Kampung Lali Gadget Sidoarjo: Lupa dengan Smartphone, Lestarikan Permainan Lokal

Kampung Lali Gadget Sidoarjo: Lupa dengan Smartphone, Lestarikan Permainan Lokal
info gambar utama

Renungkan sejenak. Apa yang terjadi di masa depan, jika anak-anak terus melupakan apa itu nilai budaya, etika, dan moralitas karena sering terpapar oleh hal-hal yang kurang pantas melalui smartphone mereka? Secara tidak langsung, hal ini akan berdampak buruk jika dilakukan terus-menerus tanpa adanya pengawasan yang ketat. Selain itu, anak-anak akan memiliki kebebasan untuk bermain kapan saja dan dimana saja. Pertanyaannya adalah, siapa yang harus bertanggung jawab untuk mengendalikan dampak negatif jika hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan?

Dalam tengah perkembangan yang semakin maju, budaya lokal kini semakin terasingkan. Identitas nasional yang seharusnya menjadi sumber kebanggaan tampaknya telah terlupakan. Salah satu hal yang sangat disayangkan adalah kurangnya pemahaman anak-anak terhadap permainan tradisional, yang sebenarnya merupakan bagian penting dari upaya untuk melestarikan warisan budaya. Mengapa anak-anak saat ini kurang akrab dengan permainan tradisional? Beberapa alasannya adalah kurangnya tempat bermain yang tersedia, keterbatasan peralatan bermain, dan kekurangan sumber literatur yang memperkenalkan permainan tradisional ini. Yang lebih penting lagi, tidak ada tokoh atau pelaku budaya yang mengajak mereka untuk bermain dan memahami warisan budaya ini.

Mengenal Alfira Oktaviani, Pelestari Kain Lantung Bengkulu

Hal ini yang membuat Achmad Irfandi berniat untuk membangun sebuah komunitas penggerak daerah yang diberi nama "Kampung Lali Gadget". Kampung Lali Gadget merupakan sebuah komunitas daerah Sidoarjo yang bergerak pada bidang pendidikan dan kebudayaan. Irfandi memulai program ini didasari atas kekhawatiran pribadinya terhadap risiko kecanduan smartphone yang mungkin dialami oleh anak-anak. Sehingga Irfandi berinisiatif mengambil langkah dasar untuk pencegahan agar kecanduan smartphone tidak merambah ke lingkungan tempat tinggalnya. Fokus utama program ini adalah melakukan pelestarian budaya dengan mengangkat permainan tradisional sebagai cara efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari penggunaan smartphone.

Fasilitas yang ada di Kampung Lali Gadget

Kampung Lali Gadget | Foto: Fikki Ramadhan
info gambar

Kampung Lali Gadget terletak di Sidoarjo, tepatnya di Desa Pagarngumbuk, Kec. Wonoayu, Kab. Sidoarjo. Dikutip dari laman resmi Kampung Lali Gadget, beberapa fasilitas yang dapat membuat kita nyaman dengan suasanya, antara lain:

1. Balai Among

Balai Among adalah sebuah pendopo gaya limasan yang didirikan pada tahun 2021. Bangunan ini memiliki peran ganda sebagai pusat administrasi utama dan juga sebagai ruang pertemuan besar. Selain itu, Balai Among berfungsi sebagai tempat penyimpanan arsip foto dan juga memiliki ruang santai untuk bermain. Bagian utama dari Balai Among mampu menampung sekitar 60 hingga 70 orang dalam pertemuan besar. Selain sebagai ruang pertemuan, Balai Among juga digunakan sebagai tempat bermain, terkadang menjadi tempat untuk workshop, galeri pameran, dan area bermain. Balai Among juga telah menjadi fasilitas sosial yang digunakan untuk pertemuan warga, rapat kampung, dan acara sosialisasi terkait program pembangunan di Desa.

2. Gubuk Ilmu

Gubuk Ilmu adalah ruangan kecil yang berisi koleksi buku dan ruang baca sederhana yang dibangun pada tahun 2018. Ruang ini menjadi tempat yang dicari anak-anak yang ingin membaca, belajar, menggambar, dan berkreasi. Selain sebagai tempat aktivitas literasi, Gubuk Ilmu berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai jenis mainan tradisional.

Istana Merdeka, Mengenal Sejarah dan Fungsinya untuk Negara

3. Kebon Gayam

Kebon Gayam adalah area seluas hampir setengah hektar yang dikelilingi oleh pepohonan gayam dan bambu. Tempat ini terletak di tepi jalan di dusun yang berbatasan langsung dengan sungai "jogo pati" serta berada di halaman belakang. Ini adalah pemandangan yang sangat indah dari suasana pedesaan yang tetap rindang dan sejuk, bahkan ketika matahari sedang bersinar terik. Saat ini, Kebon Gayam telah dilengkapi dengan fasilitas toilet dan kamar mandi, serta terdapat warung-warung jajanan yang aktif ketika ada kegiatan yang berlangsung di Kampung Lali Gadget. Selain bisa menampung sekitar 200 anak atau lebih dalam satu waktu, Kebon Gayam sering digunakan untuk kegiatan Outbound, LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa), dan juga sebagai tempat bermain yang seru di Kolam Lumpur yang dirancang khusus aman untuk anak-anak.

4. Sawah

Dua petak sawah yang ada di Kampung Lali Gadget ini digunakan sebagai laboratorium pertanian serta arena main lumpur. Lokasinya depan masjid Dusun Bendet dan selalu menjadi arena bermain besar yang favorit selain eksplorasi materi pertanian dan pangan.

5. Kandang Babok

Kandang Babok adalah kandang ternak bekas yang telah disulap menjadi sebuah gazebo multifungsi dan juga menjadi titik foto yang menarik. Hal ini dilakukan karena di gazebo ini terdapat tulisan kayu yang mencerminkan identitas Kampung Lali Gadget. Oleh karena itu, para pengunjung sering kali menjadikan halaman gazebo ini sebagai lokasi foto favorit mereka.

Kampung Lali Gadget | Foto: Fikki Ramadhan
info gambar

Dikutip dari Madiunpos.com, Irfandi menyatakan bahwa anak-anak sebenarnya diperbolehkan untuk menggunakan smartphone atau mengakses media sosial. Ini karena ia percaya bahwa perkembangan teknologi seperti smartphone dan internet seharusnya dimanfaatkan secara optimal. Meskipun demikian, Irfandi juga menekankan pentingnya menetapkan batasan, terutama bagi anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan.

Jika ditelaah lebih dalam lagi, sebenarnya hidup tanpa ketergantungan smartphone juga dapat berdampak baik. Kita lebih akrab dengan teman sebaya, mampu bersosialisasi, bekerja sama dan pastinya lebih seru karena tidak membutuhkan biaya. Jadi, kalian masih mau melestarikan budaya lokal dengan bermain tradisional? #kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini