Mengenal Sandhangan Swara dari Pengertian, Fungsi dan Jenisnya

Mengenal Sandhangan Swara dari Pengertian, Fungsi dan Jenisnya
info gambar utama

Aksara Jawa adalah salah satu sistem penulisan yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi di Indonesia. Sistem penulisan ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Salah satu unsur penting dalam aksara Jawa adalah Sandhangan Swara, yang berperan untuk membantu mengubah fonem menjadi bunyi vokal yang lainnya. Dalam bahasa Jawa, bunyi vokal ini berperan sangat penting, karena suatu kata bisa memiliki arti yang berbeda hanya karena perbedaan vokal yang digunakan.

Pada artikel ini, Kawan akan menjelajahi lebih dalam mengenai sandhangan ini hingga pengaruhnya dalam ejaan, pengucapan, dan arti dari kata-kata dalam bahasa Jawa. Mari kita mulai perjalanan untuk mengeksplorasi Sandhangan Swara dalam aksara Jawa, sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Dan semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan apresiasi lebih dalam terhadap bahasa dan budaya Nusantara.

Pengertian Sandhangan Swara

For your information Kawan, Aksara Jawa telah digunakan sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara dan tentunya telah memiliki perkembangan yang begitu panjang. Di mana sandhangan menjadi salah satu aspek penting dalam evolusi penulisan bahasa Jawa.

Perlu Kawan ketahui bahwa Sandhangan Swara ini tidak dapat mematikan bunyi dari huruf konsonan dalam bahasa Jawa. Akan tetapi sandhangan ini dapat menambahkan bunyi vokal tertentu pada huruf tersebut. Sandhangan ini bisa ditempatkan di atas, di bawah, sebelum, atau sesudah aksara Jawa untuk mengubah bunyi yang dihasilkan.

Baca juga :
Aksara Jawa Lengkap Beserta Pasangan, Sandhangan dan Penulisan yang Benar

Fungsi Sandhangan Swara

Sandhangan ini berperan penting dalam membantu membaca dan mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, fonem sendiri belum menyatakan bunyi vokal oleh karena itu, diperlukan tanda seperti sandhangan ini untuk memberikan informasi tentang bunyi vokal yang harus diucapkan.

Sandhangan Swara dalam aksara Jawa adalah bentuk tanda baca yang digunakan untuk mewakili bunyi vokal dalam Bahasa Jawa. Ada beberapa jenis sandhangan dalam aksara Jawa dan mereka memiliki bentuk yang berbeda dan fungsi yang mirip dengan huruf vokal dalam Bahasa Indonesia.

Jenis Sandhangan Swara

Sandhangan ini terdiri dari beberapa jenis, yang masing-masing memiliki fungsi dan penempatan yang berbeda dalam suatu kata, berikut penjelasan lengkapnya.

sandhangan swara
info gambar

Sandhangan Wulu

Jenis sandhangan ini berbentuk bulatan kecil dan diletakkan di atas huruf Aksara Jawa. Fungsinya adalah untuk mengubah bunyi "a" menjadi bunyi "i". Jadi, ketika huruf Aksara Jawa yang berbunyi "a" ditambahkan Sandhangan Wulu, maka bunyinya akan berubah menjadi bunyi "i".

Sebagai contoh, Kawan dapat menuliskan huruf Aksara Jawa “Ha” yang memiliki bunyi akhiran vokal "a". Dengan menambahkan Sandhangan Wulu di atasnya, maka akan menjadi “Hi" yang memiliki bunyi vokal berupa "i".

Sandhangan Suku

Sandhangan Suku merupakan salah satu bentuk sandhangan dalam aksara Jawa yang digunakan untuk mengubah bunyi huruf "a" menjadi vokal "u." Bentuknya sendiri sangat mirip dengan huruf "u" yang mana nantinya langsung diletakkan di bawah aksara Jawa.

Jadi, jika suatu aksara Jawa yang memiliki bunyi fonem dasar berupa "a" diberi sandhangan suku maka bunyinya akan menjadi "u". Perlu Kawan ketahui juga bahwa ukuran sandhangan ini lebih kecil dari aksara Jawa dan diletakkan di bawah huruf yang ingin diubah bunyinya.

Sandhangan Taling

Sandhangan di aksara Jawa ini biasanya digunakan untuk mengubah bunyi "a" menjadi vokal "e". Di mana penulisan Sandhangan Taling secara umum diletakkan di depan huruf aksara Jawa. Contoh penggunaan Sandhangan Taling bisa Kawan jumpai dalam kata "Lele" yang berarti ikan lele dalam bahasa Indonesia.

Lewat kata ini, huruf "e" pada kata "lele" ditandai dengan Sandhangan Taling yang menempel pada huruf aksara Jawa sebelumnya. Contoh kata Aksara Jawa lainnya yang bisa Kawan jumpai dengan Sandhangan Taling ini yaitu seda, penak, dan juga beda.

Sandhangan Pepet

Pada dasarnya, bentuk dari Sandhangan Pepet ini sangat mirip dengan Wulu, namun ukurannya jauh lebih besar. Sandhangan Pepet diletakkan di atas huruf Aksara Jawa yang berkaitan di mana fungsinya untuk mengubah fonem dasar “a”menjadi "ê".

Contoh kata yang ditulis dengan Aksara Jawa dan menggunakan sandhangan pepet yaitu "sêgêr". Meskipun pengucapannya terlihat sama dengan Sandhangan Taling, akan tetapi Pepet mempunyai pelafalan bunyi “e” yang berbeda. Contoh lain dari kata yang menggunakan Sandhangan Pepet ini yaitu sekolah, gendis, kembang, dan juga kendi.

Sandhangan Taling Tarung

Dengan menggunakan Sandhangan Taling Tarung, fonem "a" pada huruf aksara Jawa dapat diubah menjadi bunyi "o". Untuk penulisannya sendiri yaitu Sandhangan Taling ditulis di depan huruf Aksara Jawa.

Sedangkan Sandhangan Tarung ditaruh di belakang huruf Aksara Jawa yang mana kedua kombinasi ini nantinya akan mengubah fonem huruf bunyi "a" menjadi "o".

Tak hanya sekedar pengetahuan linguistik, memahami Sandhangan Swara juga akan membuka pintu kekayaan budaya dan sastra Jawa. Mengingat aksara dan bahasa Jawa secara keseluruhan telah menjadi perwujudan jiwa masyarakat Jawa yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Raras Wenny lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Raras Wenny.

RW
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini