Mengenal Rsi Agastya: Murid Pertama Dewa Siwa dan Penyebaran Agama Hindu di Nusantara

Mengenal Rsi Agastya: Murid Pertama Dewa Siwa dan Penyebaran Agama Hindu di Nusantara
info gambar utama

Apakah Kawan pernah mendengar atau melihat arca Rsi Agastya? Arca Rsi Agastya sangat populer bagi umat Hindu di Indonesia.

Rsi adalah orang yang dianggap suci karena menerima wahyu dari Tuhan dan ditugaskan untuk mengajarkan ajaran agama Hindu. Rsi Agastya merupakan seorang yang berjasa dalam penyebaran dan perkembangan agama Hindu dari India menuju Asia Tenggara.

Rsi Agastya juga dikenal sebagai Pita Segara karena jasanya dalam penyebaran dan perkembangan agama Hindu sangat besar dengan mengarungi lautan dan tidak kembali. Di India, perjalanan Rsi Agastya yang tidak mengenal lelah dengan jiwa pengorbanan yang suci dan tidak kembali ke tempat asalnya dikenal dengan Agastya Yatra.

Dalam Teks Agastya Parwa, Rsi Agastya merupakan seorang Maha Rsi Hindu yang berperan dalam penyebaran agama Hindu dari Lembah Sinddhu hingga ke Nusantara. Rsi Agastya memiliki peran yang besar di Nusantara. (Rahayu & Sumaryani, 2021)

Mengutip dari Cagar Budaya Jawa Timur, Rsi Agastya adalah murid pertama dari Dewa Siwa. Di Indonesia, Rsi Agastya dikenal sebagai salah satu representasi Dewa Siwa.

Berdasarkan cerita yang tersebar di Indonesia, Rsi Agastya biasanya berdampingan dewa atau makhluk setengah dewa lainnya yang berada dalam lingkaran relasi Dewa Siwa. Arca Rsi Agastya tersebar di banyak wilayah di Nusantara, khususnya Pulau Jawa.

Seperti arca Rsi pada umumnya, Rsi Agastya digambarkan sebagai seorang laki-laki yang memiliki jenggot. Selain itu, arca Rsi Agastya juga digambarkan dengan lambhodara (perut buncit) dan mengenakan ornamen yang mirip dengan mahkota di kepalanya.

Dilansir dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, meskipun secara umum Rsi Agastya digambarkan dengan perut buncit, terdapat arca Rsi Agastya yang digambarkan tidak berperut buncit, seperti yang ditemukan di Dieng, ruang koleksi BP3 DIY, dan Candi Sambisari. Di India, penggambaran Rsi Agastya dengan tubuh yang ramping ditemukan pada periode Gupta, sehingga dapat diasumsikan jika Rsi Agastya di Jawa Kuno yang digambarkan ramping mampu menunjukkan kronologi secara relatif.

Melihat Kegemilangan Industri Gula di Kudus Sebelum Jadi Kota Kretek

Makna Perwujudan Arca Rsi Agastya di Nusantara

Arca Rsi Agastya hampir selalu ditemukan di candi Hindu yang diperuntukkan bagi pemujaan terhadap Dewa Siwa. Diinformasikan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, dalam Prasasti Pereng (863 M), Rsi Agastya diidentikkan dengan sosok Rakai Walaing Pu Kumbhayoni.

Prasasti tersebut ditemukan di kaki Plato Siwa bersamaan dengan arca Rsi Agastya yang cukup besar. Arca tersebut dikenal sebagai arca Gupolo.

Meskipun sosok Rsi Agastya memiliki keterkaitan dengan agama Hindu, sosok Rsi Agastya juga cukup populer di agama Buddha. Relief cerita Jatakamala yang berada di Candi Borobudur menggambarkan seorang resi yang diidentifikasi sebagai Rsi Agastya.

Dalam relief tersebut diceritakan Rsi Agastya sebagai Rsi yang memiliki kemampuan dalam mengontrol para asura (raksasa jahat) yang berada di bumi selatan. Sehingga, para asura tidak mengganggu ketentraman yang berada di kahyangan dan dunia manusia.

Rsi Agastya merupakan salah satu perlambang kepercayaan bagi agama Hindu sebagai seorang pangeran yang sekaligus Brahmana. Rsi Agastya membawa dan mengajarkan konsep Dewa Siwa di Nusantara yang sangat populer hingga saat ini.

Jumlah arca yang signifikan dan tersebar di Indonesia menunjukkan peran yang besar dari Rsi Agastya. Rsi Agastya memberikan pengaruh besar pula terhadap penyebaran agama Hindu di Indonesia.

Pada arca Rsi Agastya yang ditemukan di Indonesia, umumnya memiliki dua tangan yang masing-masing membawa Kamandalu, Aksama, mapun Trisula. Kamandalu adalah kendi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan air suci, sehingga dikenal juga sebagai Tirta Kamandalu.

Aksama adalah tasbih yang secara umum menjadi salah satu atribut pada arca Dewa Siwa, Brahmana, Dewi Saraswati, dan Rsi Agastya. Sedangkan, trisula adalah tongkat senjata yang memiliki tiga ujung dan berfungsi sebagai penjaga aktivitas perputaran alam semesta, serta mengusir dan melawan kekuatan-kekuatan jahat.

Kamandalu pada arca Rsi Agastya dapat dimaknai sebagai representasi dari tugasnya dalam membawa tirta keadilan yang berarti membawa pengetahuan suci yang mampu memberikan keadilan pada manusia. Aksamala pada arca Rsi Agastya juga dapat dimaknai sebagai mata rantai ilmu pengetahuan yang abadi dan selalu berputar.

Trisula pada arca Rsi Agastya dapat dimaknai sebagai simbol kekuatan atau kesaktian. Selain itu, Lambhodara pada arca Rsi Agastya dimaknai sebagai kemampuan untuk melampaui kebalikan dari kehidupan (dualitas) yang memahami kesadaran dalam diri (Rahayu & Sumaryani, 2021).

Ponten Mangkunegara VII, Sebuah MCK Modern Sebagai Penanda Kemajuan Budaya

Eksistensi Rsi Agastya di Indonesia

Eksistensi Rsi Agastya di Indonesia masih hidup hingga saat ini, meskipun banyak masayarakat yang tidak mengenal siapa Rsi Agastya. Rsi Agastya memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Hindu di Nusantara.

Arca Rsi Agastya yang banyak ditemukan di Indonesia, terutama di pulau Jawa menunjukkan bahwa Rsi Agastya adalah sosok yang tidak akan lekang oleh waktu. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rsi Agastya senantiasa memberikan makna hidup bagi manusia.

Di Indonesia, arca-arca Rsi Agastya menjadi salah satu cagar budaya dalam bentuk artefak yang dijaga kelestariannya. Kawan dapat menemukan arca Rsi Agastya di berbagai candi Hindu atau situs-situs peninggalan agama Hindu, seperti Arca Gupolo, Sendang Kasihan, Candi Sambisari, Candi Banon, Candi Prambanan, Situs Srigading, dan sebagainya.

Arca Rsi Agastya menjadi salah satu wujud budaya yang perlu dijaga kelestariannya. Semangat dan keteguhan dari Rsi Agastya dapat menjadi fondasi bagi Kawan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Referensi:

  • https://doi.org/10.36417/widyagenitri.v12i1.391
  • https://cagarbudayajatim.com/index.php/2020/11/24/agastya/
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/agastya/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini