Tekan Impor BBM, Bensin Campur Bioetanol 5% Akan Dijual di 2 Kota

Tekan Impor BBM, Bensin Campur Bioetanol 5% Akan Dijual di 2 Kota
info gambar utama

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mulai mengimplementasikan penggunaan bensin dengan campuran Bioetanol 5 persen atau E5 tahun ini. Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) tersebut bakal dilaksanakan secara terbatas di Jakarta dan Surabaya.

"Hasil implementasi pada area terbatas ini akan diarahkan untuk menjadi bahan pelajaran dalam menyiapkan implementasi bioetanol pada area dan skala lebih besar", ujar Direktur Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Yudo Dwinanda Priaadi di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Yudo menerangkan, implementasi E5 ini mencakup segmen bensin dengan angka oktan 95. PT Pertamina Patra Niaga telah menyelesaikan penyiapan sarana dan fasilitas distribusi yang meliputi modifikasi fasilitas blending di Integrated Terminal dan 10 SPBU di Surabaya. Saat ini fasilitas yang sama sedang disiapkan juga pada 5 SPBU di Jakarta.

"Implementasi E5 di Surabaya merupakan langkah kecil yang akan mendorong penerapan bioetanol selanjutnya", tutup Yudi.

Jauh sebelum pengumuman ini, pihak terkait telah melakukan serangkaian pengujian untuk memastikan performa penggunaan campuran bioetanol di dalam kendaraan. Misalnya, uji jalan sampai 15.000 kilometer oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" menggunakan bensin RON 95 dari PT Pertamina Patra Niaga dicampur Bioetanol dari PT Energi Agro Nusantara (Enero). Hasilnya, campuran itu memenuhi kriteria pada aplikasi kendaraan bermotor jenis bensin.

Pertamax Green 95 Resmi Dijual, Semua Kendaraan Bisa Konsumsi?

Kemudian, Ditjen Migas telah menetapkan Standar dan Mutu atau spesifikasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Bensin (Gasoline) RON 95 dengan Campuran Bioetanol 5 persen (E5) yang dipasarkan di dalam negeri. Tak hanya itu, Tim Studi Bioetanol ITB pun turut memberikan rekomendasi untuk pengimplementasian E5.

Substitusi BBM menjadi bahan bakar nabati (BBN) merupakan strategi Pemerintah dalam mengurangi defisit neraca perdagangan akibat tingginya impor BBM, sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

Kementerian ESDM mencatat, konsumsi BBM jenis bensin pada 2022 mencapai sekitar 36 juta kiloliter (kL) atau 51 persen dari konsumsi BBM nasional, sedangkan impor bensin mencapai 22 juta kL atau lebih dari 70 persen konsumsi bensin nasional.

Upaya pengurangan impor bensin melalui pemanfaatan bioetanol mendapat perhatian yang serius. Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 Tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Sementara itu, tahun lalu realisasi EBT pada bauran energi primer baru mencapai 12,3 persen. Pemerintah mesti berupaya sangat keras untuk mengejar target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Inilah salah satu cara yang dilakukan, yakni peningkatan substitusi BBM jenis bensin oleh bioetanol.

Bioetanol: BBM Baru yang Bakal Dijual Bulan Ini, Lebih Mahal dari Pertamax?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini