Jejak Wanita Tionghoa Penyelamat Bayi Terlantar dan Perempuan PSK di Batavia

Jejak Wanita Tionghoa Penyelamat Bayi Terlantar dan Perempuan PSK di Batavia
info gambar utama

Malam baru saja beranjak meninggalkan kawasan Kebayoran, Jakarta. Ketika itu Lie Tjian Tjoen kaget karena dibangunkan oleh cucunya Lie Siong Nio yang mengabarkan ada seorang bayi di halaman depan rumahnya.

Nyonya Lie lantas segera keluar rumah untuk mendatangi pembantunya yang sedang menggendong seorang bayi yang dibungkus kain. Perempuan berusia 60 tahun itu menceritakan bahwa dia menemukan seorang bayi di bawah pohon cemara.

Perempuan Tionghoa ini kemudian memerintahkan Munah, pembantunya itu untuk memandikan dan memberikan susu. Dirinya kemudian mencoba mencari ke pekarangan luar, namun tak ada seorang pun yang terlihat.

Sosok Lie Kim Hok, Peran Bapak Melayu Tionghoa dalam Kesusastraan Indonesia

Rumah yang memiliki lahan seluas 1.000 meter ini memang kerap kali didatangi orang untuk menaruh bayinya. Kadang-kadang bayi itu ditemukan di antara pot-pot besar atau di bawah pohon kenari yang tumbuh di pekarangan depan.

“Di waktu lain, ada bayi yang baru saja dilahirkan tergolek di dekat pagar atau teras rumah. Ada pula yang langsung diberikan ke tangan Nyonya Lie,” ucap A Bobby Pr dalam Ny Lie Tjian Tjoen Mendahului Sang Waktu.

Hati Suci

Perempuan kelahiran 24 Februari 1889 itu menjadikan bayi yang ditemukan itu sebagai anak. Nyonya Lie memang mengelola sebuah panti asuhan dengan nama Hati Suci yang didirikan pada tahun 1914.

Bukan hanya bayi yang ditolong, Nyonya Lie juga sering membantu orang yang membutuhkan pertolongan, terutama perempuan tua yang ditelantarkan oleh anak-anaknya. Walau kerap mendapatkan perlakukan tak setimpal.

“Nenek itu bercerita dengan terisak-isak bahwa dia hidup sebatang kara, tidak memiliki sanak keluarga, dan tak punya tempat tinggal. Dengan tulus, Nyonya Lie menampung dan memberikan makan kepada perempuan itu. Setelah hari keempat, perempuan itu pergi tanpa pamit. Sayangnya dia pergi berbarengan dengan hilangnya beberapa barang di rumah Nyonya Lie,” jelasnya.

Menapaki Rumah Kawin: Tempat Silaturahmi Etnis Tionghoa dan Betawi di Tangerang

Perempuan yang lahir dengan nama Auw Tjoei Lan ini juga mengabdikan hidupnya untuk menolong perempuan-perempuan yang didatangkan dari Tiongkok dan dijual ke Batavia. Mereka dipaksa untuk melayani pria hidung belang atau jadi pembantu.

“Menyaksikan kondisi mereka, Nyonya Lie tidak tinggal diam. Dia menyelamatkan perempuan-perempuan itu dari tangan germo dan kaki tangannya. Setelah itu mereka ditempatkan di Hati Suci,” jelasnya.

Diberikan penghargaan

Aksi kemanusian dari Nyonya Lie bukan tanpa risiko pasalnya harus melawan jaringan perdagangan manusia. Misalnya dia pernah diancam oleh seorang germo dengan menghunus golok yang berlumuran darah.

Ancaman itu tak membuat Nyonya Lie surut untuk menolong semuanya. Dia dengan tulus dan penuh keberanian menghadapi bahaya-bahaya itu agar dapat menyelamatkan para perempuan malang itu.

“Gadis-gadis malang itu ditampung di Hati Suci. Mereka mendapat kasih, perhatian, pendidikan, dan keterampilan dari Nyonya Lie,” jelasnya.

Riwayat Masyarakat China Udik yang Bertahan di Tangerang

Karena pengabdian luar biasa dari Nyonya Lie, menggerakan Mayor Khouw Kim An untuk memberi usul kepada Pemerintah Belanda untuk menganugerahi penghargaan sebuah bintang jasa.

“Bagi perempuan ini, tidak ada perhatian atau pekerjaan yang terlalu besar baginya, bila menyangkut masalah kemanusian,” tegas Mayor An.

Pemerintah Belanda kemudian memberikan penghargaan Ridder in de Orde van Oranje Nassau yang setingkat lebih tinggi dari bintang kehormatan. Nyonya Lie juga pernah diundang menjadi perwakilan ke Liga Bangsa-Bangsa pada 1937.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini