Cerita KKN UGM Hari ke-16: Tamasya Bersama dan Pembelajaran Taman Baca Al Quran

Cerita KKN UGM Hari ke-16: Tamasya Bersama dan Pembelajaran Taman Baca Al Quran
info gambar utama

Awu-Awu, Hari ke-16. Sore ini hujan kembali turun dengan menyenangkan. Sepulang mengajar di Taman Baca Al Qur’an, kilas balik tentang hari ini mulai menguar. Di sinilah memori kembali dikenang dan dituliskan. Sounds so hyperbolic, right? Namun sungguh, kegiatan-kegiatan hari ini memberikan banyak nilai dan pelajaran berharga. Dimulai dari informasi kejutan ketika berkunjung ke rumah Bidan Desa hingga mengajar di TPQ sore ini.

Seperti biasanya, hari dimulai dengan membicarakan program kerja. Kemudian, dilanjutkan dengan pernyataan, “Kayaknya kita butuh koordinasi lagi deh, sama bu bidan desa.” Kalimat itu terucap ketika diskusi tentang teknis program mulai membingungkan. Berangkatlah kami menemui bidan desa. Pertemuan itu berlangsung cukup lama.

Terkuaklah banyak cerita yang dialami selama KKN berlangsung, dan ibu bidan desa menanggapi dengan penuh ketenangan. “Alah mbak, udah dibikin gampang ae, ora usah repot, golek seng penak.” (dibuat sederhana saja, jangan merepotkan diri, cari yang mudah).

Perlahan kesadaran mulai mengemuka dengan berbagai ide penyesuaian program. Bahkan, ibu bidan desa merekomendasikan penyederhanaan proses pelaksanaan program. Rasa terima kasih berulang kali terucap, menerima masukan dari pihak lebih berpengalaman.

UGM Utus 7 Ribu Mahasiswa KKN Berdayakan 400 Desa di Seluruh Indonesia

Di sinilah ibu bidan mengundang kami untuk ikut pada program rekreasi desa. Program yang dimulai tepat dua hari kemudian, membuat diri sedikit panik. Akibat ekspresi panik yang terpampang jelas, bu bidan menjelaskan bahwa kami hanya perlu membayar transportasi dan menyiapkan doorprize. Ketenangan dan senyum semangat untuk bertamasya sekaligus bersosialisasi bersama masyarakat kembali terbentuk.

Hari keberangkatan tiba tanpa menunggu lama. Semua orang bangun pagi dan bersiap menuju titik kumpul yang disepakati. Pagi itu suasana cerah menyambut keberangkatan menuju Pantai Glagah, salah satu pesona dari sekian banyak wisata di daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Keberangkatan yang menyenangkan, mengingat sudah lama sekali tidak pergi menggunakan kereta kelinci.

Sayang sekali dengan jumlah peserta yang melebihi perkiraan, beberapa dari kami harus menunggu kereta ‘dadakan’ yang baru saja dipesan. Kegiatan tetap berjalan dengan lancar. Undian dibagikan dengan rata dan menyeluruh. Permainan tebak kata memenuhi ekspektasi kelucuan dari peserta. Lansia yang menjadi peserta membuat iri dengan semangat dalam memeragakan kata yang diberikan. Hadiah yang disiapkan ludes dibagikan pada warga yang tersenyum senang mendapat berbagai perabotan rumah tangga.

Permainan yang menyenangkan harus disudahi dan dilanjutkan dengan istirahat makan siang. Berbagai masakan rumahan sangat mengugah selera untuk dimakan. Menu yang disiapkan juga tidak sedikit dan cukup untuk dikonsumsi lebih dari 100 warga yang ikut. Merapikan tikar dan bekas sampah menjadi hal wajib yang kemudian dilakukan selesai makan.

Menyenangkan rasanya melihat kerja sama dalam merapikan dan membersihkan lokasi istirahat kembali seperti semula. Sudah lama merantau di kota besar menyebabkan sedikit banyak semangat gotong royong memudar pada diri kami. Kehidupan masyarakat desa yang sangat kekeluargaan menyadarkan kami bahwa masih banyak sekali hal yang perlu kami pelajari.

Keakraban antarwarga dan saling mengenal satu dengan yang lain adalah sesuatu yang sangat jarang ditemui di masyarakat perkotaan. Padahal, saling mengenal satu sama lain dapat membuat hidup menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Sebagai mahasiswa psikologi, diri ini tertampar dengan kenyataan bahwa komunikasi dalam kelompok sosial merupakan aspek yang esensial.

Tiada henti dalam mengagumi luasnya persawahan dan perkebunan sepanjang jalan pulang. Begitu luas seolah tidak ada ujung dari warna hijau yang menenangkan mata. Beberapa warga yang terlihat di depan rumah melambaikan tangan dan menyapa ramah pada kami. What is this strange feeling? Feel so welcomed and kinda warming my heart.

Ucapan terima kasih terus terucap pada kami setiap bersalaman dan pamit pada warga. Tidak terasa sudah waktunya kembali ke pondokan untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran. Beberapa anak desa tiba-tiba berkunjung ke pondokan kami dengan berteriak, “Mbak KKN, mbak KKN, mbakkk!!!” sambil tertawa dan bersepeda di depan pondokan.

Ketika diminta masuk ke dalam ruang tamu, anak-anak itu terlihat malu dan sungkan sehingga membuat kami tertawa. Setelah berkenalan singkat, mereka mengingatkan kami tentang kegiatan mengaji di TPQ yang dilakukan secara rutin. Mendadak kami kembali bersiap untuk berangkat ke masjid dekat pondokan.

Sambutan dengan berjabat tangan (salim) kami terima dari anak-anak yang akan mengaji ketika keluar dari area sholat. Terlihat penasaran sekaligus senang, anak-anak itu tiada hentinya menatap kami. Rasa khawatir diminta untuk menyimak mengaji mulai timbul. Ketakutan akan secercah ilmu kami dalam membaca kitab Al-Qur’an tidak cukup baik untuk menyimak dan membetulkan bacaan anak-anak.

Hari Kesadaran Hiu, Jadikan Momentum untuk Selamatkan Si Penjaga Ekosistem Laut

Namun, ketakutan itu ternyata tidak membuat ibu guru mengaji menurunkan kepercayaannya kepada kami. Ternyata ujian seminar proposal skripsi terdengar lebih mudah dibandingkan menyimak bacaan Al-Qur’an anak-anak. Ketika selesai dengan proses baca Al-Qur’an, ibu guru mendoakan kami dengan segala kebaikan yang bisa disebutkan. Rasa terharu dan malu terus menerus terasa dalam hati dan pikiran kami.

Rasanya ilmu yang kami dapatkan selama berpendidikan masih sangat sedikit. Begitu percaya dan bangga ibu guru mengaji menceritakan kami yang berpendidikan di UGM. Hal tersebut membuat kesadaran kami terbuka untuk kesekian kalinya. Kami adalah orang-orang yang dianggap terpelajar dengan pendidikan dan ilmu yang banyak. Kami juga individu yang beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Selama perjalanan pulang ke pondokan, pemikiran ini terus mengganggu pemikiran. Ucapan ibu guru mengaji, “Besok teman yang hari ini tidak datang dibilangi, kalau ada mbak-mbak KKN yang ikut mengajar mengaji ya, nduk, le,” terus terngiang. Sungguh hari ini adalah hari yang penuh dengan nilai.

Kesan mendalam dari hari ini akan menjadi titik tolak untuk melanjutkan pengabdian di hari-hari berikutnya. Rasa tidak sabar untuk belajar ilmu baru terus meletup dalam diri kami. Dengan harapan baik, semoga pengetahuan dan pengalaman kami dapat menjadi sebuah kisah kemudian hari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini