Salah satu kebudayaan Jawa yang masih terus eksis dilestarikan adalah aksara Jawa yang lebih terkenal disebut aksara Hanacaraka atau Carakan atau Dentawyanjana.
Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sedang gencar mempromosikan dan melestarikan kebudayaan ini. Di daerah Jawa sendiri, bahasa Jawa menjadi salah satu muatan lokal pendidikan dari tingkat SD hingga SMP.
Namun mempelajarinya tidak hanya di sekolah formal saja, untuk terus menjaganya tetap lestari. Kamu bisa belajar dari berbagai sumber dan literasi. Berikut kami bagikan informasi mengenai aksara Jawa lengkap mulai dari sejarah, pasangan dan sandhangan aksara Jawa disertai contoh penulisan dengan benar.
Sejarah Singkat Aksara Jawa
Berdasarkan cerita sejarahnya, tulisan aksara Jawa diciptakan oleh Ajisaka. Tulisan Ha-Na-Ca-Ra-Ka ini mengisahkan tentang pertempuran 2 abdi setianya, Dora dan Sembada.
Mengutip dari buku Aksara-aksara di Nusantara karya Ridwan Maulana (2020), aksara Jawa pertama kali distandarisasikan penulisannya pada lokakarya yang digelar di Surakarta pada tahun 1926. Setelah itu, munculah ketetapan dan pedoman penulisan-penulisan lain dalam aksara Jawa. Seperti Panduan Penoelise Temboeng Djawa yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1956.
Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintahan daerah seperti di D.I Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur juga menerbitkan panduan penulisan untuk menyeragamkan tata tulis dan muatan pembelajaran bagi peserta didik.
Tetapi meskipun ada banyak panduan, secara umum penulisan aksara Jawa tetaplah sama. Karena sudah berpedoman pada tata tulis Mardikawi maupun Sriwedari dan KBJ (Kepenulisan Bahasa Jawa). Untuk mengetahui lengkapnya, mari kita pelajari bersama.
Baca juga: Ragam Aksara Nusantara
Aksara Jawa Lengkap : Huruf Dasar - Hanacaraka
Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf. Sifatnya sama seperti alfabet, digunakan sebagai dasar dalam kepenulisan. Namun penulisan aksara Jawa ini bersifat silabik atau dibaca dengan berakhiran “a”. Misalnya, membacanya Ha-Na-Ca-Ra-Ka: bukan H, N, C, R, K.
Agar membuatnya menjadi satu kalimat utuh dibutuhkan pasangan dan sandhangan. Ketika menggunakan pasangan dan sandhangan pada aksara Jawa inipun tidak bisa dilakukan sembarangan, terdapat kaidah dasar yang wajib untuk diikuti agar penulisannya benar.
Pasangan Aksara Jawa
Pasangan aksara jawa berfungsi untuk membuat aksara Jawa yang berakhiran “a” menjadi huruf bervokal. Dengan kata lain, untuk menekankan konsonan di depannya maka diperlukan pasangan agar hurufnya menjadi hidup.
Sesuai dengan aksara Jawa yang berjumlah 20 huruf, maka pasangan aksara Jawa juga memiliki jumlah yang sama.
Jika kalian perhatikan, penulisan pasangan ini pun juga memiliki aturan. Untuk aksara : Ca, Ra, Ka, Da, Ta, La, Dha, Ja, Ya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga, pasangan diletakkan dibawah aksara yang dipasanginya.
Sedangkan untuk aksara Ha, Sa, Pa, Nya, pasangan aksara jawa diletakkan sejajar di sebelah kanan aksara. Terakhir, Na dan Wa diletakkan menggantung ke aksara yang dipasanginya.
Baca juga:
Belajar Aksara Jawa Sekarang Bisa dari Aplikasi
Contoh Penerapan Aksara Jawa dan Pasangannya:
1. Nana Saka Pasar : ꧋ꦤꦤꦱꦏꦥꦱꦂ
Pada penulisan ‘Nana Saka Pasar’ ditulis hanya dengan menggunakan huruf dasar pada Hanacaraka dan tidak memerlukan pasangan karena tidak ada huruf mati. Namun di akhir kata ‘sar’ memerluka huruf ‘sa’ [ꦱ] dan sandhangan layar [akan kita bahas selanjutnya]
2. Nulisa Aksara Jawa : ꧋ꦤꦸꦭꦶꦱꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ
Huruf ‘ka; pada kata aksara harus dimatikan agar jadi konsonan hidup, sehingga hutuf ‘sa’ memerlukan pasangan. Apabila huruf ‘ka’ tidak dimatikan, maka kalimatnya akan berbunyi ‘Nulisa Akasara Jawa’.
3. Anak sapi arane pedet : ꧋ꦄꦤꦏ꧀ꦱꦥꦶꦄꦫꦤꦺꦥꦼꦣꦺꦠ꧀
4. Bapak lunga menyang mojokerto : ꧋ꦧꦥꦏ꧀ꦭꦸꦔꦩꦼꦚꦁꦩꦺꦴꦗꦺꦴꦏꦺꦂꦠꦺꦴ
Sandhangan Aksara Jawa
Sandhangan berfungsi untuk mengubah bunyi pada kalimat dalam Aksara Jawa. Menurut jenisnya, Sandhangan aksa jawa terbagi menjadi 4 macam. Yaitu : Sandhangan Swara, Sandhangan Sigeg, Sandhangan Anuswara dan terakhir Pangkon.
1. Sandhangan Swara
Sesuai dengan namanya, Sandhangan swara digunakan untuk mengubah bunyi vokal dalam aksara Jawa. Dari vokal yang hanya berakhiran ‘A’ berubah jadi bunyi I, U,E,O.
Berikut jenis sandhangan swara beserta contoh pengaplikasiannya:
- Wulu : Sandangan yang digunakan untuk mengubah bunyi menjadi ‘I’. Contohnya “Saiki” : ꧋ꦱꦻꦏꦶ
- Pepet : Digunakan untuk merubah bunyi aksara menjadi “E”. Contohnya “Tole” : ꧋ꦠꦺꦴꦭꦺ
- Suku : Digunakan untuk merubah bunyi aksara menjadi “U”. Contohnya “Buku”: ꧋ꦧꦸꦏꦸ
- Tagling : Sandhangan untuk mengubah bunyi aksara “é”. Contohnya pada kata “Lele” : ꧋ꦭꦺꦭꦺ
- Taling Tarung : Digunakan pada sandhangan untuk merubah bunyi aksara “O”. Contohnya “Loro” : ꧋ꦭꦺꦴꦫꦺꦴ
2. Sandhangan Sigeg
Sandhangan sigeg ini digunakan untuk mengakhiri aksara dengan menghilangkan huruf vokal pada kata terakhir. Ada 3 jenis sandhangan sigeg.
- Wignyan: Sandhangan untuk mengubah bunyi aksara yang berakhiran “H”. Contohnya “Wabah” : ꧋ꦮꦧꦃ
- Cecak : Digunakan untuk mengubah bunyi aksara yang berakhiran “Ng”. Misalnya “Sareng” : ꧋ꦱꦫꦺꦁ
- Layar : Sandhangan yang digunakan untuk mengubah bunyi aksara yang berakhiran “R”. Contohnya “Layar” : ꧋ꦭꦪꦂ
3. Sandhangan Anuswara
Sandhangan aksara jawa Anuswara fungsinya hampir sama dengan sandhangan sigeg. Namun jika sandhangan anuswara digunakan untuk mengakhiri kalimat dengan bunyi konsonan Y, R dan W. Letaknya juga tidak di akhir kalimat, tetapi fungsinya sama merubah vokal.
Jenis sandhangan Anuswara juga ada 3:
- Cakra : Digunakan untuk merubah bunyi aksara seolah berakhiran “Y”. Contohnya pada kata “Dzakkya” : ꧋ꦣ꧀ꦗ꦳ꦏ꧀ꦏꦾ
- Pengkal : Sandhangan untuk merubah bunyi aksara seolah berakhiran “R”. Contohnya “Cakra” : ꧋ꦕꦏꦿ
- Gembung : Sadhangan untuk mengubah bunyi aksara seolah berakhiran “W”. Contohnya “Kwat” : ꧋ꦏ꧀ꦮꦠ꧀
4. Sandhangan Pangkon
Terakhir, sandhangan pangkon. Sandhangan ini istimewa karena khusus digunakan untuk mematikan kata saja. Jika pasangan aksara Jawa bisa ditulis pada akhir atau tengah kalimat. Khusus Sandhangan pangkon hanya untuk mengakhiri kalimat saja.
Demikian penjelasan mengenai aksara Jawa, pasangan, sandhangan beserta contoh penerapannya. Jangan lupa baca tentang aksara murda, aksara wilangan (angka), aksara swara, dan aksara rekan. Semoga bisa menambah wawasan kalian ya!
Baca juga: Ikut Melestarikan Aksara Kuno Nusantara Bersama Komunitas Aksakun
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa
https://kongresaksarajawa.id/salinsaja/
https://www.sastra.org/huruf-jawa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News