Keindahan Batik yang Terekam dalam Catatan Thomas Stamford Raffles

Keindahan Batik yang Terekam dalam Catatan Thomas Stamford Raffles
info gambar utama

Thomas Stamford Raffles disebut sebagai orang pertama yang menulis tentang batik. Penelitian Gubernur Jenderal Hindia Belanda ini kemudian menarik minat banyak orang Eropa terhadap batik.

Pria kelahiran Jamaika, 6 Juli 1781 itu memang dikenal memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap penduduk, adat-istiadat, geografi hingga keanekaragaman flora dan fauna di wilayah koloni.

Karena itulah, selama bertugas di Jawa, dia menulis catatan yang kemudian dibukukan berjudul History of Java. Dalam buku itu, Raffles mencatat setidaknya ada 100 motif batik yang pernah dijumpainya di Jawa.

Geger Sepehi, Tatkala Raffles Menjarah Harta Keraton Yogyakarta

Dirinya menggambarkan proses pembuatannya dengan cukup rinci. Dia menyebut kain batik dibedakan menjadi batik lalur puti atau barik waena putih, dan batik lalur bang atau batik warna merah.

Kain yang digunakan untuk membatik umumnya dikanji terlebih dahulu agar pola yang dilukiskan di kain tersebut tidak luntur. Setelah dijemur dan dihaluskan, baru kain itu dapat diberi pola atau dibatik.

“Cara membatik menggunakan lilin panas yang cair, ditaruh dalam mangkuk kecil dari tembaga atau perak yang disebut canting,” tulis Raffles.

Gambaran secara rinci

Raffles juga menggambarkan secara rinci alat-alat yang digunakan untuk membatik. Salah satunya cantik yang memiliki berat satu ons dan memiliki corong sepanjang dua inci, di mana cairan lilinnya mengalir keluar.

Dikatakannya olehnya tabung kecil ini didekatkan dengan pipa kecil sepanjang lima inci yang dipegang di tangan dan mempunyai bentuk mirip pensil. Alat ini digunakan untuk menggambar pola.

Setelah garis pola terbentuk, bagian kain yang akan dibiarkan tetap putih atau akan diwarnai berbeda harus ditutup dengan cairan lilin dan kain, kemudian dicelup dalam zat pewarna. Proses pencelupan kain dilakukan dua kali untuk memperkuat warna.

Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Diminta Kembalikan Rp504 Triliun?

Lapisan lilin yang tertinggal akan meleleh saat kain direbus dalam air panas dan warnanya tidak berubah. Jika kain tersebut diwarnai satu macam selain putih, maka prosesnya sudah selesai. Namun bila warna hendak ditambah maka harus dicelup kembali.

Raffles menulis bahwa untuk memperkuat warna kemerahan atau merah tua pada kain, maka kain direndam dalam minyak selama lima hari, lalu dicuci dengan air panas dan proses pembuatan batik dapat dimulai.

“Kain batik biasa membutuhkan waktu 10 hari, sedangkan kain batik yang lebih halus dan lebih rumit polanya dibuat dalam waktu 15-17 hari,” tulisnya.

Catatan paling awal

Dinukil dari Historia, Fiona Kerlogue dalam Batik: Trace Through Times menyebut catatan Raffles mengenai proses pembuatan batik ini yang pertama kali dipublikasikan kepada masyarakat Eropa.

“Tak hanya menulis tentang proses pembuatan batik, Raffles juga membahas mengenai peran pakain dan batik dalam menentukan status sosial seseorang,” tulisnya.

Raffles menulis bahwa jenis pakaian tertentu ditetapkan untuk setiap pangkat yang berbeda, dan ada beberapa pola batik yang dilarang digunakan kecuali untuk keluarga kerajaan. Menurut Kerlogue, Raffles mungkin merujuk pada maklumat soal batik.

Setelah Sekian Lama, Belanda Akhirnya Mengakui Kemerdekaan Indonesia Secara Penuh

Diketahui pada 1769 dan diperjelas pada 1748 dan 1790, Keraton Surakarta menetapkan beberapa pola batik hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan, di antaranya sawat, parang rusak, rujak sente serta tumpal.

“Catatan Raffles mengungkapkan dua perspektif yang menjadi kunci cara pandang terhadap pakaian pada saat itu, yang pertama kain dan gaya busana asing dicari dan menunjukkan hubungan dengan dunia di luar Jawa, akan tetapi batik buatan lokal adalah kain yang lebih disukai untuk kain rok tradisional dan dapat mengekspresikan status seseorang dalam masyarakat melalui kualitas dan desainnya,” sebutnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini