Ekoenzim dan Ekobrik, Solusi Atas Maraknya Limbah Rumah Tangga

Ekoenzim dan Ekobrik, Solusi Atas Maraknya Limbah Rumah Tangga
info gambar utama

Dikutip dari dataindonesia.id, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mendata bahwa limbah rumah tangga menjadi penyumbang limbah terbesar di Indonesia. Persentasenya mencapai 42,23% atau sebesar 9,23 ton pada tahun 2021. Jumlah yang tinggi ini ternyata didominasi oleh sampah harian masyarakat seperti bahan sisa makanan dan plastik yang kerap dibuang bersamaan.

Sudah menjadi budaya masyarakat, sampah sisa makanan dan plastik dibuang begitu saja tanpa proses pemilahan dan pengolahan. Alhasil, sampah akan menumpuk dan semakin menumpuk layaknya bukit karena, sifat sampah sendiri yang susah terurai secara alami. Proses penguraian paling singkat selama dua minggu. Ada pula yang memerlukan waktu ratusan tahun lamanya untuk terurai seperti yang terjadi pada sampah plastik.

Oleh sebab itu, perlu sebuah kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk mulai mengelola sampahnya masing-masing.

Salah satu langkah sederhananya melalui pemilahan sampah organik (sisa makanan, sayuran, buah) dan sampah anorganik (plastik, kertas, logam) ke dalam tong sampah yang terpisah. Sampah yang sudah dipilah nantinya dapat didaur ulang menjadi barang maupun bahan serbaguna seperti ekoenzim dan ekobrik.

Apa itu Ekoenzim?

Larutan Ekoenzim|Foto: pinterest.com
info gambar

Ekoenzim merupakan larutan cairan asam berwarna coklat gelap, yang berasal dari hasil fermentasi limbah organik yaitu ampas buah dan sayuran yang dicampur dengan gula jawa dan air. Ekoenzim ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Sebagai ide solusi pemanfaatan limbah sampah organik menjadi bahan pembersih.

Berbahan utama sampah organik menyebabkan ekoenzim kaya akan kandungan zat yang sangat membantu siklus alam. Di dalam larutan ini terdapat kandungan zat nitrat yang bisa menjadi nutrisi alami bagi tanaman untuk meningkatkan kesuburan tanah, memudahkan proses pertumbuhan tanaman (fertilizer), meningkatkan kualitas tanaman, dan mengusir hama. Kandungan asam asetat pun mampu membunuh kuman, virus, dan bakteri.

Alhasil, pemakaian ekoenzim cocok ditambahkan pada produk pembersih rumah tangga seperti pencuci piring, deterjen, pembersih lantai, dan lain lain.

Baca juga: Arti dan Fungsi 3 Huruf Singkatan dalam Kode Bandara, Sudah Tahu?

Cara Membuat Olahan Ekoenzim

Ekoenzim tak hanya ramah bagi lingkungan, tetapi juga ramah biaya. Bermodalkan bahan sisa dan peralatan yang sederhana. Kawan GNFI dapat membuatnya secara mandiri di rumah. Langkah pembuatannya sebagai berikut:

  1. Siapkan wadah berupa botol atau galon bekas.
  2. Siapkan air, gula jawa, dan bahan sisa dapur seperti kulit apel, lemon, sawi. Hindari bahan daging, berbiji besar, dan durian. Gunakan perbandingan bahan 3:1:10 misalnya, 300 gram kulit buah : 100 gram gula jawa : 1 liter air.
  3. Tuang semua bahan ke dalam wadah. Alangkah lebih baik bila semua bahan sudah dicacah kecil untuk mempermudah proses fermentasi.
  4. Simpan dalam tempat kering dan sejuk.
  5. Biarkan selama tiga bulan dan buka setiap hari di dua minggu pertama. Lalu, dua sampai tiga hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di kala minggu pertama akan banyak gas yang dihasilkan dari proses fermentasi.
  6. Setelah tiga bulan, cairan ekoenzim akan berubah menjadi coklat berbau asam.
  7. Saring cairan menggunakan kain atau saringan. Ekoenzim siap digunakan.

Dalam proses fermentasi terkadang muncul serangga seperti cacing. Tidak perlu khawatir! Cukup biarkan saja serangga tersebut terurai dalam cairan. Apabila cairan berubah warna menjadi hitam. Ini menjadi pertanda indikasi kegagalan fermentasi. Solusinya dengan menambahkan gula untuk mengulang proses fermentasi.

Apa itu Ekobrik?

Botol Botol Ekobrik|Foto: pinterest.com
info gambar

Ekobrik atau bata ramah lingkungan merupakan botol plastik yang telah diisi padat dengan limbah anorganik. Ini menjadi solusi mudah dan hemat dari maraknya limbah plastik. Pasti tak mudah untuk melakukan reuse dan reduce kemasan plastik secara 100%. Hal ini disebabkan oleh maraknya produk dalam supermarket yang dikemas dengan bahan plastik. Ekobrik inilah solusinya.

Baca juga: Batik Sumari, Karya Orang Batu yang Menarik Perhatian Masyarakat Dunia

Cara Membuat Ekobrik

Teknologi ekobrik mampu mengurangi pelepasan CO2 dikarenakan, sampah plastik yang terjaga di dalam botol tidak perlu dibakar ataupun ditimbun. Akhirnya tidak akan terjadi proses produksi polusi CO2 di udara dari bahan plastik tersebut.

Pembuatan ekobrik hanya memerlukan modal dan alat sederhana. Berikut langkah pembuatan ekobrik:

  1. Gunakan botol bersih dan kering berukuran 500 ml.
  2. Sampah plastik (tas plastik, bungkus plastik, cellophane, styrofoam, sedotan) harus dalam keadaan bersih dan kering agar tidak ada bakteri yang tumbuh.
  3. Masukan sampah ke dalam botol. Putar dan tekan dengan tongkat.
  4. Pastikan seluruh bagian botol terisi sampah dengan padat. Ekobrik yang baik adalah ekobrik yang keras, saat ditekan tidak kempes dan tidak mengeluarkan bunyi.
  5. Ekobrik siap digunakan.

Penggunaan ekobrik selayaknya batu bata, dengan disusun berdasarkan bentuk benda yang diinginkan. Misalnya, sebagai bahan furniture modular, perabotan indoor, dinding bangunan, ruang kebun, dan ide lainnya. Ekobrik yang digunakan sebagai furniture modular, dapat direkatkan dengan lem.

Sedangkan, ekobrik untuk bahan bangunan memerlukan adukan semen. Agar lebih kuat dan awet. Tak perlu khawatir akan kekuatan ekobrik. Dibandingkan batu bata, ekobrik memiliki kekuatan dan kelenturan yang lebih tinggi yaitu 1,23 MPa sedangkan batu bata hanya 1,18 MPa (Fazrina A : 2021).

Baca juga: Filum Porifera, Makhluk Hidup Laut Ikon Spongebob

Itulah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi produksi limbah rumah tangga. Bermodalkan bahan sisa dan langkah yang sederhana. Kawan GNFI sudah berkontribusi menjaga lingkungan dan menyelamatkan bumi dari tumpukan sampah.

Sayangilah bumi. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LR
GI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini