Mahasiswa KKN-PPM UGM Peduli Lingkungan melalui Bersih Pantai

Mahasiswa KKN-PPM UGM Peduli Lingkungan melalui Bersih Pantai
info gambar utama

Sebagai tamu, penting untuk tahu aturan dan menjaga kondisi tempat tinggal tuan rumah. Tak hanya menjaga kewibawaan diri, perilaku balas budi ini juga termasuk parameter penilaian sikap. Untuk itu kegiatan bersih pantai ini dilakukan sebagai bentuk rasa hormat atas naungan beberapa mahasiswa dalam menjalani program pengabdian serta bentuk kepedulian akan keberlangsungan kondisi lingkungan pantai.

Mahasiswa KKN-PPM UGM Periode II Unit Temon Sub Unit Glagah mengadakan acara bersih pantai di dua wilayah dan waktu berbeda, yakni Pantai Glagah pada hari Selasa, 18 Juli 2023 dan di Pantai Congot pekan setelahnya, 25 Juli 2023.

Koordinator acara bersih pantai, Umar Mahdii Azwara, menuturkan kegiatan bersih-bersih ini bertujuan untuk menjadikan pantai lebih bersih sehingga dapat meningkatkan daya tarik wisatawan, menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan bagi masyarakat sekitar. Lalu, secara tidak langsung juga ia menyosialisasikan kepada masyarakat pesisir pantai dan wisatawan untuk tidak membuang sampah agar terjaga kelestarian dan kelanjutan kehidupan biota laut khususnya di kawasan pesisir Pantai Glagah dan Congot.

Rangkaian acara dimulai dengan membagikan kantong-kantong plastik kepada personel yang hadir. Pemungutan sampah dilakukan di pinggir pantai untuk membersihkan dan mengumpulkan sisa benda tak terpakai yang berserakan. Sejauh yang telah dilaksanakan, kegiatan berjalan lancar dengan dihadiri sekitar 15 personel bantu. Sebagian sampah merupakan tinggalan para wisatawan, sisanya terbawa arus ombak.

Mahasiswa KKN UGM Bantu Mengajar di SMP, Ajak Prakarya Ecoprint dan Eksperimen Listrik
Bersih pantai di Pantai Glagah | Foto: Umar Mahdii A
info gambar

Pemungutan sampah ini terbilang tidak sulit karena kebanyakan masih berada di permukaan pasir atau hanya terkubur sedikit, tidak sampai terpendam seluruhnya. Artinya sampah yang ada belum lama ditinggalkan dan rutin dibersihkan. Tapi kemungkinan tingginya jumlah wisatawan yang datang meninggalkan oleh-oleh jauh lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi pembersihan sampah sehingga tampak seolah sampah selalu ada setiap kali lokasi dibersihkan.

Pantai Glagah sebagai tempat wisata yang lebih populer tentu memiliki fasilitas yang lebih memadai dan pengunjung yang lebih banyak. Sisi buruknya, jumlah pengunjung yang tinggi sebanding dengan sampah yang dihasilkan. Ini terbukti dengan perbedaan volume sampah yang signifikan antara Pantai Glagah dan Congot, dengan tempat pertama meraih predikat kepemilikan sampah lebih banyak.

Bersih pantai di Pantai Congot | Foto: Umar Mahdii A
info gambar

Faktor lain yang ikut memperburuk kondisi adalah lama penggunaan bakal calon sampah yang sebentar. Keberadaan benda yang umur penggunaannya hanya bertahan beberapa menit dari pengemasan hingga pembuangan menjadi salah satu penyumbang sampah di pantai.

Namun kondisi yang terpampang di lapangan masih belum bisa dijadikan acuan keadaan normal. Hal ini dikarenakan kegiatan dilakukan pada hari kerja dan bukan akhir pekan atau hari libur sehingga tak banyak wisatawan yang datang. Masih ada kemungkinan penambahan jumlah sampah yang dihasilkan ketika pantai dipenuhi wisatawan.

Umar juga menyampaikan, meskipun melelahkan dan terpapar panas matahari yang menyengat, hasil yang didapatkan memberikan kepuasan tersendiri. "Semoga kedepannya wisatawan maupun masyarakat lokal pesisir pantai dapat lebih saling bersinergi untuk selalu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan pantai," harapnya.

Ecobrick, Membangun Dunia Hijau dengan Mengurangi Limbah Plastik!

Nadya Farahdiva Tuasalamony selaku Koordinator Mahasiswa Unit mengutarakan hal yang sama. Namun dia juga menyayangkan jumlah peserta kegiatan bersih pantai. "Kegiatan ini seharusnya bisa diikuti oleh khalayak ramai karena jika hanya dari tenaga mahasiswa KKN saja, hasilnya masih kurang efektif. Butuh dukungan dan bantuan dari warga dan karang taruna setempat untuk mewujudkan lingkungan pantai yang bebas sampah," tutupnya.

Menjaga alam agar tetap bersih memang bukan hal yang mudah. Lebih-lebih ketika hanya dilakukan sendiri atau satu komunitas. Meski demikian, inisiatif sukarela dapat memantik partisipan lain yang akan mewujudkan kegiatan berkesinambungan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini