Gelora Tak Terbendung: Pesona Subkultur Ultras Sepak Bola di Asia Tenggara

Gelora Tak Terbendung: Pesona Subkultur Ultras Sepak Bola di Asia Tenggara
info gambar utama

Di kawasan Asia Tenggara, sepak bola bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga merupakan fenomena budaya yang menyatukan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat. Dari Indonesia ke Thailand hingga Vietnam, kecintaan terhadap sepak bola mengalir jauh ke dalam tatanan sosial dan memunculkan ekspresi yang menarik.

Ultras, pendukung fanatik tim favorit mereka, merupakan elemen inti dari budaya sepak bola di kawasan ini. Berasal dari Italia pada tahun 1950-an, istilah "Ultra" telah menjadi simbol dedikasi dan organisasi dalam mendukung tim sepak bola. Aksi-aksi Ultras, seperti menyalakan suar, nyanyian, dan memajang spanduk warna-warni di tribun, menciptakan atmosfer yang luar biasa di stadion, memotivasi tim dan membuat lawan takut.

Salah satu kelompok Ultras yang paling terkenal adalah The Jakmania - Ultras Persija Jakarta, yang dengan penuh semangat memenuhi Stadion Gelora Bung Karno dengan hampir 50.000 penggemar. Mereka bernyanyi dan bersorak di setiap tarikan napas, menciptakan suasana yang semarak bagi para penonton.

Energi dari Ultras menciptakan ikatan antara orang-orang dari berbagai latar belakang. Bagi para penggemar sepak bola dan nonpenggemar sepak bola, berada di stadion yang penuh dengan Ultras yang penuh semangat merupakan pengalaman yang menggembirakan dan memberikan rasa memiliki terhadap sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Semangat yang kuat dari Ultras sepak bola Asia Tenggara, baik dalam persaingan yang sengit maupun dalam merayakan kemenangan, sangat menular.

Dari perspektif sosio-antropologis, fenomena Ultras di Asia Tenggara sangat menarik karena mencerminkan interaksi yang kompleks antara politik, identitas, dan masyarakat. Budaya Ultras menjadi saluran di mana orang mengekspresikan identitas dan kesetiaan mereka kepada komunitas lokal dan negara-bangsa yang lebih besar. Selain itu, Ultras sering kali menjadi kekuatan pendorong di balik gerakan politik dan sosial, menggunakan semangat dan komitmen mereka untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu penting.

Semua karakteristik Ultras di berbagai negara di Asia Tenggara ini mencerminkan perbedaan yang menarik dalam konteks sosial, politik, dan budaya yang unik di setiap tempat. Bagi mereka yang menghadapi pengangguran dan marjinalisasi sosial, bergabung dengan kelompok Ultras memberikan kesempatan untuk merasa dihargai dan diakui.

Ultras Jakmania, misalnya, lebih dari sekadar kelompok penggemar sepak bola. Mereka mewakili perjuangan banyak orang di Jakarta dan memberikan rasa memiliki dan identitas bagi mereka yang merasa terputus dari masyarakat umum.

Selain sebagai alat pembangun identitas, Ultras juga berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang penting bagi mereka. Sebagai contoh, Ultras Malaya (UM), yang anggotanya berasal dari berbagai latar belakang etnis dan negara bagian, terus menyuarakan penentangan mereka terhadap Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan korupsi di dalam organisasi tersebut.

Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2015 melawan Arab Saudi menjadi momen paling terkenal bagi Ultras Malaya (UM). Mereka memasuki stadion pada menit ke-31 untuk memprotes kepemimpinan FAM yang telah berkuasa selama 31 tahun di bawah keluarga kerajaan Pahang. Mereka menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan nyanyian-nyanyian yang menghina FAM.

Pada menit ke-87, situasi menjadi sangat kacau ketika Ultras mulai melemparkan benda-benda ke dalam lapangan, melukai beberapa orang dan menyebabkan pertandingan ditinggalkan. Terlepas dari konsekuensi serius dan cedera yang terjadi, kelompok Ultras tetap teguh pada pendirian mereka dan bahkan mencuit di akun Twitter resmi mereka, dengan alasan bahwa tindakan tersebut adalah langkah yang diperlukan.

Seorang anggota senior dari kelompok tersebut menjelaskan bahwa setelah mencoba berbagai cara untuk mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap FAM, mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih ekstrim dengan mencoba mempermalukan organisasi tersebut. Tindakan seperti itu menunjukkan kesediaan Ultras untuk mengambil tindakan ekstrem untuk menyoroti isu-isu yang mereka anggap penting.

Terlepas dari reputasi mereka yang kontroversial, tidak semua kelompok Ultras menggunakan kekerasan untuk mengekspresikan pandangan dan keluhan mereka. Di Asia Tenggara, ada beberapa contoh menarik seperti Ultras Thailand dari Muangthong United FC dan Buriram FC, yang menggunakan cara-cara damai dan nyanyian untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu penting dan mendukung gerakan pro-demokrasi di Thailand. Di Myanmar, Ultras dari Yangon United FC juga secara aktif menggunakan platform media sosial untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi di negara mereka dan membantu keluarga yang terkena dampak konflik dan protes melalui kampanye penggalangan dana.

Budaya Ultras di Asia Tenggara mencerminkan keragaman dan kompleksitas masyarakat di kawasan ini. Meskipun ada beberapa kesamaan, ada juga perbedaan yang menarik di seluruh wilayah ini. Sepak bola di Asia Tenggara bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga merupakan cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam masyarakat. Budaya Ultras adalah ekspresi dari semangat ini dan telah menjadi bagian integral dari budaya sepak bola di kawasan ini.

Meskipun beberapa kelompok Ultras telah dikaitkan dengan hooliganisme dan kekerasan, perlu dicatat bahwa Ultras juga memainkan peran penting dalam masyarakat Asia Tenggara dan pengaruhnya terbukti signifikan.

Referensi:

Hajis, Muhammad Afiq. (2023). The Rise of Football Ultras in Southeast Asia. Asean Studies Centre

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini