspor listrik dan pertambangan, yang saat ini merupakan kontributor terbesar. Sektor-sektor ini memiliki potensi untuk menyumbang hampir sepertiga dari PDB negara ini sebelum tahun 2020.

Pembangkit listrik tenaga air menyediakan sarana yang terjangkau dan dapat diandalkan, bukan hanya untuk mengakses listrik, tetapi juga penting untuk pembangunan berkelanjutan, pengurangan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tidak seperti energi berbasis bahan bakar fosil, PLTA lebih ramah lingkungan dan terbarukan. Rencana Laos untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air telah dimasukkan dalam Intended Nationality Determined Contribution (INDC) untuk Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). Diharapkan lebih dari 50 lokasi pembangkit listrik tenaga air akan beroperasi di Laos pada tahun 2025.

Pengembangan PLTA merupakan prioritas utama dalam Kebijakan Energi Nasional Laos untuk menstimulasi perdagangan listrik regional dan mengoptimalkan bauran energi di ASEAN. Namun demikian, untuk mencapai tujuan ini, diperlukan pengembangan sumber daya PLTA yang optimal dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan dapat memperoleh manfaat dari berbagai keuntungannya.

Referensi:

Zachau, Ulrich, Vientiane Times. (2015). Can We Make Hydropower Work for All in Laos?. World Bank

Mega Trends & Analysis. (2020). Laos Promotes Hydropower to Become the Battery of Southeast Asia. Reglobal: Analysis and Perspective for CXOs

Hydropower.org. (2022). Country Profile: Laos

Tan, Florence. (2014). Interview-Laos’ Hydropower Generation Capacity to Jump Almost Four-Fold by 2020. Reuters.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini