Atmosfer Asing Seorang Mahasiswa Baru

Atmosfer Asing Seorang Mahasiswa Baru
info gambar utama

Bagi seorang anak rantau yang jauh dari rumah dan berusaha keluar dari comfort zone, hal ini tentulah tidak mudah. Melihat dan merasakan suatu hal yang baru pasti belum nyaman pada awalnya karena belum terbiasa. Maka suasana baru yang asing itu dapat dilewati dengan nyaman, tergantung dengan di mana lingkungan baru dan cara kita menyikapinya

Lingkungan baru, suasana baru, orang-orang baru, atmosfer baru, peraturan baru. Semuanya menjadi hal yang belum terbiasa.

Ketidakmampuan mahasiswa baru dalam beradaptasi dengan jati dirinya baik sebagai mahasiswa baru maupun sebagai mahasiswa asing sekaligus sudah terasa pada awal-awal perkuliahan. Bentuk disabilitas ini sama saja dengan tidak bisa memulai percakapan dengan orang lain.

Terlebih lagi, ketika mahasiswa baru pindah ke tempat yang berbahasa asing atau tidak pernah dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi ini juga, tidak sedikit orang yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dengan merantau, di antaranya yaitu seorang mahasiswa. Bersinkronisasi dengan karakter orang yang berbeda-beda menjadi tantangan baru bagi MABA (mahasiswa baru).

Di Balik Art Therapy: Bagaimana Seni Mampu Memulihkan Kesehatan Mental?

Seorang maba yang asing dengan kampus barunya, terlebih untuk mereka yang merantau, pasti sangat ganjil dengan budaya atau peraturan di lingkungan kampusnya. Dipastikan ia membutuhkan seseorang yang dapat membantunya dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya tersebut.

Hubungan pertemanan yang baik dapat membantu orang mengurangi tekanan psikologis yang mereka alami. Meskipun umumnya merasa sulit untuk terbuka dalam pertemanan, tetapi hubungan pertemanan yang erat merupakan strategi yang jelas untuk mengurangi dampak negatif dari kesepian yang dialami, menurut hasil peneliti.

Kating (Kakak tingkat) adalah singkatan untuk kakak kelas yang terdapat di lingkungan kampus. Selain menjadi kakak tingkat bagi maba, kating juga seharusnya secara langsung menjadi informan untuk para maba.

Mereka memberi atau bila anak zaman sekarang menyebutnya “spill” informasi mengenai dunia perkuliahan, mengenai norma atau budaya yang berada di dalam kampus atau di lingkungan sekitar kampus.

Banyaknya kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi dalam dalam kampus tentu saja wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa untuk meningkatkan rasa kekeluargaan civitas akademika dan selain itu tentu saja untuk menunjang keberhasilan kampus dalam melahirkan mahasiswa-mahasiswi yang aktif.

Pembentukan karakter merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam pendidikan pentingnya menanamkan nilai-nilai dasar karakter pada seseorang untuk membangun kepribadian yang ideal. Perlunya pembentukan karakter yang positif di setiap individu dalam dunia pendidikan, bukan hanya pada masa sekolah tetapi pada tingkatan lanjut, yaitu dunia perkuliahan.

Peranan organisasi mahasiswa terhadap pembangunan karakter mahasiswa sangat penting, dengan menjadi wadah aspirasi bagi mahasiswa. Hal itu agar tercapai visi misi kampus yang unggul.

Jika kita ketahui selama ini, kegiatan yang wajib diikuti oleh maba adalah masa orientasi mahasisw atau nama lainnya pada zaman sekarang yaitu PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru).

Kegiatan atau acara yang diwajibkan bagi semua mahasiswa seharusnya diikuti oleh semuanya. Namun, bagaimana jika kegiatan itu diberatkan kepada mahasiswa baru, yang dimaksudkan adalah diwajibkannya suatu kegiatan kampus yang dilakukan secara rutin? Sementara kating tidak diwajibkan. Apakah di kampus itu yang berkontribusi mengaktifkan kegiatan kampus hanya maba?

Pertanyaan ini sebenarnya sepele dan mudah di jawab. Ya, mungkin karena maba itu masih pengenalan lingkungan kampus dan maba masih belum banyak tugas kuliah yang di mana berbeda dengan kating.

Kakak tingkar sudah dapat banyak tugas dan kesibukan lebih daripada maba. Maka dari itu, kegiatan yang seharusnya diwajibkan bagi semua mahasiswa-mahasiswi seharusnya diikuti oleh semuanya. Namun, realitanya adalah kegiatan itu lebih diberatkan kepada mahasiswa baru.

Mahasiswa S-1 hingga S-3 Tak Wajib Lagi Bikin Skripsi atau Terbitkan Jurnal

Jika dilihat , awaban ini lebih berpihak ke satu kubu, yaitu mahasiswa. Seharusnya dari sisi kampus, mereka membuat suatu kegiatan yang sama rata jika memang kegiatan itu ditujukan untuk menciptakan karakter yang unggul kepada semua mahasiswa dari semua semester. Bukan semata hanya untuk menciptakan nama kampus yang baik.

Maka dari itu, seorang mahasiswa baru apalagi yang dari rantauan yang baru mengalami perubahan lingkungan kampus, harus bisa mengatur dirinya agar menciptakan pengalaman dan suasana yang baik untuk dirinya sendiri.

Awal menjadi seorang maba harus dijalankan dengan perasaan yang positif agar menciptakan suasana lingkungan yang tidak tegang untuk beradaptasi. Semua itu dimulai dari bagaimana cara dari diri sendiri menanggapi lingkungan yang asing menjadi tidak asing.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini