Mengenal Motif Batik Parang, Batik Larangan yang Tidak Biasa dan Penuh Filosofi

Mengenal Motif Batik Parang, Batik Larangan yang Tidak Biasa dan Penuh Filosofi
info gambar utama

Tahukah kalian, saat pernikahan Putra Presiden Kaesang Pangarep dan Erina Gudono?
Para tamu dilarang untuk menggunakan motif Batik Parang Lereng. Padahal, batik ini menjadi salah satu motif batik terkenal dari Solo.

Ternyata pelarangan ini memiliki makna dan alasan filosofisnya tersendiri.

Sejarah Lengkap Batik Parang

Motif Batik Parang dikenal sebagai motif batik tertua, diprediksi sudah ada sejak zaman Keraton Mataram. Nama parang sendiri, diadopsi dari kata pereng yang memiliki makna lereng atau batuan karang. Motif batik ini pertama kali diciptakan oleh Panembahan Senopati yang saat itu tengah duduk mengamati gerak ombak laut selatan yang menerpa karang.

Batik Parang memiliki dua bentuk, yakni gareng dan mlinjon. Gareng berbentuk seperti lengkungan dan Mlinjon sendiri, lebih seperti menyerupai belah ketupat. Batik ini disebut Gareng yang berasal dari nama tokoh pewayangan Gareng, yang juga merupakan simbol dari kebijaksanaan.

Sementara motif Mlinjon sendiri, tersusun rapi sejajar dengan memiliki ujung lancip seperti ketupat. Mlinjon sendiri dimaknai sebagai sebuah awal dari kehidupan manusia di muka bumi.

Jangan salah, motif batik parang juga menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Ini menandakan lambang penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan pada nilai-nilai yang benar. Sedangkan, untuk jalinan motif yang tidak terputus, merepresentasikan kesinambungan.

Mengapa Ada Larangan Penggunaan Batik Parang?

Ternyata, bukan tanpa sebab adanya pelarangan penggunaan Batik Parang. Tapi ini hanya di beberapa motif batik saja. Hal ini, dikarenakan Motif parang diketahui memiliki makna yang menyiratkan kekuatan dan pertumbuhan yang digunakan oleh raja. Oleh sebab itu, beberapa motif batik parang tidak boleh digunakan oleh rakyat biasa, melainkan hanya digunakan oleh keluarga kerajaan saja.

Jenis Motif Batik Parang

Parang Rusak

Parang Rusak memiliki pola garis diagonal yang berbentuk seperti parang (pedang) yang rusak. Motif ini sering digunakan dalam berbagai acara adat, termasuk upacara pernikahan dan pertemuan resmi. Parang Rusak mengandung makna simbolis tentang kekuatan dan ketangguhan yang bertahan meskipun mengalami kerusakan

Parang Klitik

Parang Klitik adalah varian Batik Parang yang memiliki pola garis diagonal yang lebih kecil dan lebih padat. Polanya mirip dengan kerikil-kerikil kecil atau beras yang tertata rapi. Motif ini juga memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kemakmuran dan kelimpahan.

Parang Barong

Parang Barong memiliki pola garis diagonal yang berbentuk seperti "barong," yaitu makhluk mitologis dalam budaya Jawa yang melambangkan kebaikan dan perlindungan. Motif ini sering digunakan dalam berbagai ritual dan upacara adat.

Parang Curiga

Parang Curiga memiliki pola yang hampir sama dengan Parang Rusak, tetapi dengan garis-garis diagonal yang lebih pendek. Polanya sering kali lebih padat dan menghasilkan tampilan yang lebih rumit.

Batik Parang adalah contoh nyata dari warisan budaya yang berharga di Indonesia, yang terus dihargai dan dilestarikan. Motif ini tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga merupakan bagian yang penting dari identitas budaya Indonesia.

Batik Parang bersama dengan batik lainnya diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2009. Pengakuan ini mencerminkan pentingnya batik dalam budaya Indonesia dan budaya dunia secara lebih luas.

Source:
https://bobo.grid.id/read/083607544/punya-makna-khusus-mengapa-motif-batik-parang-tidak-boleh-dikenakan-oleh-rakyat-biasa?page=all
https://www.orami.co.id/magazine/batik-parang-lereng?page=all

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Meita Astaningrum lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Meita Astaningrum.

MA
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini