Kenapa Manusia FOMO? Ini Kata Sains

Kenapa Manusia FOMO? Ini Kata Sains
info gambar utama

Fear of Missing Out atau FOMO sudah menjadi istilah yang terdengar sehari-hari. Baik di dunia nyata atau media sosial istilah FOMO sering dipakai oleh orang-orang. FOMO singkatnya adalah rasa takut tertinggal.

FOMO disebabkan oleh banyak hal, seperti ketika teman-teman pergi menonton film Oppenheimer dan Barbie, tetapi Kawan tidak bisa menontonnya karena kesibukan; atau ketika melihat para influencer sudah memiliki karier yang melonjak, sedangkan Kawan masih merasa menjadi orang biasa saja. FOMO terjadi di mana pun dan kapan pun, terutama di era media sosial di mana orang-orang cenderung mengonsumsi terlalu banyak informasi yang belum tentu diperlukan.

Baca juga: Mindless Scrolling Jadi Alasan Gen Z Gampang FOMO!

FOMO Menurut Sains

Menurut Erin Vogel, Ph.D yang dikutip oleh Forbes, FOMO disebabkan oleh rasa eklusi atau terpisah antara seseorang dengan komunitasnya. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang berkerumun. Ketika ia merasa berbeda dengan sesamanya, maka ia akan merasa tersingkir dari kelompoknya. Oleh karena itu, rasa validasi yang diberikan oleh komunitas tempat manusia berada sangatlah penting untuk menciptakan rasa percaya diri dan penerimaan pada manusia.

Dalam hal ini, media sosial memiliki peran besar menambah perasaan FOMO pada seseorang.

Sebagaimana dikutip dari Psychology Today, penelitian yang dilakukan oleh Milyavskaya, Saffran, dan Koestner pada 2018 lalu melakukan sebuah eksperimen, di mana mahasiswa semester awal dengan gawai diminta untuk mengisi buku harian selama tujuh hari.

Tujuan para mahasiswa mengisi buku harian itu adalah untuk mengetahui di hari apa saja FOMO cenderung terjadi, seberapa sering FOMO dialami, dan hal apa saja yang dapat diakibatkan oleh FOMO. Hasil penelitian ini dikumpulkan pada akhir semester di mana para mahasiswa diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi tentang tingkat kepuasaan hidup dan well-being.

Dari riset ini, ditemukan bahwa orang yang mengalami FOMO cenderung mengalami rasa berkewajiban untuk mengikuti standar-standar sosial tertentu, dari kegiatan sampai sesuatu yang dipakai oleh orang lain. Di sisi lain, FOMO juga berkaitan dengan dampak psikis yang negatif, seperti kecemasan, stres, sampai depresi. Di sini, media sosial memiliki peran yang besar dalam menciptakan FOMO.

Baca juga: Mengenal FOMO, Si Paling Update. Ternyata Berdampak Buruk, Lo!

Tanda-Tanda FOMO dan Bagaimana Cara Mengatasinya

FOMO memiliki tanda-tanda yang harus diwaspadai. Dikutip dari Cosmopolitan.co.id dan Forbes, seseorang yang mengalami FOMO cenderung:

  • Selalu ingin mengecek gawainya.
  • Suka ingin tahu tentang kehidupan orang lain.
  • Senang membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
  • Merasa cemas ketika orang lain memiliki kehidupan yang dianggap lebih baik.
  • Secara impulsif melakukan atau membeli sesuatu, padahal belum tentu membutuhkan atau menginginkannya.
  • Tidak pernah merasa berkecukupan, ingin selalu lebih daripada orang lain.
  • Sering khawatir tertinggal berita-berita baru.
  • Merasa lelah berselancar di media sosial.
  • Mencoba semua hal dalam satu waktu.
  • Menjauh dari orang lain.
  • Merasa lelah secara fisik.
  • Merasa stres, sedih, bahkan depresi.

Tanda-tanda di atas perlu diwaspadai sebelum FOMO semakin menganggu aktivitas sehari-hari. Ada beberapa cara yang dapat dicoba untuk mengatasi FOMO. Dalam mengatasi FOMO, seseorang harus dengan sadar dapat mengendalikan dirinya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Batasi konsumsi media sosial

Konsumsi berlebihan pada media sosial menyebabkan semakin banyak informasi yang dapat memicu FOMO, padahal sebenarnya informasi itu tidak benar-benar perlu untuk dikonsumsi. Membatasi penggunaan media sosial dapat menghindarkan konsumsi berlebihan pada informasi.

Salah satu caranya adalah dengan mengaktifkan fitur Kesehatan Digital pada gawai yang akan memblokir akses ke media sosial ketika timer sudah habis. Jika tidak ada fitur tersebut, media sosial dapat dihapus dan di-instal kembali ketika sudah membutuhkannya lagi.

  • Tingkatkan rasa cinta diri sendiri

FOMO adalah kurangnya rasa cinta terhadap diri sendiri. Maka dari itu, membangun rasa cinta diri menjadi kunci yang sangat diperlukan untuk mengatasi kurangnya rasa cinta diri sendiri tersebut. Dalam membangun rasa cinta diri sendiri, Kawan dapat mencoba menanamkan pemahaman bahwa masing-masing orang itu berbeda dan tidak semua hal harus sama, sehingga tidak apa-apa jika ada hal yang terlewatkan atau tidak dijalani.

Hal ini salah satunya dapat diraih dengan menerapkan pola pikir mindfulness, yaitu selalu sadar dengan diri sendiri dan sekitarnya.

Memang mengatasi FOMO itu tidak mudah, tapi jika tidak pernah dicoba, risiko FOMO dapat memperburuk dari waktu ke waktu.

Referensi:

  • https://www.cosmopolitan.co.id/article/read/10/2018/14854/10-gejala-kamu-memiliki-fomo
  • https://www.psychologytoday.com/us/blog/ritual-and-the-brain/201804/the-science-fomo-and-what-we-re-really-missing-out
  • https://www.forbes.com/health/mind/the-psychology-behind-fomo/
  • https://www.bfi.co.id/id/blog/fomo-adalah-penyebab-ciri-ciri-dan-cara-mencegahnya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini