Mengapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak? Fisika dan Keselamatan Jadi Alasannya!

Mengapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak? Fisika dan Keselamatan Jadi Alasannya!
info gambar utama

Kereta api telah menjadi salah satu moda transportasi yang sangat penting dalam dunia modern. Dari masa ke masa, teknologi kereta api terus mengalami perkembangan, termasuk dalam hal kecepatan dan efisiensi.

Meskipun demikian, kereta api memiliki batasan yang perlu dipatuhi demi keselamatan penumpang dan pekerja kereta itu sendiri. Salah satu batasan penting yang seringkali dipahami oleh banyak orang adalah kenyataan bahwa kereta api tidak bisa berhenti mendadak. Artikel ini akan mengeksplorasi mengapa kereta tidak bisa berhenti mendadak terjadi dengan melihat aspek fisika dan peran keselamatan yang melibatkan dalam operasi kereta api.

Hukum Gerak Newton

Salah satu hukum fisika paling mendasar yang mempengaruhi kemampuan berhenti kereta api adalah Hukum Gerak Newton. Hukum pertama Newton menyatakan bahwa benda cenderung untuk tetap berada pada keadaan gerak atau keadaan diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Hukum kedua Newton menyatakan bahwa percepatan dari suatu benda sebanding dengan gaya yang bekerja pada benda dan berbanding terbalik dengan massa benda. Hukum ketiga Newton menyatakan bahwa setiap tindakan gaya memiliki reaksi yang sebanding dan berlawanan.

Ketiga hukum ini berarti bahwa untuk mengubah keadaan gerak kereta api, dibutuhkan waktu yang wajar untuk memberikan gaya yang sesuai untuk menghentikan kereta. Gaya pengereman harus cukup besar untuk mengatasi momentum dan gesekan yang bekerja pada kereta. Makin panjang dan berat rangkaian kereta, maka jarak yang dibutuhkan kereta api untuk benar-benar berhenti akan semakin panjang.

Di Indonesia, rata-rata 1 rangkaian kereta penumpang terdiri dari 8-12 kereta (gerbong dengan bobot mencapai 600 ton, belum termasuk penumpang dan barang bawaannya). Dengan kondisi tersebut, maka dibutuhkan energi yang besar untuk membuat kereta api berhenti.

Baca juga: Mengenal Kereta Joglosemarkerto, Rute Hingga Harga Tiket

Momentum

Momentum adalah sifat fisik yang dimiliki oleh benda bergerak yang merupakan hasil perkalian antara massa dan kecepatan benda. Momentum merupakan ukuran seberapa sulit suatu benda dihentikan saat bergerak. Kereta api, dengan massa yang besar dan seringkali bergerak dengan kecepatan tinggi, memiliki momentum yang besar pula. Untuk menghentikan kereta, diperlukan gaya pengereman yang cukup kuat dan jarak pengereman yang memadai agar momentum ini bisa diatasi.

Jarak Pengereman

Jarak pengereman adalah jarak yang ditempuh oleh kereta api dari saat pengereman diaktifkan hingga berhenti sepenuhnya. Dalam keadaan darurat, jarak pengereman yang cukup panjang bisa menjadi masalah serius. Semakin tinggi kecepatan kereta, semakin besar pula jarak pengereman yang dibutuhkan. Karena itu, kereta api diatur untuk menjaga jarak yang aman dari benda atau kendaraan lain di depannya agar dapat berhenti secara perlahan dan menghindari tabrakan.

Baca juga: BUMN RI Duel Bangun Infrastruktur Kereta Api di Filipina, Kontrak Rp9 Triliun

Sistem Pengereman

Sistem pengereman pada kereta api juga memainkan peran penting dalam kemampuan berhenti. Pengereman kereta modern biasanya menggunakan sistem pengereman cakram yang efisien dan kuat.

Namun, sistem ini tetap memiliki batasan dalam menghadapi pengereman mendadak pada kecepatan tinggi. Gesekan yang dihasilkan dari pengereman mendadak dapat menyebabkan ban atau cakram panas dan menyebabkan penurunan efisiensi pengereman. Oleh karena itu, pengereman harus dilakukan secara perlahan untuk menghindari bahaya tersebut.

Keselamatan Penumpang dan Kru Kereta

Keselamatan adalah faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam operasi kereta api. Berhenti mendadak dapat menyebabkan luka pada penumpang dan kru kereta yang tidak terikat dengan baik.

Bahkan, dalam keadaan darurat, meskipun pengereman mendadak dilakukan, proses berhenti sendiri tidak akan terjadi secara instan. Jika kereta berhenti secara tiba-tiba, penumpang dan kru bisa terpental atau jatuh yang berakibat pada cedera serius. Oleh karena itu, sistem pengereman yang aman dan teruji harus digunakan untuk menghindari potensi bahaya ini.

Pengaruh Lintasan dan Perlintasan Kereta

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berhenti mendadak adalah karakteristik lintasan dan perlintasan kereta. Lintasan yang curam atau berkelok-kelok dapat meningkatkan risiko bantalan kereta tergelincir jika pengereman terlalu tiba-tiba. Perlintasan kereta api juga merupakan titik rawan kecelakaan, dan berhenti mendadak di dekat perlintasan dapat meningkatkan risiko tabrakan dengan kendaraan lain atau pejalan kaki.

Kereta api tidak bisa berhenti mendadak karena sejumlah faktor fisika yang terlibat, termasuk momentum, jarak pengereman, dan sistem pengereman yang ada. Selain itu, perhatian utama terhadap keselamatan penumpang dan kru juga menjadi alasan penting mengapa berhenti mendadak tidak diperbolehkan.

Meskipun begitu, kereta api dilengkapi dengan sistem pengereman yang efisien dan aman untuk memberikan pengalaman perjalanan yang aman dan nyaman bagi penumpang. Operasi kereta api selalu dijalankan dengan memperhatikan standar keselamatan yang ketat untuk meminimalkan risiko kecelakaan dan melindungi seluruh pelaku perjalanan kereta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini