Mengurangi Risiko Masalah Kesehatan serta Mental Healthy Anak dengan "Kampung Lali Gadget"

Mengurangi Risiko Masalah Kesehatan serta Mental Healthy Anak dengan "Kampung Lali Gadget"
info gambar utama

Di era digital saat ini, kemajuan teknologi sangat pesat. Kemajuan teknologi ditandai dengan mudahnya kita menggunakan alat komunikasi elektronik dalam kehidupan sehari-hari. Kini kegiatan komunikasi mengalami perkembangan semakin lebih maju dengan munculnya gadget.

Dampak positif dari gadget untuk anak-anak yakni dapat menunjang pengetahuan serta mempersiapkan anak menghadapi dunia digital. Membantu parenting orang tua dengan memanfaatkan aplikasi edukatif yang bisa diunduh dalam gadget tersebut. Aplikasi semisal menebak warna, menggambar dan mewarnai bisa melatih kemampuan anak dalam mengenal warna-warna disekitarnya. Selain itu, gadget juga dapat membuat anak belajar berbahasa asing dengan memanfaatkan aplikasi kamus bahasa asing.

Selain dampak positif, gadget juga meninggalkan sejumlah dampak negatif antara lain dapat menghambat perkembangan motorik anak, suka menyendiri, perilaku kekerasan, pudarnya kreativitas, dan ancaman cyberbullying, menghambat perkembangan bahasa dan sosial anak.

Fenomena anak-anak yang kecanduan gadget setidaknya semakin terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun belum ada kepastian presentase jumlah anak yang mengalami gejala kecanduan gadget, dari sejumlah kasus yang beredar di publik, survei, dan penelitian menunjukkan fenomena kecaduan gadget pada anak-anak saat ini berada di situasi mengkhawatirkan.

Kampung Lali Gadget Sidoarjo: Lupa dengan Smartphone, Lestarikan Permainan Lokal

Mirisnya banyak anak zaman sekarang yang terkena dampak negatif dari gadget. Kurangnya pantauan orang tua yang sering membiarkan anak terlalu sering menonton video dari gadget hanya agar anak tidak rewel dan tidak selalu mengawasi anak saat menggunakan gadget. Dampaknya pada perkembangan anak dalam berbicara yaitu keterlambatan bicara (speech delay). Tapi terkadang lingkungan sekitar juga bahaya untuk jadi tempat main karena salah pergaulan.

Berawal dari rasa cemas seorang Achmad Irfandi karena melihat anak-anak ini rela bermain berjam-jam di warung kopi demi WiFi gratis untuk bermain game.

Sejak 1 April 2018, Achmad Irfandi menggerakkan program Kampung Lali Gadget (KLG) di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Kampung Lali Gadget merekrut para pemuda di Desa Pagerngumbuk dan pemuda di Sidoarjo. Pemberdayaan pemuda dan masyarakat dilakukan di dalam dan di luar desa sebagai perencana, fasilitator edukasi, dan pendamping. Fokus kegiatan ini mengadakan program konservasi budaya untuk mengangkat permainan tradisional yang ternyata cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget. Selain mengurangi kecanduan gadget, program ini juga membantu mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal.

Irfan sangat mengerti bahwa perkembangan teknologi seperti gadget dan internet akan berdampak baik jika dimanfaatkan secara optimal. Ia juga beranggapan anak-anak boleh menggunakan sewajarnya. Yang terpenting ada batasan, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan. Perlu banyak didikan orang tua sedini mungkin, utamanya yang berhubungan dengan perilaku, moral dan melestarikan budaya yang ada. Jangan sampai ketika anak bermain gadget melupakan kewajibannya dan membuat 'dunianya' sendiri sampai lupa waktu.

Padahal seharusnya anak-anak lah yang menjadi generasi untuk melestarikan permainan tradisional yang bisa didapatkan tanpa mengeluarkan biaya. Anak-anak bisa membuat mainan menggunakan bahan yang tersedia di alam, daun singkong dan batang tanaman lain misalnya. Bisa membuat wayang dari tanaman singkong, kuda-kuda dari pelepah pisang, perahu dari daun ataupun batang dan masih banyak lagi.

Fokus Membaca Sambil Puasa Gadget Bersama Komunitas Kumpul Baca

Niat mulia Irfan tak semulus yang dibayangkan. Awal perjalanan mendirikan Kampung Lali Gadget (KLG) terbilang tidak mudah. Utamanya dalam hal pembiayaan, kerena keinginan memfasilitasi program pendidikan lewat permainan tradisional secara gratis. Yang paling seru saat anak-anak memainkan permainan tradisional seperti gobak sodor, cublek suweng, dan bakiak.

KLG Achmad Irfandi © sumber foto : instagram @kampunglaligadget
info gambar

Selain mendirikan yayasan KLG, perjalanan Irfan tidak berhenti di situ saja. Ia juga peduli dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengembangkan potensi masyarakat di daerah Wonoayu. Meski lokasinya berada di pedesaan, masih banyak masyarakat yang belum sadar akan potensi demografi wilayah. Kebanyakan hanya menjalani rutinitas sebagai petani saja, padahal masih banyak potensi yang bisa dikembangkan demi perbaikan ekonomi masyarakat.

Banyak orang tua maupun sekolahan yang berbondong-bondong membawa anak-anak untuk datang ke KLG setiap hari. Di kampung ini, anak-anak diajarkan literasi, mendongeng, mewarnai, serta anak-anak diajarkan untuk bermain berbagai permainan tradisional dan bermain dengan alam.

Sambutan positif atas pemikiran Irfan semakin tinggi dari masyarakat. Tidak membutuhkan waktu lama, ratusan anak-anak kemudian hadir dan mengikuti rangkaian kegiatan tersebut.

Super Canggih! 3 Inovasi Gadget Terkini Bisa Permudah Aktivitas

Irfan berkata bahwa Itu menjadi testimoni orang tua yang saat anaknya mengikuti kegiatan di Kampung Lali Gadget. Ada perubahan pada anak mereka yang semula tidak ingin belajar baca tulis menjadi bersemangat jika diajarkan baca tulis. Padahal di sini, mereka hanya mengajak anak-anak bermain dengan mainan tradisional yang itu memang mengasah motorik anak.

Kata dia, dirinya membuat KLG memang untuk membantu anak-anak supaya tidak kecanduan gadget. Meski dalam perjalanannya banyak jalan berliku, tetapi irfan anggap hal tersebut adalah sebagai tantangan.

Tak ada pekerjaan yang mudah bahkan untuk yang terlihat mudah, itu tak seutuhnya mudah. Selalu ada tantangan yang dihadapi. Meski prosesnya tak mudah, meski tak suka dan meski tak ada semangat jika tujuan belum tercapai. Irfan meyakini bahwa setiap orang dapat memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk untuk memberikan dampak yang besar.

Irfan sangat senang karena yayasan KLG mampu menjadi inspirasi bagi berbagai kelompok atau komunitas lain untuk mengkampanyekan hal serupa. Irfan menyampaikan sudah banyak komunitas yang datang ke KLG untuk berkolaborasi. Sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi sering datang untuk belajar bersama dan menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan di KLG.

Kegiatan edukasi terkait permainan tradisional pun semakin berjalan lebih baik dan semakin seru. Kemudian pada Mei 2020, Kampung Lali Gadget milik Irfan resmi berbadan hukum.

Berkat kegigihannya yayasan KLG telah banyak berkembang. Gerakan yang dibuat untuk mengurangi kecanduan gadget ini pun mendapat apresiasi Astra International Tbk melalui penghargaan SATU Indonesia Awards 2021. Namun, perjalanan Irfan meraih penghargaan bergengsi ini tak mulus. Karena tahun 2019 dan 2020 Irfan tidak lolos saat mendaftar SATU Indonesia Awards. Karena Irfan masih ingin terus mencoba pada tahun 2021, syukurlah doa dan usaha Irfan terjawab karena berhasil lolos menjadi finalis di kategori penggerak koservasi budaya melalui Kampung Lali Gadget.

#kabarbaiksatuindonesia


Referensi :

  • https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penggerak-konservasi-budaya-kampung-lali-gadget/
  • https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2481/mengatasi-dan-mencegah-kecanduan-gadget-pada-anak

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini