Pentingnya Kato nan Ampek Dalam Budaya

Pentingnya Kato nan Ampek Dalam Budaya
info gambar utama

Kato nan ampek adalah salah satu tutur bahasa yang digunakan masyarakat minang dalam berkomunikasi baik itu kepada yang muda, yang terhormat, yang tua dan yang lebih muda. Seperti yang telah saya perhatikan dan teliti bahwasanya sekarang banyak pemuda minang tidak tau cara bertutur kata yang baik dalam berbicara. Pada dasarnya hal ini tidak hanya ada dalam budaya minang, tetapi juga ada dalam budaya yang lainnya. Tutur kata dalam berbicara sangatlah penting dalam berkomunikasi sehingga dapat melakukan komunikasi antar sesama secara baik dan mudah dipahami.

Sahabat pembaca GNFI, pada suku adat Minangkabau terdapat sebuah budaya yang bernamakan Kato nan Ampek, yang dimana hal tersebut membahas akan cara bagaimana berbicara dengan adab yang baik, sopan, santun, dan enak untuk didengar para pendengar. Seperti namanya Kato nan Ampek memiliki artian secara harfiah (Kata yang Empat) yang dimana secara artian mengatakan bahwasanya ada empat level dalam berbicara dalam adat suku Minangkabau. Saya selaku penulis artikel ini ingin menjelaskan kepada teman-teman GNFI tentang apa itu Kato nan Ampek dalam suku Minangkabau ini :

Yang pertama, ada "Kato Mandaki" atau dalam bahasa Indonesia berarti kata mendaki, bahasa ini digunakan oleh masyrakat suku Minang dalam menyampaikan kata dan argumen kepada orang yang dimana posisi atau jabatan merekalebih tinggi daripada kita, seperti Guru, Orangtua, Datuak,Ulama, Tokoh-tokoh kepentingan, dan Pimpinan. Kato Mandaki adalah tutur kata yang penuh dengan rasa hormat dan rasa segan terhadap pendengar sehingga sang pendengar dapat merasa terhormati akan penyampaian kita.

Yang kedua, ada "Kato Manurun" kato manurun atau dapat disebut juga kata menurun adalah salah satu kata yang yang berada pada adat Kato nan Ampek, kato manurun ini digunakan biasanya jika dalam situasi tersebut kita berbicara kepada lawan bicara yang dimana lawan bicara tersebut memiliki posisi yang rendah daripada kita atau yang muda daripada kita. Seperti contohnya adik atau saudara yang lebih muda daripada kita, tidak hanya bertutur kata kepada yang tua tetapi tutur kata terhadap orang yang memiliki posis lebih rendah daripada kita termasuk yang lebih muda daripada kita, tutur kata haruslah dijaga.

Yang ketiga, ada "Kato Mandata" dalam bahas Indonesia disebut sebagai kata mendatar, dalam artian kata yang digunakan dalam berbincang dan bercengkrama dengan teman yang sebaya dengan kita tetapi masih dalam konteks saling meghargai satu sama lain dalam pebicaraan tersebut. Menghargai dalam maksud seperti halnya tidak saling manjatuhkan antara satu sama laind dan mencoreng nama antara pendengar dan pembicara.

Nah kita masuk kepada "Kato" yang terakhir nih sobat GNFI. Terakhir adalah "Kato Malereang atau Malereng" yang dimana secara harfiah jika diartikan kedalam bahasa Indonesia maka akan menjadi kata melereng. Kata ini biasanya menggunakan sindiran-sindiran halus baik itu positif maupun negatif, seperti halnya komunikasi yang dapat kita lihat dalam komunikasi antara mertua dan menantu. Kata ini digunakan bukan dalam kesan ingin menjatuhkan sebuah pihak, tetapi kata ini digunakan sebagai ungkapan perasaan yang ganjal terhadap salah satu pihak tanpa menyebutkannya secara blak-blakkan didepan orangnya.

Nah, bagaimana sobat GNFI? menarik bukan Kato nan Ampek dalam budaya Minangkabau. Sebenarnya hal ini tidak hanya ada pada budaya Minangkabau saja, melainkan budaya ini sebenarnya sudah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah, tetapi hal ini sering di hiraukan oleh para masyarakat terutama pada zaman era modern ini yang dimana kebanyakan masyarakat tidak megetahui cara bertutur kata yang baik dalam melakukan interaksi sosial dalam masyarakat.

Harapan saya dalam menuliskan hal ini, dikarenakan saya berharap para pembaca juga dapat mengingatkan dan menerapkan cara tutur kata yang baik, sopan, santun dan benar. Kenapa? Karena hal sangatlah penting untuk dikuasai dan diterapkan sehingga informasi yang ingin disampaikan dan argumentasi yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik dan jelas tanpa adanya salah satu pihak merasa tersinggung dalam perbincangan tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini