Mengunjungi Sumur Sakral yang Dipelihara Keluarga Bangsawan Gowa

Mengunjungi Sumur Sakral yang Dipelihara Keluarga Bangsawan Gowa
info gambar utama

Rombongan masyarakat dengan berpakaian adat terlihat bergegas meninggalkan Balla Lompoa, Istana Kerajaan Gowa. Lantunan alat musik tradisional Kerajaan Gowa mengiringi rombongan yang perlahan menuruni anak tangga Istana Balla Lompoa.

Setibanya di depan pintu gerbang kompleks makam, rombongan yang terdiri dari orang tua, muda-mudi, dan beberapa anak langsung membentuk barisan. Tetapi tujuan dari rombongan ini bukanlah hendak berziarah ke makam raja-raja Gowa.

Tetapi tujuannya adalah Bungung Lompoa, sebuah sumur tua, sekitar 200 meter dari makam-makam raja Gowa. Bungung Lompoa memang menjadi tempat sekaligus inti dari acara Alleka Je’ne, bagian dari ritual Accera Kalompoang.

Masjid Tua Katangka : Saksi Bisu Sejarah Penyebaran Islam di Kerajaan Gowa Akhir Abad 16

Tak salah kalau disebut bahwa Alleka Je’ne dan Bungung Lompoa adalah dua bagian yang tidak boleh terpisahkan. Keduanya pun menjadi bagian penting dari serangkaian acara adat Accera Kalompoang.

“Disebut demikian karena pencucian benda-benda Kerajaan Gowa hanya boleh dilakukan dengan menggunakan air dari Bungung Lompoa,” tulis dalam Kompas.

Sumur sakral

Bagi keluarga Kerajaan Gowa, Bungung Lompoa adalah sumur yang dianggap sakral. Hal ini antara lain dapat dilihat saat pelaksanaan upacara Alleka Je’ne, air yang ditimba oleh Kasuwiang Salapang dari sumur ini akan menjadi rebutan masyarakat.

“Mereka meyakini mencuci atau membasuh badan bahkan meminum air sumur ini, akan membawa berkah,” jelasnya.

A Kumala Idjo, salah seorang putra Raja Gowa terakhir meyakini sumur ini sudah ada dari Raja Gowa pertama, Tomanurung Baineya. Sejak pemerintahan Raja Gowa pertama sumur ini sudah menjadi sumber mata air kehidupan bagi rakyat dan Kerajaan Gowa.

Somba Opu: Benteng Paling Sulit Ditaklukkan oleh Kompeni Belanda

Dalam cerita turun temurun yang kerap dituturkan orang-orang tua di Gowa dan di keluarga kerajaan, sumur ini dikisahkan menjadi sumber air utama bagi lingkungan Istana Tamalate. Konon tempat ini juga jadi pemandian para prajurit sebelum berperang.

“Konon setelah mandi air Bungung Lompoa, prajurit akan memiliki keberanian dan semangat perang yang tinggi,” jelasnya.

Ada sumur lain

Selain Bungung Lompoa, Kerajaan Gowa sebenarnya memiliki dua sumur lainnya yang dianggap cukup bertuah, yaitu Bungung Barania dan Bungung Bissua. Air dari sumur ini juga dipercaya memberikan kesaktian dan kekebalan.

Tetapi letak dari Bungung Barania kini sudah susah ditemukan. Dipercaya Bungung Barania ditutup oleh Raja Gowa XIV Sultan Alauddin Tuminanga (1593-1639). Dirinya merupakan Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam.

Fort Rotterdam; Saksi Sejarah Perkembangan Makassar

“Setelah memeluk agama Islam, Sultan Alauddin mendapat pemahaman bahwa jika seseorang tewas dalam medan perang karena melawan kebatilan, maka orang itu tidak akan mati sia-sia, melainkan mati syahid dan diterima di sisi Allah,” ujarnya.

Disebutkan Sultan Alaudin merasa khawatir bila ada masyarakat yang menyalahgunakan kesaktian air sumur itu. Sehingga menganggap keberadaan Bungung Barania sudah tidak dibutuhkan oleh Kerajaan Gowa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini