Wisata Ziarah ke Makam Prabu Geusan Ulun, Tapak Leluhur Sumedang Larang

Wisata Ziarah ke Makam Prabu Geusan Ulun, Tapak Leluhur Sumedang Larang
info gambar utama

Kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Prabu Tajimalela pada awal abad ke-10 merupakan penerus Kerajaan Sunda. Hal ini ditandai dengan penyerahan mahkota Kerajaan Sunda Binokasih kepada Prabu Geusan Ulun (1580-1608).

Sosok Prabu Geusan Ulun masih bisa diziarahi di sebuah Desa bernama Dayeuh Luhur yang berada di puncak perbukitan yang berjarak 15 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang.

Kota Semarang dan Fesyen Sebagai Ekonomi Kreatif Unggulan

Lokasi obyek wisata ziarah ini bisa ditempuh dengan jalan naik turun dan berkelok. Sepanjang 8 kilometer pertama merupakan jalan yang relatif datar. Sedangkan 7 km selanjutnya berupa jalan yang menanjak dan berkelok.

“Wisata ziarah di Dayeuh Luhur bisa menjadi salah satu contoh pengelolaan pemerintah daerah terhadap petilasan dan makam yang kerap didatangi peziarah,” jelas Didit Putra Erlangga Rahardjo dalam Prabu Geusan Ulun di Dayeuh Luhur yang dimuat Kompas.

Ziarah makam

Aceng Hermawan, juru kunci Dayeuh Luhur menyatakan bahwa terdapat dua objek yang kerap dikunjungi oleh peziarah yaitu makam Raden Angkawijaya atau lebih dikenal sebagai Prabu Geusan Ulun, serta makam permaisurinya, Ratu Harisbaya.

“Petilasan atau tempat semedi patih Prabu Geusan Ulun bernama Embah Jaya Perkasa juga menjadi salah satu sasaran yang didatangi peziarah,” katanya.

Ereveld Kalibanteng, Berpetualang di Memoar Masa Perang

Nono Sutisna yang juga salah satu juru kunci menyatakan daerah Dayeuh Luhur adalah lokasi terakhir bagi Kerajaan Sumedang Larang dari sebelumnya di kawasan Kutamaya. Sehingga tempat ini jadi peristirahatan terakhir Prabu Geusan Ulun.

Dikatakannya selain dua makam keramat itu, ada 11 makam lain di komplek pemakaman Dayeuh Luhur, salah satu tokoh penting lainnya yakni, makam anak Prabu Geusan Ulun bernama Rangga Gempol.

Cagar budaya

Nono mengatakan bahwa makan Prabu Geusan Ulun kini menjadi salah salah satu lokasi Cagar Budaya bagi Sumedang. Diketahui makam tersebut telah mengalami penataan pada 2012 oleh Disparbudpora.

Menurut kebiasaan, para peziarah yang berkunjung akan berdoa di makam Prabu Geusan Ulun terlebih dahulu yang lokasinya tidak jauh dari Terminal Dayeuh Luhur. Setelahnya akan mengunjungi petilasan Embah Jaya Perkasa.

Tahu Pong, Kuliner Wajib Ketika ke Semarang

Biasanya peziarah yang datang memiliki tujuan berbeda-beda. Peziarah yang mendatangi petilasan Embah Jaya Perkasa membawa air yang ditampung dalam botol plastik atau jerigen yang nantinya akan dibawa pulang setelah dibacakan doa.

“Salah satu yang ingin dihindari dalam pengelolaan objek wisata ziarah, seperti Dayeuh Luhur, adalah bergesernya niat dari ziarah menjadi mengharapkan berkah atau kepentingan duniawi lainnya,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini