Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif menyatakan bahwa cadangan bijih nikel di Indonesia tersisa 5,3 miliar ton dengan potensi 17 miliar ton. Menurutnya, jika diproduksi dengan kapasitas saat ini, cadangan tersebut akan habis dalam 15 tahun mendatang.
“Kalau pemakaian produksi setahun, kan, dibagi dua: satu limonit, satu saprolit. Rata-rata saja. Jadi, kalau 5 miliar ton ini (dikelola) dengan kapasitas yang sama (umurnya) 15 tahun, tapi kalo bisa kembangkan potensi ini bisa panjang,” kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (15/9/2023).
Meski demikian, dia mengatakan bahwa usia cadangan nikel bisa diperpanjang dengan melakukan eksplorasi, misalnya pengembangan industri daur ulang baterai. Di samping itu, dia juga meminta pihak pengelola untuk tidak boros dalam memanfaatkan sumber daya nikel yang ada.
"Ke depannya juga, kan, industri baterai ada industri recycle, recycle ini bisa top up, jadi makin panjanglah, cuma kita jangan boros," ucapnya.
Indonesia Punya Pabrik Nikel Sulfat Terbesar di Dunia, Apa Manfaat Produknya?
Pernyataan serupa pernah disampaikan oleh Agus Tjahajana Wirakusumah, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM. Dia mengatakan bahwa eksplorasi harus segera dilaksanakan untuk mendapatkan cadangan nikel baru.
Selain itu, moratorium pembangunan smelter nikel baru juga perlu segera dilakukan. Secara khusus, Agus menyoroti smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi).
"Imbauan Pak Menteri (Arifin Tasrif) memang (moratorium) lebih baik daripada kesulitan nanti, itu tadi sudah disampaikan bahwa cadangan diperkirakan antara 10—15 tahun hitungan dari Minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat," kata Agus, Rabu (23/8/2023).
Kilang Nikel Terbesar RI Akan Bangun Pabrik Stainless Steel, Investasi Rp15 Triliun
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
