Berangkat dari kegelisahan penggunaan kulit hewan exotic yang memiliki nilai harga namun menyampingkan populasi hewan tersebut di alam secara perburuan liar serta adanya keinginan menjaga keberlanjutan dengan kontribusi untuk memajukan masyarakat sekitarnya dan tentunya sebagai inspirasi banyak orang untuk ikut bergerak juga, Nurman seorang penggiat usaha mempunyai hasrat untuk bisa menciptakan produk yang memiliki nilai guna dan estetika yang sama tanpa harus mengorbangkan rantai ekosistem. Melansir dari Mongabay, trend kulit ular sebagai fashion dunia ini bisa memusnahkan hewan reptil di Indonesia secara cepat, lebih dari 350.000 dari ular sanca kembang (reticulated phyton/Phyton reticulatus) setiap tahun dikirim ke Eropa dan jumlah nya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ide yang diadopsi dari sebuah pemikiran agar terjaganya habitat ular atau buaya yang dimana kulit-kulit mereka digunakan sebagai material pembuatan produk fashion, kulit ceker ayam diharapkan dapat menjadi bahan alternatif material produk sebagai penyangga ekosistem dan habitat hewan exotic. Ide ini dianggap kebanyakan orang lumayan aneh jika dibayangkan untuk sebagai bahan material produk sepatu. Dengan usaha dan kerja keras yang dibangun sejak tahun 2015 melalui berbagai hasil riset yang telah dilakukan, Nurman Farieka Ramdhany mantap melangkahkan produk miliknya di dunia usaha fashion berupa sepatu yang menggunakan material berupa kulit ceker ayam. Kota Bandung menjadi base produksi sepatu ceker kulit ayam yang ditekunkan oleh Nurman. Di tahun 2019, Nurman mencoba peruntungannya mengikuti Satu Indonesia Awarde dari hasil rekomendasi rekan-rekannya, dengan tujuan mencari value lain bukan hanya sekedar produk saja yang dibikin tapi sebuah mahakarya yang bisa dibagi dan dinikmati banyak orang, tidak hanya bicara soal sepatu atau ceker kulit ayam tetapi bisa membagi value lainnya dari mulai luxury nya, berbicara ekslusifitas nya, lalu berbicara eksotisme didalamnya untuk para konsumen rasakan.
Baca juga: Jam Astronomi Praha, Tua dan Penuh Legenda
Ketika membangun brand, banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi. Untuk bersaing di market pastinya memiliki tantangan sendiri, begitupun yang dirasakan Nurman menjadi kekhawatirannya ketika membangun brand sepatu yang menggunakan material kulit ceker ayam, apakah disambut baik oleh konsumen dan apakah cukup bisa bersaing dengan produk lain dipasaran. Terlebih lagi dengan material yang dipakai itu baru, beragam respon positif maupun negatif yang diterima. Adanya keraguan muncul karena research dan distribusinya memakan waktu yang lama, namun Nurman memiliki motivasi tersendiri salah satunya ketika dia mengikuti SATU Indonesia Awards, dimana sebelum dia mengikuti karantina SATU Indonesia Awards dirasa cukup lumayan turun semangatnya tetapi ketika ikut dan akhirnya bertemu rekan-rekan dari berbagai daerah lain, mereka yang memilki semangat yang luar biasa dalam menyampaikan aspirasi ide dan berusaha merealisasikan ide tersebut membuat semangat Nurman mulai kembali muncul untuk melanjutkan visi utamanya agar manfaatnya dapat diterima banyak orang. Ekositem pertemenan atau sosial itu juga bisa berpengaruh terhadap apa yang kita kerjakan, sebagai support system bagi kehidupan kita.
Baca juga: Berawal dari Kaki Lima hingga Bermanfaat bagi Rakyat Sumatera
Dari situlah tidak sedikit juga yang mengapresiasi produk nya tersebut, produk nya mulai diliput oleh media dalam negeri maupun luar negeri. Dengan kegigihannya menikmati proses, akhirnya berbuah manis bagi usahanya, Hirka nama brand bagi sepatu buatannya ini tidak hanya berbicara secara konteks nasional tetapi sudah mampu menembus pasar internasional, ini menjadi sebuah produk kebanggaan yang dimiliki oleh anak bangsa dengan inofasi yang dibangun hingga menjadi brand pertama dengan kulit ceker ayam sebagai bahan material sepatu di dunia. Bagi kawan GNFI yang tertarik melihat dan berkeinginan memiliki salah satu produk nya bisa kalian kunjungi media sosial hirka.official.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
