Fakta Pertamax Green 95 yang Bakal Diuji Coba Pertengahan Juli di Jawa Timur

Fakta Pertamax Green 95 yang Bakal Diuji Coba Pertengahan Juli di Jawa Timur
info gambar utama

PT Pertamina (Persero) berencana meluncurkan bahan bakar nabati bioetanol dengan merek Pertamax Green 95 di Surabaya dan Jakarta pada pertengahan Juli 2023. Jadwal tersebut sempat mundur beberapa kali.

Sebelumnya, Direktur Pertamina Nicke Widyawati mengumumkan akan segera meluncurkan BBM Bioetanol pada pertengahan Juni 2023. Kemudian, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut produk ramah lingkungan ini bakal diuji coba di 15 SPBU Surabaya pada akhir Juni 2023.

Pertamina mulai ditugaskan untuk memproduksi bahan bakar bioetanol pada Juni tahun ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi perintah secara resmi dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel). Beleid ini diundangkan di Jakarta pada 16 Juni 2023.

Kehadiran Pertamax Green 95 barangkali belum begitu familiar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, mari simak sejumlah fakta yang penting untuk diketahui mengenai pengadaan BBM Bioetanol.

Bioetanol: BBM Baru yang Bakal Dijual Bulan Ini, Lebih Mahal dari Pertamax?

Kandungan Bioetanol

Kandungan Pertamax Green 95 terdiri dari campuran pertamax dengan lima persen bioetanol yang berasal dari molases atau tetes tebu, sehingga menghasilkan BBM dengan RON 95. Jokowi pernah menyampaikan harapannya agar program bioetanol dapat berjalan sesuai rencana.

Mula-mula dimulai dari bioetanol 5 persen (E5), lalu meningkat menjadi E10, E20, dan seterusnya. Program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi diproyeksikan dapat meningkatkan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kiloliter pada 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter pada 2030.

Bioetanol juga diharapkan menjadi campuran untuk BBM jenis bensin. Sebuah studi dari Brazil menemukan, 1 ton tebu setara dengan 1,2 barel crude oil.

“Kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit itu bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita, Indonesia,” kata Jokowi ketika meresmikan pabrik etanol PT Enaro di Mojokerto, Jawa Timur, 4 November 2022.

Bersama Spanyol & Aljazair, Pertamina Garap Blok Migas di Gurun Sahara Selama 35 Tahun

Cara pemerintah penuhi kekurangan produksi BBM

Pemerintah menciptakan inovasi bioetanol untuk mengatasi defisit produksi dalam negeri dan memenuhi kebutuhan domestik. Laman resmi Republik Indonesia mencatat, rata-rata kebutuhan BBM di dalam negeri berada di kisaran 1,4 juta barel per hari. Sementara produksi minyak dan gas bumi Indonesia terus merosot sejak 2010 di bawah 1 juta barel per hari. Mau tidak mau, 0,4 juta barel itu dipenuhi melalui impor.

Di sisi lain, ketergantungan pada bahan bakar fosil sangat menguras anggaran negara. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, volume impor minyak Indonesia mencapai 30,06 juta ton pada periode Januari--September 2022. Jumlah tersebut meningkat 16,89 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Oleh sebab itu, pemerintah berupaya mencari sumber bahan bakar alternatif dari energi baru dan terbarukan, caranya dengan mengembangkan bahan bakar nabati (BBN). Bioetanol diklaim rendah emisi karena semakin tinggi campurannya di dalam pertamax, maka kualitas oktan akan semakin baik.

Sebetulnya beberapa program untuk konversi BBM ke bioenergi sudah berjalan di antaranya: biodiesel-35 (B-35), berasal dari campuran BBM solar dengan 35 persen ekstrak minyak kelapa sawit (CPO). Produk biodiesel sudah bergulir sejak 2008 dan kini biodiesel B-35 sudah dilepas ke pasar mulai Februari 2023.

Pergantian Mobil BBM Menjadi Mobil Listrik, Apakah Indonesia Sudah Siap?

Uji coba di Jawa Timur

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyebut, uji coba pasar Bioetanol akan dilakukan di beberapa SPBU Surabaya, Mojokerto, dan Malang. Setelah selesai di Jawa Timur, produk ini akan digulirkan di Jakarta.

"Harganya tentu kompetitif sesuai dengan BBM sekelasnya di RON 95," jelas Irto Ginting dalam keterangan tertulis Kamis (22/6/2023).

Pemilihan Jawa Timur sebagai lokasi uji coba Bioetanol dikarenakan terdapat produsen bioetanol di daerah ini. dua di antaranya PT Enero Mojokerto dan PT Molindo Malang. Sebagai pabrik baru, kedua produsen ini hanya dapat memasok sekitar 5,7 persen saja dari kebutuhan Jawa Timur dan Jakarta.

Kendati demikian, pabrik-pabrik tersebut didorong untuk dapat memenuhi kebutuhan bioetanol fuel grade di Indonesia. Menurut data Kementerian ESDM, kapasitas produksi bioetanol fuel grade baru mencapai 40.000 KL per tahun, sedangkan Pertamina membutuhkan 696.000 kiloliter untuk implementasi bioetanol pada tahap awal di Jawa Timur dan Jakarta.

Pertemuan Bilateral RI-Norwegia, dari Transisi Energi hingga Investasi Baterai Listrik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini