Mengenal Sandhangan Panyigeg dari Pengertian, Fungsi dan Jenisnya

Mengenal Sandhangan Panyigeg dari Pengertian, Fungsi dan Jenisnya
info gambar utama

Aksara Jawa telah menjadi salah satu peninggalan budaya yang kaya dan menarik dari peradaban Jawa kuno. Keindahannya bukan hanya terletak pada bentuk hurufnya yang elegan, tetapi juga pada beragam tanda baca dan sandhangan yang menghiasi setiap karakter. Salah satu aspek yang menarik untuk dieksplorasi adalah Sandhangan Panyigeg.

Sandhangan yang satu ini memiliki peran yang begitu penting dalam membantu pembaca memahami makna dan nuansa dari teks aksara Jawa. Sehingga keberadaannya sendiri tidak hanya sekadar rangkaian kata saja. Akan tetapi juga dapat menjadi karya seni yang sarat dengan filosofi dan nilai-nilai kehidupan. Mari simak definisi hingga jenis-jenis sandhangan ini agar Kawan tahu lebih!

Pengertian Sandhangan Panyigeg

Secara bahasa, arti dari sandhangan ini dalam konteks aksara Jawa adalah tanda pemisah. Istilah ini terdiri dari dua kata yakni Sandhangan dan juga Panyigeg. Arti Sandhangan dalam bahasa Jawa sendiri bermakna tanda atau penanda. Dalam konteks aksara Jawa, sandhangan ini mengacu pada tanda baca atau tanda khusus yang digunakan untuk memberikan petunjuk membaca teks dengan benar.

Sedangkan istilah Panyigeg dalam bahasa Jawa mempunyai arti memisahkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan juga bahwa Sandhangan Panyigeg secara harfiah berarti "tanda pemisah" yang digunakan dalam aksara Jawa.

Sandhangan ini merupakan tanda baca yang digunakan untuk mengindikasikan akhir suku kata dengan suara konsonan. Sehingga nantinya bisa memudahkan pelafalan dan tentunya juga berfungsi sebagai penanda intonasi maupun tanda baca khusus dalam kalimat. Selain itu juga bisa membantu membedakan arti dari berbagai kata atau frasa dalam teks aksara Jawa.

Baca juga :
Aksara Jawa Lengkap Beserta Pasangan, Sandhangan dan Penulisan yang Benar

Fungsi Sandhangan Panyigeg

Dalam sistem penulisan aksara Jawa, sandhangan ini berfungsi untuk memisahkan dua suku kata yang berdekatan dalam sebuah kata. Panyigeg digunakan untuk menandai pemisahan suku kata agar pembaca dapat memahami struktur dan pengucapan kata dengan benar. Dengan adanya sandhangan ini, pembaca dapat membaca dan memahami struktur kata hingga mampu membedakan imbuhan maupun suku katanya.

Jadi, Sandhangan Panyigeg memiliki peran penting dalam membantu pembaca dalam mengartikan dan mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jawa dengan benar. Dengan adanya sandhangan ini, pembaca dapat dengan mudah mengenali pola-pola bahasa Jawa dan menghindari kesalahan dalam pengucapan atau pemahaman kata.

Ketika membaca teks atau tulisan dalam aksara Jawa, pemahaman tentang sandhangan ini menjadi kunci untuk mengartikan kata-kata dan kalimat dengan akurat. Bagi para penulis, penggunaan sandhangan ini begitu penting karena berguna untuk memastikan bahwa tulisan yang dibuat tersebut dapat dibaca dan dipahami dengan baik oleh pembaca.

Jenis-Jenis Sandhangan Panyigeg

Salah satu jenis sandhangan dalam aksara Jawa ini terdiri dari berbagai macam jenis. Di mana setiap jenisnya memiliki karakteristik dan aturan penggunaan yang berbeda, berikut penjelasan detailnya :

Sandhangan Panyigeg
info gambar

Wigyan

Bentuk sandhangan wignyan sendiri yaitu menyerupai angka dua yang memiliki ekor panjang dan menjuntai. Fungsi sandhangan wignyan sendiri yaitu untuk melambangkan atau mewakili konsonan 'h'. Jadi, ketika aksara Jawa diberi sandhangan wignyan, konsonan 'h' akan ditambahkan pada akhir suku kata. Sebagai contohnya yaitu aksara Jawa "wa" yang ditambahi dengan sandhangan wignyan akan berbunyi "wah."

Layar

Singkatnya, sandhangan ini berfungsi untuk meringkas konsonan 'r'. Jadi, jika aksara Jawa diberi sandhangan layar, akhir suku kata akan berbunyi 'r'. Misalnya saja sebuah aksara Jawa "ma" yang ditambahi dengan layar akan berbunyi "mar." Sedangkan ciri khusus dari sandhangan ini yaitu menyerupai gambaran layar pada kapal, karena berbentuk garis miring di atas aksara Jawa yang menuju ke arah kanan.

Cecak

Dalam hal ini, fungsi cecak berguna untuk mewakili atau melambangkan konsonan 'ng'. Ketika aksara diberi cecak, konsonan 'ng' akan ditambahkan pada akhir suku kata misalnya saja aksara Jawa "ba" yang diimbuhi sandhangan ini akan berbunyi "bang." Jika dilihat secara lebih jelas lagi, sandhangan ini seperti tanda baca koma tapi terbalik dan biasanya diletakkan di atas aksara Jawa.

Pangkon

Terakhir ada sandhagan pangkon yang berfungsi sebagai penutup akhir kata untuk konsonan selain tiga di atas, yaitu konsonan selain 'h', 'r', dan 'ng'. Bentuk Sandhangan Panyigeg yang berupa pangkon sendiri seperti pangkal namun tidak bersambung dengan aksara Jawa terakhir.

Dengan menggunakan pangkon, huruf terakhir pada akhir kata akan tetap berbunyi sesuai konsonan yang terdapat di aksara Jawa tersebut. Jadi, jika sebuah aksara Jawa "ma" yang diberi imbuhan pangkon akan berbunyi "man”, “mag”, “mad” tergantung pada kata yang menyertainya.

Berdasarkan pembahasan di atas, Sandhangan Panyigeg menjadi salah satu instrumen yang sangat berharga dalam menjaga keakuratan, kejelasan, dan pemahaman dalam bahasa Jawa. Bahkan, sandhangan ini mampu menjaga kesinambungan warisan budaya aksara Jawa di kalangan masyarakat yang masih menggunakan dan melestarikan bahasa dan sastra Jawa.

Sumber :

https://benengerti.blogspot.com/2022/02/sandhangan-aksara-jawa-sandhangan-swara.html?m=1

https://pemilu.kompas.com/read/2022/01/09/162800178/sandangan-aksara-jawa-fungsi-dan-macam-macamnya

https://www.senibudayaku.com/2020/01/aksara-jawa.html

https://padukata.com/2020/08/sandhangan-panyigeg/

https://www.mikirbae.com/2022/11/sandhangan-penyigeg-wanda-lan-wyanjana.html

https://blog.kaimasa.com/2023/02/sandhangan-panyigeg-wanda-aksara-jawa.html

https://regional.kompas.com/read/2022/01/09/162800178/sandangan-aksara-jawa-fungsi-dan-macam-macamnya?page=all

https://lenteramata.com/sandhangan-panyigeg-wanda/

https://guruinovatif.id/artikel/implementasi-aksara-jawa-dengan-profil-pelajar-pancasila

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Raras Wenny lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Raras Wenny.

RW
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini