Keterkaitan Sumenep dengan Majapahit yang Jadi Daya Tarik Wisata

Keterkaitan Sumenep dengan Majapahit yang Jadi Daya Tarik Wisata
info gambar utama

Kabupaten Sumenep, Madura memiliki keterkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit. Bahkan keterikatan ini telah terjalin sejak abad 13, ketika Raja Kertanegara dari Singasari melantik Arya Wirajaya menjadi Adipati Madura yang berkedudukan di Songenep (Sumenep).

Hubungan ini terekam dalam Babad Songenep, salah satu dari sedikit bahan tertulis tentang Madura yang berbahasa Madura. Karena lebih dulu menjadi pusat kerajaan dalam beberapa hal, Sumenep terasa lebih dari kaya dibanding kota lain di Madura.

“Hal ini terlihat dari situs sejarah di Sumenep yang lebih lengkap, seperti Keraton, Masjid Jamik, museum dan pemakaman raja-raja Sumenep, sampai sekarang masih berdiri kokoh dan anggun,” tulis MBA dalam Sumenep yang Anggun, Sumenep yang Agamis yang dimuat Kompas.

Batik Madura, Keindahan Motif yang Menandai Kerinduan Istri Pelaut

Hampir semua bangunan sejarah itu dibangun dengan arsitektur China atau Eropa. Misalnya Masjid Jamik dengan arsitektur China, dari kejauhan tampak lebih mirip dengan sebuah kelenteng.

“Padahal masjid ini dibangun ketika Kadipaten Sumenep dipimpin oleh Panembahan Sumolo (1762-1811) yang juga dikenal sebagai ulama,” paparnya.

Kota heterogen

Bukan saja peninggalan sejarah, masyarakat Sumenep juga tampak heterogen. Jumlah warga keturunan di kota ini sangat banyak. Paling tidak ada dua desa di Sumenep yang hampir seluruh warganya keturunan China.

Misalnya Desa Dungkek, sekitar 30 km arah timur daya Kota Sumenep. Nama desa itu sebenarnya berasal dari Bahasa China yakni Dung atau dalam tulisan China yakni thung atau timur. Sedang kek berarti tamu.

Menilik Kemeriahan Arisan dalam Tradisi Sandur Khas Bangkalan Madura

Karena itu, namanya menyiratkan bahwa penduduk Desa Dungkek merupakan tamu dari timur. Di Dungkek kita sudah tidak bisa lagi menemukan keturunan asli China. Mereka telah berbaur dengan masyarakat sekitar.

“Kalau mau diurut-urut ke atas, saya ini juga keturunan China-Madura. Sama seperti Hadi (Abdul Hadi WM),” ujar Zawawi Imron yang tinggal di Desa Batang-batang, sekitar 12 km arah barat daya Desa Dungkek.

Daerah wisata

Melihat keberagaman ini, Kabupaten Sumenep memiliki kelebihan dalam industri kepariwisataan. Apalagi kesenian di Sumenep sangat aktif terutama dalam kawasan musik dan seni pentas.

“Kesenian ini menarik baik secara estetis maupun antropologis,” ujar Helene Bouvier, seorang etnolog pada Ecole des Hautes en Sciences Sociales.

Dari Toko Kelontong, Berderet Rumah Megah Berdiri di Tanah Madura

Bouvier menyebut tak kurang dari 40 jenis seni musik dan seni pentas yang berkembang di Sumenep. Apalagi dari beberapa kesenian itu ada yang punya kaitannya dengan unsur keagamaan.

Walau banyak kekhawatiran pariwisata akan mengubah nilai-nilai tradisi pada masyarakat. Masyarakat tetap bisa menentukan jalan yang harus ditempuh tanpa kehilangan kendali dan pemerintah hanya memberikan arahan.

“Madura tidak untuk pariwisata. Tetapi, pariwisata untuk Madura,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini