Revolusi Elektrifikasi: Analisis Pasar Kendaraan Listrik di Asia Tenggara

Revolusi Elektrifikasi: Analisis Pasar Kendaraan Listrik di Asia Tenggara
info gambar utama

Menurut penelitian terbaru dari Global Passenger Electric Vehicle Model Sales Tracker, penjualan kendaraan listrik penumpang (EV) di Asia Tenggara akan menyumbang kurang dari 2% dari total penjualan kendaraan penumpang di kawasan ini pada tahun 2022.

Namun, ukuran pasar kendaraan listrik di ASEAN diperkirakan akan tumbuh secara signifikan dari $858,76 juta pada tahun 2023 menjadi $3.537,65 juta pada tahun 2028. Pertumbuhan ini diproyeksikan pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 32,73% selama periode perkiraan dari tahun 2023 hingga 2028.

Pada kuartal ketiga tahun 2022, Thailand menguasai pangsa pasar kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara dengan persentase sekitar 59%, menjadikannya sebagai yang terbesar. Indonesia menyusul dengan pangsa pasar 25%. Di sisi lain, pangsa pasar penjualan kendaraan listrik di Filipina sangat rendah, kurang dari satu persen. Pemerintah Thailand secara aktif mempromosikan penjualan kendaraan listrik melalui insentif permintaan dan kebijakan pajak penghasilan perusahaan yang mendukung produsen kendaraan listrik.

Thailand, yang memiliki sektor manufaktur mobil terbesar di Asia Tenggara, berupaya memanfaatkan keahlian manufakturnya untuk menarik produsen mobil untuk memproduksi dan menjual kendaraan listrik di negara tersebut. Indonesia dan Vietnam juga memiliki keunggulan dalam sumber daya mineral, memberikan mereka keunggulan komparatif dibandingkan negara-negara lain di kawasan ini.

Di sisi lain, Singapura telah memimpin dalam infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik di ASEAN, dengan lebih dari 1.800 stasiun pengisian daya publik yang telah tersedia. Pemerintah Singapura memiliki rencana ambisius untuk memasang 60.000 titik pengisian daya tambahan pada akhir tahun 2030 untuk memperkuat infrastruktur pengisian daya.

Selain itu, Singapura telah berhasil memantapkan dirinya sebagai pusat penelitian dan pengembangan utama untuk industri kendaraan listrik. Untuk mencapai hal ini, mereka telah mendorong investasi dari perusahaan multinasional dan perusahaan rintisan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat di Singapura.

Negara-negara Asia Tenggara telah menetapkan target yang tinggi untuk kendaraan listrik dan telah memperkenalkan berbagai insentif untuk mempromosikan adopsi kendaraan listrik di kalangan konsumen dan untuk menarik produsen kendaraan listrik untuk mendirikan fasilitas produksi di wilayah tersebut.

Sikap konsumen terhadap kendaraan listrik di Asia Tenggara juga positif. Data terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen di wilayah ini bersedia membayar harga yang sama atau bahkan lebih untuk sebuah kendaraan listrik.

Saat ini, pasar mobil listrik di Asia Tenggara sedang berubah. Produsen mobil Cina, Wuling, baru-baru ini memimpin dalam penjualan mobil listrik di kawasan ini, menjadi salah satu pilihan mobil listrik yang paling terjangkau. Dalam kategori grup otomotif, Vingroup mendominasi penjualan kendaraan listrik di Asia Tenggara, diikuti oleh Wuling (sebagai bagian dari grup SAIC-GM-Wuling) dan Volvo (sebagai anak perusahaan Geely Holdings).

Kendaraan listrik baterai (BEV) mendominasi penjualan, menyumbang 64,6% dari total penjualan kendaraan listrik, sementara kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV) menyumbang sisanya. Di masa depan, jumlah total stasiun pengisian daya AC dan DC diperkirakan melebihi dua ratus ribu, yang mencerminkan pertumbuhan yang cepat.

Menurut Analis Counter Point Research, Abhilash Gupta, permintaan mobil listrik penumpang di Asia Tenggara secara bertahap meningkat, meskipun pangsa pasarnya masih kecil dibandingkan dengan penjualan mobil listrik secara global. Pada tahun 2022, penjualan kendaraan listrik penumpang di kawasan ini hanya akan mencapai 0,5% dari total penjualan global.

Namun, dengan meningkatnya ketegangan geopolitik antara Cina dan negara-negara Barat, Asia Tenggara menjadi tujuan yang menarik bagi produsen mobil Cina yang ingin memperluas pasar internasional mereka. Peran penting pemerintah dalam mendukung pertumbuhan kendaraan listrik dan upaya untuk meningkatkan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik diperkirakan akan terus menjadi faktor utama yang mendorong pasar selama periode perkiraan.

Beberapa pemerintah di ASEAN juga telah mengumumkan rencana untuk mewajibkan sebagian dari penjualan kendaraan baru mereka adalah kendaraan listrik di tahun-tahun mendatang. Selain itu, peraturan ketat yang diterapkan oleh badan-badan pengatur di negara-negara ASEAN untuk mengurangi emisi bahan bakar dan meningkatkan keselamatan di jalan raya juga berdampak pada seluruh industri otomotif di kawasan ini.

Pada tahun 2040, diperkirakan sekitar 54% dari penjualan mobil baru dan 33% dari total armada mobil global adalah kendaraan listrik. Lebih dari 50% dari kendaraan listrik ini akan menggunakan baterai sebagai sumber tenaga. ASEAN merupakan salah satu pasar utama untuk penjualan armada otomotif dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Referensi:

Ganbold, S. (2023). Market Share of Electric Vehicle (EV) Sales in Southeast Asia as of 3rd Quarter of 2022, by Leading Country. Statista

Gupta, Abhilash. (2023). Electric Vehicle Gain Ground in Southeast Asia; Thailand Dominates Volumes. Counter Point

Mordor Intelligence. ASEAN EV Market Size & Share Analysis-Growth Trends & Forecasts (2023-2028)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini