Cerita Suku Polahi dengan Tradisi Kawin Sedarah Sejak Zaman Penjajahan

Cerita Suku Polahi dengan Tradisi Kawin Sedarah Sejak Zaman Penjajahan
info gambar utama

Suku Polahi adalah komunitas yang hidup di hutan Gunung Boliyohuto, Gorontalo. Masyarakat Suku Polahi selama ini terkenal sangat tertutup. Hingga kini kehidupan yang dijalani oleh mereka masih sangat tradisional.

Dinukil dari Detik, satu tradisi yang menarik dari Suku Polahi adalah perkawinan sedarah atau incest. Pernikahan ini biasanya terjadi antara ibu dan anak laki-laki, bapak dan juga anak perempuan, maupun saudara laki-laki dan perempuan.

Mengenal 9 Suku Tertua Indonesia

Antropolog dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Yowan Tamu mengungkapkan bahwa tradisi ini terbentuk karena masyarakat Suku Polahi sangat tertutup dan tidak menerima edukasi apapun, termasuk agama.

“Karena memang mereka orang yang hidup tertutup dan tidak pernah diberi edukasi apapun,” terang Yowan.

Menolak Belanda

Suku Polahi/Flickr
info gambar

Sejak abad 17, masyarakat Polahi memilih mengasingkan diri ke hutan agar tidak merasakan penjajahan Belanda. Mereka kemudian hidup secara nomaden daripada dipekerjakan oleh Belanda.

Polahi berasal dari bahasa Gorontalo, yakni lahi-lahi yang berarti pelarian. Karena memilih mengasingkan dari dunia luar, cukup sulit melakukan penelitian kepada Suku Polahi. Hingga kini tradisi perkawinan sedarah ini belum berhasil diteliti.

5 Seni Budaya Indonesia Yang Mendunia

“Ada sejumlah penelitian yang menyebutkan perkawinan incest, tetapi untuk detailnya itu belum ada,” kata Yowan.

Yowan menjelaskan penelitian hanya dilakukan kepada masyarakat terluar di kaki pegunungan. Sehingga tak ada penelitian rinci pada masyarakat primitif di kelompok terdalam tentang pernikahan sedarah ini.

“Penelitian kita itu jarang tembus ke klaster atas. Sebenarnya saya juga mau meneliti itu (perkawinan sedarah) tapi memang aksesnya tuh susah,” jelasnya.

Pertahankan eksistensi

Suku Polahi/Instagram
info gambar

Pada analisis jurnal Universitas Sam Ratulangi berjudul Perkawinan Sedarah Suku Polahi Gorontalo Ditinjau dari Pasal 8 Undang-undang No 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa sebagai masyarakat yang melarikan diri, perkawinan sedarah adalah cara pertahankan eksistensi.

“Pola hidup berpindah di tengah hutan membuat mereka sulit berinteraksi dengan kelompok luar. Sehingga berdampak keberlanjutan generasi harus diupayakan melalui perkawinan sedarah ini,” tulisnya.

Indonesia Bukan Hanya Tempat Pariwisata dan Jalan-Jalan

Hal yang menjadi misteri dari pernikahan sedarah Suku Polahi adalah keturunan tetap normal alias tidak cacat. Padahal dalam catatan medis, pernikahan sedarah akan menghasilkan keturunan yang cacat.

“Yang unik adalah hasil keturunan mereka tidak ada yang cacat. Mereka normal-normal saja. Tidak seperti yang biasa ada di negara-negara lain. Kalau sedarah pasti cacat kan, kalau di Polahi itu tidak ada (yang cacat),” kata Yowan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini