Mitos Malam Satu Suro dan Tradisi Awal Tahun Penanggalan Jawa

Mitos Malam Satu Suro dan Tradisi Awal Tahun Penanggalan Jawa
info gambar utama

Malam 1 Suro adalah perayaan yang dirayakan oleh masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Malam 1 Suro memiliki makna dan kepercayaan yang cukup mendalam bagi masyarakat Jawa karena dipercaya sebagai awal tahun dalam penanggalan Jawa dan memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam merayakan Malam 1 Suro antara lain ruwatan, ziarah makam, dan doa bersama. Masyarakat Jawa sering melakukan ritual ruwatan pada Malam 1 Suro. Ruwatan adalah upacara membersihkan diri dari pengaruh negatif dan kesalahan di masa lalu serta memohon keselamatan dan berkah di tahun yang baru.

Ziarah ke makam leluhur atau tempat-tempat suci dilakukan untuk berdoa, menghormati leluhur, dan memohon berkah bagi keluarga dan keturunan. Banyak tempat ibadah, seperti masjid dan pura, mengadakan acara doa bersama pada Malam 1 Suro untuk merayakan awal tahun Jawa. Di Desa Bulus, Malam 1 Suro diperingati dengan doa bersama untuk memohon keselamatan dan rezeki.

Kisah Dam Candi Limo, Bendungan Era Majapahit yang Dirawat Kolonial Belanda

Ternyata, Malam 1 Suro memiliki beberapa pantangan atau larangan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa. Pantangan-pantangan ini berhubungan dengan nilai-nilai spiritual dan kepercayaan yang diyakini akan membawa kesialan jika dilanggar. Untuk yang bukan dari Jawa, mungkin pantangan-pantangan ini terdengar cukup unik atau kurang dimengerti.

Apalagi, Tim KKN di Desa Bulus memiliki latar belakang budaya daerah yang bermacam-macam. Meski begitu, kami tetap berusaha mencari tahu dan menghormati kepercayaan lokal yang ada. Pada Malam 1 Suro, ternyata tidak diperbolehkan makan makanan yang berbau amis. Kendati di Bulus ada pemancingan ikan milik BUMDes, pada malam itu, kami tidak boleh memancing atau menangkap ikan.

Aktivitas ini dianggap sebagai tindakan yang buruk karena ikan juga merayakan tahun baru Jawa. Menangkap ikan pada malam ini dianggap tidak menghormati makhluk hidup lainnya. Membahas tentang kematian atau peristiwa tragis, di Malam 1 Suro dianggap membawa aura negatif dan tidak baik untuk awal tahun baru.

Terakhir, di malam itu, kami tidak boleh melakukan pertengkaran atau berselisih dengan orang lain. Hampir sama dengan penanggalan lain, mulailah hari pertama tahun baru dengan keadaan hati yang bersih dan damai. Oleh karena itu, hindari konflik dan perselisihan dengan orang lain.

Keragaman Kuliner Betawi sebagai Titik Temu Lintas Negara di Jakarta

Hal-hal berbau mistis juga kerap kali dikaitkan dengan malam pertama tahun baru tanggalan Jawa ini. Malam 1 Suro diyakini sebagai malam ketika dunia gaib atau alam spiritual menjadi lebih terbuka. Beberapa orang percaya bahwa pada malam ini, mereka dapat berkomunikasi dengan roh-roh leluhur atau makhluk gaib lainnya. Hal ini menyebabkan energi spiritual mencapai puncaknya, dan karena itu, aktivitas mistis atau supranatural cenderung lebih intens.

Malam 1 Suro dapat digunakan sebagai momen penting untuk menghormati leluhur dan roh-roh nenek moyang. Meningkatnya energi spiritual ini dianggap lebih mendekatkan diri dengan leluhur. Beberapa orang Jawa percaya bahwa pada Malam 1 Suro, munculnya beberapa simbol atau peristiwa tertentu memiliki makna khusus atau pertanda terhadap masa depan sehingga praktik mistis untuk mencari keberuntungan, perlindungan, atau kerejekian, sering dilakukan pada malam tersebut.

Pantangan dan aktivitas tersebut adalah bagian dari tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa dalam merayakan Malam 1 Suro. Bagi yang tidak mengikuti kepercayaan ini, tidak diwajibkan untuk mematuhi pantangan tersebut. Namun, seyogianya berusaha menghormati. Tim KKN di Desa Bulus melakukan tahlil bersama di Makam Bupati pertama Purworejo untuk memperingati tahun baru penanggan Jawa. Semoga rahmat dan berkah menyertai kita semua.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini