Serangan Penyakit Mata Ayam Pada Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) di Kota Batu

Serangan Penyakit Mata Ayam Pada  Tanaman Apel  (Malus sylvestris Mill) di Kota Batu
info gambar utama

Tanaman buah apel merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Buah apel termasuk salah satu buah yang disukai masyarakat karena rasanya manis dan segar. Buah apel biasanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk segar, sehingga buah yang masih di pohon perlu dijaga kondisinya tetap sehat dan segar sampai panen.

Tanaman apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada daerah asia barat dengan iklim sub tropis, penanaman apel di Indonesia dimulai sejak abad ke-20 hingga sekarang. Pohinnya memiliki ukuran yang sedang sehingga dapat dikategorikan sebagai anggota keluarga mawar-mawaran. Tanaman apel dapat tumbuh dengan ketinggian 1,8 meter sampai 4,6 meter. Spesies ini pertama kali ditemukan di Asia Tengah.

Apel telah ditanam selama ribuan tahun oleh enam orang Amerika dan Asia. Produksi apel di dunia pada tahun 2014 mencapai 84,6 juta ton dengan Cina menyumbang 48% dari keseluruhan (Huda et al., 2021). Namun, dalam kenyataannya serangan penyakit pada tanaman buah apel masih sangat menurunkan produktivitas tanaman apel. Penyakit apel yang menyerang dapat merusak pohon, bunga, dan buah.

Sambut TIM KKN PPM UGM, Desa Ngemplak Gelar Penerimaan Tim KKN dan Diskusi Program

Hal ini dapat mengurangi kualitas buah bahkan akan mengurangi produksi yang akhirnya dapat merugikan petani apel. Oleh karena itu, petani apel harus mengetahui penyakit yang sering menyerang tanaman apel dan bagaimana cara mengatasinya. Salah satunya adalah penyakit busuk buah pada apel atau petani di Kota Batu sering menyebutnya mata ayam. Mata ayam merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian bagi petani (Dong Hyuk et al., 2006).

Gejala utama dari terjadinya penyakit mata ayam adalah munculnya lesi pada kulit buah apel. Lesi awalnya dapat berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tepi yang tegas dan terkadang berlubang. Seiring berkembangnya penyakit, lesi dapat menjadi lebih besar dan berwarna lebih gelap, seperti coklat tua hingga hitam.

Lesi kemudian dapat berkembang menjadi busuk yang dalam sehingga mengakibatkan kerusakan signifikan pada buah. Pada beberapa kasus, lesi dapat membentuk gelembung atau eksudat yang terlihat basah. Eksudat ini terlihat seperti lapisan lendir atau berair di atas lesi. Hal ini sering terjadi ketika kondisi lingkungan lembab.

Jamur Colletotrichum gloeosporioides dapat menyebar melalui spora yang dihasilkan oleh jamur tersebut. Spora ini dapat terbentuk di dalam lesi dan dengan cepat menulari buah-buah yang sehat atau terluka di sekitarnya. Penularan dapat terjadi melalui tetesan air atau hujan, serangga vektor, atau kontak langsung antara buah yang terinfeksi dan sehat.

Infeksi berat yang diakibatkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides dapat menyebabkan pengeringan dan penyusutan buah apel. Buah yang terinfeksi menunjukkan tanda-tanda penurunan berat dan ukuran yang signifikan, serta penurunan kualitas dan daya simpan.

Jari-Jari Kasih: KKN UGM Mengabdi Untuk Masyarakat Karangnongko

Colletotrichum gloeosporioides dapat membentuk inokulum pada tanah, serasah tanaman, dan sisa-sisa tumbuhan. Jamur ini juga bisa bersifat endofitik, yaitu hidup di dalam jaringan tanaman inang tanpa menyebabkan gejala penyakit. Colletotrichum gloeosporioides dapat memasuki tanaman melalui luka pada kulit buah atau daun. Luka-luka tersebut bisa disebabkan oleh serangga hama, kerusakan fisik, atau kondisi lingkungan yang memungkinkan masuknya jamur.

Infeksi dapat terjadi ketika spora jamur jatuh atau dihembuskan ke tanaman inang dan berhasil memasuki jaringan yang terluka. Setelah masuk ke dalam jaringan tanaman, Colletotrichum gloeosporioides dapat menyebar melalui pertumbuhan jamur yang aktif dan membentuk struktur seperti akar mikoriza atau hifa penyusup (invasive hyphae). Ini memungkinkan jamur untuk menginfeksi jaringan yang sehat, baik di sekitar lesi yang sudah terbentuk atau melalui pertumbuhan baru pada daun, batang, atau buah.

Setelah masuk ke jaringan tanaman inang, Colletotrichum gloeosporioides mulai berkembang biak dan membentuk lesi pada daun, batang, atau buah. Jamur ini dapat menghasilkan spora aseksual yang disebut konidia di dalam lesi yang terbentuk. Spora jamur dapat bertahan di sisa-sisa tanaman, di tanah, atau di permukaan buah yang terinfeksi, sehingga berperan dalam penyebaran penyakit pada musim tumbuh berikutnya.

Selain itu, faktor kelembaban dan kurangnya intensitas matahari yang masuk ke tanaman berakibat jamur cepat untuk berkembang terlebih disaat musim penghujan mengakibatkan semakin tingginya persebaran spora jamur.

Dalam pengendaliannya, diperlukan cara untuk memutus siklus hidup penyebaran jamur Colletotrichum gloeosporioides. Kegiatan ini harus dilakukan serentak agar berhasil. Salah satu cara pengendaliannya adalah buah yang terserang harus segera dipetik dan dikubur atau dibuang dari kebun.

Selain itu, pengendalian penyakit mata ayam dapat menggunakan pestisida dengan bahan aktif metil tiofanat, tebuconazol, dan azoxistrobin+difenokonazol. Kebersihan kebun dan kondisi yang tidak terlalu lembab dan buah mendapat matahari langsung juga dapat menghambat terjadinya penyakit, karena spora yang ada tidak dapat tumbuh pada kondisi tersebut.

KKN-PPM UGM 2023, Fokuskan Pengembangan Agribisnis Kopi di Lampung Barat

Sumber Pustaka:

  • Dong-Hyuk, L., Soon-Won, L., Kyungsan, C., dan Dong-A, K., (2006) Survey on The Occurrence of Apple Diseases in Korea from 1992 to 2000. The Plant Pathology Journal. 22(4) : 375-380.
  • Huda, P. A.P., Riadi, A. A., dan Evanita (2021) Klasifikasi Penyakit Tanaman pada Daun Apel dan Anggur Menggunakan Convolutional Neural Networks. Jurnal Manajemen Informatika. 8(1) : 10-17.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini