Toleransi Dalam Kebudayaan Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat

Toleransi Dalam Kebudayaan Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat
info gambar utama

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Salah satu contoh daerah yang menunjukkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama adalah Cigugur, sebuah kecamatan di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Di sini, masyarakat multikultural hidup berdampingan dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan.

Masyarakat Cigugur terdiri dari berbagai kelompok agama, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan penganut ajaran Sunda Wiwitan atau sering disebut Agama Djawa Sunda (ADS). ADS adalah ajaran yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Sang Hyang Kersa, tetapi juga menghormati leluhur dan alam sebagai manifestasi Tuhan. Beberapa bentuk toleransi yang ada dalam masyarakat Cigugur, antara lain:

1. Upacara Adat Seren Taun

Upacara Seren Taun (Dokumentasi Pribadi)
info gambar

Seren Taun merupakan ritual-ritual khas ADS yang masih dilestarikan hingga kini. Seren Taun berasal dari kata bahasa Sunda seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan. Dalam ritual ini, masyarakat Cigugur menyerahkan hasil bumi mereka kepada Tuhan sebagai ungkapan rasa syukur dan memohon berkah untuk tahun berikutnya. Seren Taun juga merupakan simbol persatuan dan kesatuan masyarakat Cigugur yang beragam.

Mahasiswa KKN UGM-UNG Gaungkan Peduli Pesisir, Adakan bersih Pantai di 3 Desa

Upacara adat Seren Taun adalah gelar budaya tradisional masyarakat agraris Sunda, yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara adat Seren Taun 22 Rayagung 1956 S tahun 2023 diselenggarakan pada tanggal 06—11 Juli 2023 dengan tema “Merawat Pusaka Budaya Nusantara”. Berbagai rangkaian acara yang dilaksanakan, yaitu:

  • Ritual “Nyandak Pare ti Leuit” Mesek Pare
  • Siraman Baleg Kembang
  • Damar Sewu
  • Pertunjukan Tari (Tari Puragabaya Gebang, Tari Kaulinan Barudak Lembur, Tari Rampak Kendang, Tari Pwah Aci, Tari Jamparing psari, Tari Puragabaya Gebang, Tari Buyung
  • Pesta Dadung, Pembuangan Hama, Penanaman Pohon
  • Seribu Kentongan
  • Pameran Manuskrip (Menggali Peradaban Bangsa dari Manuskrip Nusantara, serta Manuskrip dan Karya Visual Kekinian)
  • Lomba Nyiblung & Dayung Buyung
  • Tradisi Pembacaan Aksara Nusantara
  • Helaran Budaya
  • Pengobatan Gratis
  • Kidung Spiritual
  • Ngareremokeun
  • Penumbukan Padi
Helaran Budaya (Dokumentasi Pribadi, 2023)
info gambar

Salah satu hal yang menarik dari Seren Taun adalah keterlibatan semua elemen masyarakat Cigugur tanpa memandang agama. Para pemuka agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan ADS bersama-sama menghadiri acara pembukaan Seren Taun di Paseban Tri Panca Tunggal.

Paseban Tri Panca Tunggal adalah gedung bersejarah yang menjadi pusat kegiatan budaya dan keagamaan masyarakat Cigugur. Di sini, para pemuka agama saling memberikan sambutan dan doa sesuai dengan keyakinan mereka.

Mahasiswa KKN UGM Bantu Mengajar di SMP, Ajak Prakarya Ecoprint dan Eksperimen Listrik
Pertunjukan Tari (Dokumentasi Pribadi, 2023)
info gambar

Selain itu, masyarakat Cigugur juga saling membantu dalam proses persiapan dan pelaksanaan Seren Taun. Mereka bekerja sama dalam membersihkan lokasi acara, membuat hiasan-hiasan dari janur (daun kelapa muda), memasak nasi tumpeng (nasi kuning berbentuk kerucut), dan lain-lain.Mereka juga saling mengundang dan mengunjungi tetangga atau kerabat yang berbeda agama untuk ikut merayakan Seren Taun.

2. Multikulturalisme

Toleransi dalam kebudayaan masyarakat Cigugur tidak hanya terlihat dalam Seren Taun, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mereka saling menghormati tempat ibadah dan ritual-ritual agama yang berbeda. Mereka juga saling menjaga keharmonisan hubungan sosial dengan tidak mencampuri urusan pribadi atau keluarga orang lain. Mereka juga saling memberikan bantuan atau dukungan apabila ada yang membutuhkan.

Doa Bersama (Dokumentasi Pribadi, 2023)
info gambar

Toleransi dalam kebudayaan masyarakat Cigugur merupakan contoh nyata dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi dasar negara Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk hidup rukun dan damai, tetapi justru menjadi kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan.

Mereka juga menunjukkan bahwa toleransi bukanlah sikap pasif atau acuh tak acuh, tetapi sikap aktif dan positif untuk saling mengenal, menghargai, dan bekerja sama.

KKN UGM Ikuti Masa Ta'aruf Siswa Madrasah Ibtidaiyah Slukatan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini